Rupiah Jatuh ke Rp 14.700/US$ Tak Bisa Dianggap Hal Sepele!
Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
31 August 2018 11:30

Jakarta, CNBC Indonesia - Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali menembus level psikologis baru. Rupiah pada hari ini, Jumat (31/8/2018), sudah di level Rp 14.700/US$.
Rupiah, bukan satu-satunya mata uang yang melemah. Nilai tukar negara-negara lain, juga ikut melemah dan mengingatkan kembali pada istilah yang dipopulerkan Morgan Stanley di 2013 yaitu The Fragile Five.
Kelompok ini adalah lima negara yang cukup rentan terdampak krisis ekonomi global, dan menggambarkan suatu negara yang masih cukup bergantung terhadap aliran modal asing untuk perekonomian.
Lantas, apakah dalam kondisi saat ini Indonesia pantas masuk dalam kelompok Fragile Five?
Kalangan ekonom saat berbincang dengan CNBC Indonesia tak sepakat dengan stigma yang menyebut bahwa anjloknya nilai tukar rupiah hingga menembus level psikologis baru bisa memicu krisis.
Namun, pemerintah maupun Bank Indonesia (BI) harus lebih peka terhadap kondisi saat ini. Jika tidak, bukan tidak mungkin apa yang dialami Indonesia bisa sama seperti dengan Turki maupun Argentina.
"Sense of crisis itu harus digaris bawahi kalau tidak ingin seperti Turki dan Argentina. Kedua negara tersebut nilai tukarnya sangat jatuh sekali," kata Kepala Ekonom BCA David Sumual, Jumat (31/8/2018).
Pelemahan mata uang Garuda, sambung David, sejak awal tahun hingga saat ini sejatinya masih cukup moderat di kisaran 7%. Namun, kondisi tersebut benar-benar tidak bisa dianggap sepele.
"Karena situasi globalnya semakin mengkhawatirkan pelaku pasar, dan akhirnya berdampak kepada negara emerging," katanya.
BI, memang sejauh ini memiliki instrumen yang bisa dengan cepat untuk melakukan stabilisasi nilai tukar. Namun, dibutuhkan peran konkret pemerintah untuk membantu menjaga stabilitas.
"Percepat kebijakan yang direncanakan, jangan sampai ada unsur spekulatif. Kita lihat transaksi berjalan masih moderat, kita butuh devisa untuk impor. Sense of crisis harus benar-benar ada," tegasnya.
Ekonom Maybank Myrdal Gunarto pun memiliki pandangan serupa. Namun, dia tak memungkiri bahwa rupiah yang terus mengalami tekanan akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi.
"Kita tidak akan krisis, cuma GDP growth kita bakal slowing down kalau rupiah kita terus menerus melemah meski secara bertahap," katanya.
(dru) Next Article Penampakan di Money Changer, Saat Rupiah di Atas 14.800/US$
Rupiah, bukan satu-satunya mata uang yang melemah. Nilai tukar negara-negara lain, juga ikut melemah dan mengingatkan kembali pada istilah yang dipopulerkan Morgan Stanley di 2013 yaitu The Fragile Five.
Kelompok ini adalah lima negara yang cukup rentan terdampak krisis ekonomi global, dan menggambarkan suatu negara yang masih cukup bergantung terhadap aliran modal asing untuk perekonomian.
![]() |
Lantas, apakah dalam kondisi saat ini Indonesia pantas masuk dalam kelompok Fragile Five?
Namun, pemerintah maupun Bank Indonesia (BI) harus lebih peka terhadap kondisi saat ini. Jika tidak, bukan tidak mungkin apa yang dialami Indonesia bisa sama seperti dengan Turki maupun Argentina.
"Sense of crisis itu harus digaris bawahi kalau tidak ingin seperti Turki dan Argentina. Kedua negara tersebut nilai tukarnya sangat jatuh sekali," kata Kepala Ekonom BCA David Sumual, Jumat (31/8/2018).
Pelemahan mata uang Garuda, sambung David, sejak awal tahun hingga saat ini sejatinya masih cukup moderat di kisaran 7%. Namun, kondisi tersebut benar-benar tidak bisa dianggap sepele.
"Karena situasi globalnya semakin mengkhawatirkan pelaku pasar, dan akhirnya berdampak kepada negara emerging," katanya.
"Percepat kebijakan yang direncanakan, jangan sampai ada unsur spekulatif. Kita lihat transaksi berjalan masih moderat, kita butuh devisa untuk impor. Sense of crisis harus benar-benar ada," tegasnya.
Ekonom Maybank Myrdal Gunarto pun memiliki pandangan serupa. Namun, dia tak memungkiri bahwa rupiah yang terus mengalami tekanan akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi.
"Kita tidak akan krisis, cuma GDP growth kita bakal slowing down kalau rupiah kita terus menerus melemah meski secara bertahap," katanya.
(dru) Next Article Penampakan di Money Changer, Saat Rupiah di Atas 14.800/US$
Most Popular