Kata Kunci Rupiah Hari ini: Terlemah
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
04 September 2018 10:44

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di kurs acuan terus melemah. Ini menjadi pelemahan selama 6 hari perdagangan beruntun.
Pada Selasa (4/9/2018), kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.840. Melemah 0,49% dibandingkan perdagangan hari sebelumnya.
Depresiasi rupiah hari ini menjadi yang keenam berturut-turut. Pelemahan ini menjadikan rupiah menduduki posisi terlemahnya sejak Jisdor diperkenalkan pada 20 Mei 2013.
'Terlemah' menjadi kata kunci yang menghiasi pergerakan rupiah hati ini. Kata 'terlemah' di atas adalah yang pertama.
Di pasar spot, rupiah pun melemah lumayan tajam. Pada pukul 10:11 WIB, US$ 1 dibanderol Rp 14.885 di mana rupiah melemah 0,51%.
Rupiah telah menyentuh titik terlemahnya sejak awal 2018, sekaligus terlemah sejak Juli 1998. Itu adalah 'terlemah' yang kedua.
Saat pembukaan pasar, rupiah hanya melemah tipis 0,03%. Namun seiring perjalanan pasar, depresiasi rupiah semakin menjadi.
Dolar AS belum tertandingi di Asia. Mayoritas mata uang utama Benua Kuning melemah di hadapan greenback, hanya dolar Hong Kong dan peso Filipina yang selamat.
Dengan depresiasi 0,51%, rupiah jadi yang terlemah di antara mata uang utama Asia. Itu adalah kata 'terlemah' yang ketiga.
Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap beberapa mata uang utama Asia pada pukul 10:18 WIB:
Tidak hanya di Asia, dolar AS memang menguat di mana-mana. Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback secara relatif terhadap enam mata uang utama) menguat 0,11%.
Investor global masih cenderung lari ke pelukan dolar AS karena kekhawatiran perang dagang. Tensi AS-Kanada masih tinggi karena buntunya perundingan dagang pekan lalu. K
egagalan perundingan dengan Kanada membuat Trump berkeras mengajukan Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara (NAFTA) dengan anggota AS dan Meksiko. Sikap Trump terhadap Kanada pun kian galak.
"Kongres tidak perlu ikut campur atau saya tidak akan menyetujui NAFTA sama sekali. Itu justru jauh lebih baik," cuit Trump di Twitter, akhir pekan lalu.
Risiko perang dagang membuat pelaku pasar enggan mengambil risiko. Aset-aset berisiko di negara berkembang mengalami pelepasan secara massal sehingga mata uang negara berkembang melemah.
Di Indonesia, pelepasan aset yang terjadi di pasar obligasi pemerintah terlihat dari kenaikan imbal hasil (yield). Saat yield naik, artinya harga sedang turun karena sepinya permintaan atau bahkan aksi jual.
Berikut perkembangan yield obligasi negara, di mana terjadi kenaikan di seluruh tenor:
Sementara di pasar saham, investor asing melakukan jual bersih Rp 128,94 miliar pada pukul 10:31 WIB. Aksi jual ini menjadi pemberat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang melemah 0,51%.
Seretnya arus modal ini membuat rupiah kekurangan modal untuk menguat. Oleh karena itu, wajar bila rupiah sulit bicara banyak di hadapan greenback.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article RI Kurangi Ketergantungan Dolar AS
Pada Selasa (4/9/2018), kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.840. Melemah 0,49% dibandingkan perdagangan hari sebelumnya.
Depresiasi rupiah hari ini menjadi yang keenam berturut-turut. Pelemahan ini menjadikan rupiah menduduki posisi terlemahnya sejak Jisdor diperkenalkan pada 20 Mei 2013.
Di pasar spot, rupiah pun melemah lumayan tajam. Pada pukul 10:11 WIB, US$ 1 dibanderol Rp 14.885 di mana rupiah melemah 0,51%.
Rupiah telah menyentuh titik terlemahnya sejak awal 2018, sekaligus terlemah sejak Juli 1998. Itu adalah 'terlemah' yang kedua.
Saat pembukaan pasar, rupiah hanya melemah tipis 0,03%. Namun seiring perjalanan pasar, depresiasi rupiah semakin menjadi.
Dolar AS belum tertandingi di Asia. Mayoritas mata uang utama Benua Kuning melemah di hadapan greenback, hanya dolar Hong Kong dan peso Filipina yang selamat.
Dengan depresiasi 0,51%, rupiah jadi yang terlemah di antara mata uang utama Asia. Itu adalah kata 'terlemah' yang ketiga.
Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap beberapa mata uang utama Asia pada pukul 10:18 WIB:
Tidak hanya di Asia, dolar AS memang menguat di mana-mana. Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback secara relatif terhadap enam mata uang utama) menguat 0,11%.
Investor global masih cenderung lari ke pelukan dolar AS karena kekhawatiran perang dagang. Tensi AS-Kanada masih tinggi karena buntunya perundingan dagang pekan lalu. K
egagalan perundingan dengan Kanada membuat Trump berkeras mengajukan Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara (NAFTA) dengan anggota AS dan Meksiko. Sikap Trump terhadap Kanada pun kian galak.
"Kongres tidak perlu ikut campur atau saya tidak akan menyetujui NAFTA sama sekali. Itu justru jauh lebih baik," cuit Trump di Twitter, akhir pekan lalu.
Risiko perang dagang membuat pelaku pasar enggan mengambil risiko. Aset-aset berisiko di negara berkembang mengalami pelepasan secara massal sehingga mata uang negara berkembang melemah.
Di Indonesia, pelepasan aset yang terjadi di pasar obligasi pemerintah terlihat dari kenaikan imbal hasil (yield). Saat yield naik, artinya harga sedang turun karena sepinya permintaan atau bahkan aksi jual.
Berikut perkembangan yield obligasi negara, di mana terjadi kenaikan di seluruh tenor:
Sementara di pasar saham, investor asing melakukan jual bersih Rp 128,94 miliar pada pukul 10:31 WIB. Aksi jual ini menjadi pemberat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang melemah 0,51%.
Seretnya arus modal ini membuat rupiah kekurangan modal untuk menguat. Oleh karena itu, wajar bila rupiah sulit bicara banyak di hadapan greenback.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article RI Kurangi Ketergantungan Dolar AS
Most Popular