Naik 1,38% pada Agustus, IHSG Masih Kalah Lawan Para Tetangga

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
03 September 2018 11:23
Walaupun mencatatkan imbal hasil yang lumayan, performa IHSG ternyata masih kalah jika dibandingkan dengan bursa saham negara-negara tetangga.
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Luthfi Rahman
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 1,38% sepanjang bulan Agustus. Walaupun mencatatkan imbal hasil yang lumayan, performa IHSG ternyata masih kalah jika dibandingkan dengan bursa saham negara-negara tetangga: indeks Nifty (India) naik 2,85%, indeks PSI (Filipina) naik 2,39%, dan indeks KLCI (Malaysia) naik 1,98%. Sementara itu, bursa saham yang performanya dibawah IHSG adalah: Kospi (+1,2%), SET/Thailand (+1,16%), Hang Seng (-2,43%), Strait Times (-3,2%), dan Shanghai (-5,25%).

Faktor domestik dan eksternal sama-sama berkontribusi dalam mendorong kenaikan IHSG. Dari dalam negeri, dua rilis data ekonomi memotori laju IHSG.

Pertama, rilis data inflasi periode Juli 2018 yang diumumkan sebesar 3,18% YoY, lebih rendah dari median konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia sebesar 3,2% YoY. Kedua, rilis data penjualan wholesale (grosir) kendaraan roda empat yang sejumlah 107.431 unit sepanjang Juli 2018, dimana ini merupakan rekor tertinggi sepanjang sejarah.

Secara kumulatif, penjualan periode Januari-Juli 2018 mencapai 661.093 unit, naik 6,82% dari periode yang sama tahun lalu. Tingginya angka penjualan mobil lantas membuktikan kuatnya konsumsi masyarakat Indonesia, setidaknya pada kuartal-II kemarin.

Dari sisi eksternal, laju IHSG terdongkrak oleh perundingan antara AS dengan China terkait isu-isu di bidang perdagangan. Perundingan dilakukan di Washington.

Delegasi China dipimpin oleh Wakil Menteri Perdagangan Wang Shouwen, sementara delegasi AS dipimpin oleh Wakil Menteri Keuangan AS untuk Hubungan Internasional David Malpass. Walaupun pada akhirnya tak mampu membuahkan kesepakatan, optimisme yang sempat membara sudah cukup untuk membantu IHSG menghijau.

Masih dari sisi eksternal, sentimen positif datang dari pidato Gubernur The Federal Reserve Jerome Powell di Jackson Hole. Dalam pidato tersebut, Powell menyebutkan kenaikan suku bunga acuan merupakan langkah terbaik untuk melindungi pemulihan ekonomi Negeri Paman Sam.

"Ekonomi kita kuat. Inflasi mendekati target 2%, dan banyak orang sudah mendapatkan pekerjaan. Jika pertumbuhan pendapatan dan penciptaan lapangan kerja ini terus terjadi, maka kenaikan suku bunga acuan secara bertahap memang sudah selayaknya dilakukan," sebut Powell, mengutip Reuters.

Pernyataan Powell tersebut mengonfirmasi bahwa ekonomi AS memang sedang berada dalam kondisi yang baik. Di sisi lain, Powell juga menyebut bahwa sejauh ini AS belum mengalami masalah inflasi.

Hal tersebut lantas diartikan pelaku pasar bahwa the Fed memang masih akan menaikkan lagi suku bunga acuan di sisa tahun ini, namun kenaikannya belum tentu seagresif yang direncanakan.

Terakhir, suntikan energi bagi IHSG datang kala AS berhasil mencapai kesepakatan dengan Meksiko terkait perubahan North American Free Trade Agreement (NAFTA). Salah satu poin kesepakatan AS-Meksiko adalah di sektor otomotif. Kandungan dalam negeri dalam produk otomotif dinaikkan dari 62,5% menjadi 75%. Ini akan menggairahkan produksi otomotif di kedua negara.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article IHSG Jatuh Lagi ke Bawah 7.000

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular