Saham Barang Konsumsi Dilepas, IHSG Tinggalkan Level 6.000

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
03 September 2018 12:35
IHSG terkoreksi 0,8% hingga akhir sesi 1 ke level 5.970,19.
Foto: REUTERS/Iqro Rinaldi/File Photo
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi 0,8% hingga akhir sesi 1 ke level 5.970,19. IHSG lantas meninggalkan level psikologis 6.000. Performa IHSG senada dengan bursa saham utama kawasan Asia yang juga ditransaksikan di zona merah: indeks Nikkei turun 0,69%, indeks Shanghai turun 0,94%, indeks Hang Seng turun 0,95%, indeks Strait Times turun 0,39%, dan indeks Kospi turun 0,84%.

Nilai transaksi tercatat sebesar Rp 2,41 triliun dengan volume sebanyak 3,42 miliar unit saham. Frekuensi perdagangan adalah 157.404 kali.

Dari dalam negeri, tekanan bagi IHSG datang dari pengumuman Badan Pusat Statistik (BPS) bahwa Indonesia mencatatkan deflasi sebesar 0,05% MoM sepanjang bulan Agustus. Padahal, konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan adanya inflasi sebesar 0,07% MoM. Lantas, tingkat inflasi secara tahunan (YoY) adalah sebesar 3,2% YoY.

Sebelum data tersebut diumumkan, IHSG diperdagangkan di level 5.997,55 (-0,35% dibandingkan penutupan hari Jumat, 31/8/2018), sebelum kemudian berangsur-angsur turun lebih dalam.

Adanya deflasi menunjukkan bahwa tingkat konsumsi masyrakat Indonesia cenderung lemah. Lonjakan konsumsi yang terjadi pada kuartal-II lantaran kehadiran bulan puasa dan lebaran nampak sulit untuk dilanjutkan pada kuartal-III.

Saham-saham barang konsumsi pun menjadi bulan-bulan investor; indeks saham sektor barang konsumsi melemah 1,13% hingga akhir sesi 1. Saham-saham barang konsumsi yang dilepas investor diantaranya: PT HM Sampoerna Tbk/HMSP (-2,35%), PT Kalbe Farma Tbk/KLBF (-2,23%), PT Gudang Garam Tbk/GGRM (-1,47%), PT Indofood Sukses Makmur Tbk/INDF (-0,78%), dan PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR (-0,34%).

Dari sisi eksternal, tekanan datang dari ribut-ribut AS-Kanada di bidang perdagangan. Hingga Jumat (31/8/2018), kedua negara gagal mencapai kesepakatan terkait dengan perubahan North American Free Trade Agreement (NAFTA). Sebelumnya, kedua negara optimis bahwa kesepakatan akan dapat dicapai sebelum akhir pekan.

Mengutip CNBC International, negosiasi akan dimulai kembali pada Rabu mendatang.

Salah satu isu yang menjadi pemberat dalam dialog ini adalah kebijakan Kanada yang mengenakan bea masuk tinggi untuk produk olahan susu (dairy product). Kanada melakukan itu demi melindungi peternak dalam negeri, tetapi AS menudingnya sebagai upaya proteksi dan perdagangan tidak adil.

Kini, ada kemungkinan Presiden AS Donald Trump akan mengajukan rencana pembaruan NAFTA dengan hanya menyertakan kesepakatan AS-Meksiko, sementara dengan Kanada berstatus ditunda (pending).

"Tidak ada kebutuhan untuk mengikutsertakan Kanada dalam perjanjian NAFTA yang baru. Jika mereka tidak bisa menerapkan perdagangan yang adil kepada AS setelah puluhan tahun menindas, maka Kanada akan keluar," tegas Trump melalui cuitan di Twitter.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Duh! Seharian Menguat, IHSG Terpeleset Jelang Penutupan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular