
Tak Tahan Rupiah Terus Melemah, Kalbe Farma Naikkan Harga
Monica Wareza, CNBC Indonesia
31 August 2018 13:46

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) bersiap menaikkan harga jual beberapa produk bebas dan produk nutrisi mulai kuartal ketiga tahun ini hingga akhir tahun secara bertahap. Hal ini dilakukan karena nilai tukar rupiah yang terus melemah dan menyebabkan tingginya beban impor untuk bahan baku produksi.
Direktur Utama Kalbe Farma Vidjongtius membenarkan pelemahan rupiah menyebabkan harga produksi meningkat karena kenaikan biaya impor bahan baku. Apalagi dengan kondisi perusahaan ini dimana 90% bahan baku produksi berasal dari impor.
"Kami sedang melakukan dua hal, pertama pelaksanaan efisiensi internal produksi dan mata rantai supply chain. Kedua, melakukan persiapan kenaikan harga jual produk obat bebas dan produk nutrisi di kuartal tiga dan empat nanti," kata Vidjongtius kepada CNBC Indonesia, Jumat (31/8).
Dia menyebutkan kenaikan harga ini diperlukan untuk mengkompensasi tingginya eksposur beban bahan baku yang sebesar 70% dari total harga pokok.
Lebih lanjut, Vidjongtius menjelaskan bahwa setiap 1% depresiasi rupiah maka akan berdampak 0,35% ke harga pokok. "Sekarang kan 8% dampaknya 2,5%-3% kita masih monitor terus. Kalau sudah di atas 5% lumayan, makanya perlu ada kenaikan harga," jelas dia.
Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali menembus level psikologis baru. Rupiah pada hari ini, Jumat (31/8/2018), sudah di level Rp 14.700/US$.
(hps/hps) Next Article Aset Capai Rp101 T, Intip Perayaan Digital 51 Tahun Bank Mega
Direktur Utama Kalbe Farma Vidjongtius membenarkan pelemahan rupiah menyebabkan harga produksi meningkat karena kenaikan biaya impor bahan baku. Apalagi dengan kondisi perusahaan ini dimana 90% bahan baku produksi berasal dari impor.
"Kami sedang melakukan dua hal, pertama pelaksanaan efisiensi internal produksi dan mata rantai supply chain. Kedua, melakukan persiapan kenaikan harga jual produk obat bebas dan produk nutrisi di kuartal tiga dan empat nanti," kata Vidjongtius kepada CNBC Indonesia, Jumat (31/8).
Lebih lanjut, Vidjongtius menjelaskan bahwa setiap 1% depresiasi rupiah maka akan berdampak 0,35% ke harga pokok. "Sekarang kan 8% dampaknya 2,5%-3% kita masih monitor terus. Kalau sudah di atas 5% lumayan, makanya perlu ada kenaikan harga," jelas dia.
Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali menembus level psikologis baru. Rupiah pada hari ini, Jumat (31/8/2018), sudah di level Rp 14.700/US$.
(hps/hps) Next Article Aset Capai Rp101 T, Intip Perayaan Digital 51 Tahun Bank Mega
Most Popular