
6 Alasan Mengapa Rupiah Sulit Ungguli Dolar Singapura
Alfado Agustio, CNBC Indonesia
31 August 2018 07:40

Jakarta, CNBC Indonesia - Pelemahan rupiah terhadap dolar Singapura pada Agustus ini terus menerus mencetak rekor. Bahkan hingga Kamis (30/8/2018) pukul 19:47 WIB, pelemahan rupiah kembali cetak rekor di posisi Rp 10.750,37/SG$.
Kedigdayaan mata uang Negeri Merlion ini cukup merugikan Indonesia. Misalnya dari sisi perdagangan non-migas. Dalam kurun waktu empat tahun terakhir, Indonesia berulang kali berlangganan mencatatkan defisit perdagangan.
Lantas, faktor apa yang kira-kira mendorong dolar Singapura begitu perkasa di hadapan rupiah sepanjang tahun ini? Tim Riset CNBC Indonesia menemukan ada setidaknya enam kondisi fundamental yang membuat rupiah kalah nilainya dibandingkan dengan dolar Singapura.
Pertama, sektor manufaktur di Singapura yang lebih kuat dibandingkan Indonesia. Berdasarkan pergerakan indeks manufaktur kedua negara, terlihat bahwa tren indeks Singapura masih lebih tinggi dari Indonesia.
Indeks manufaktur menggambarkan optimisme investor terhadap perkembangan manufaktur di suatu negara.
Kedua, nilai tambah. Sudah kalah dari indeks manufaktur, tingkat produktivitas sektor manufaktur Indonesia dalam menciptakan barang bernilai tambah pun masih kalah dibandingkan dengan Singapura.
Ketiga, sumbangan manufaktur terhadap produk domestik bruto (PDB). Barang bernilai tambah memiliki keunggulan kompetitif dalam persaingan perdagangan dunia, sehingga mereka menjadi salah satu kontributor utama pertumbuhan ekonomi.
Data Bank Dunia menunjukkan kontribusi sektor manufaktur terhadap PDB Singapura sejak 2014 menunjukkan tren peningkatan. Lain hal dengan Indonesia, yang justru bergerak sebaliknya.
Keunggulan manufaktur itu diikuti dengan keunggulan kelima Singapura, yakni berupa kinerja perdagangan yang positif. Data kantor statistik Singapura dalam lima tahun terakhir menyebutkan bahwa Singapura berhasil membukukan surplus perdagangan yang merupakan terbesar di Asia Tenggara.
Surplus neraca perdagangan berujung pada keunggulan keenam, yakni melimpahnya devisa yang merupakan modal penting bagi pembentukan cadangan devisa. Kuatnya cadanga devisa ekonomi mengindikasikan kekuatan kapital sebuah negara untuk menahan gejolak mata uangnya dari risiko eksternal.
Sejak Januari 2018, cadangan devisa Negara Kota tersebut terus menunjukkan tren kenaikan. Bahkan di Juli 2018, nilainya mencapai rekor tertinggi sepanjang sejarah.
Sementara itu, cadangan devisa Indonesia justru menunjukkan tren sebaliknya menyusul tindakan Bank Indonesia (BI) melakukan stabilitasi di tengah defisit neraca perdagangan.
Karenanya, jika pemerintah ingin rupiah menguat terhadap dolar Singapura secara berkelanjutan, maka berhentilah bergantung pada intervensi moneter oleh Bank Indonesia (BI). Benahi sektor manufaktur kita, sekarang juga!
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/prm) Next Article Rupiah Loyo, Ini Curhatan Pengusaha
![]() |
![]() |
Pertama, sektor manufaktur di Singapura yang lebih kuat dibandingkan Indonesia. Berdasarkan pergerakan indeks manufaktur kedua negara, terlihat bahwa tren indeks Singapura masih lebih tinggi dari Indonesia.
Indeks manufaktur menggambarkan optimisme investor terhadap perkembangan manufaktur di suatu negara.
![]() |
![]() |
Data Bank Dunia menunjukkan kontribusi sektor manufaktur terhadap PDB Singapura sejak 2014 menunjukkan tren peningkatan. Lain hal dengan Indonesia, yang justru bergerak sebaliknya.
Situasi ini membawa keunggulan keempat bagi Singapura, yakni dalam hal pertumbuhan ekonomi. Tingginya kontribusi sektor manufaktur ikut mendorong pertumbuhan PDB Singapura. Data kantor statistik Singapura menunjukkan PDB Singapura terus meningkat, sementara PDB Indonesia cenderung fluktuatif.
![]() |
Surplus neraca perdagangan berujung pada keunggulan keenam, yakni melimpahnya devisa yang merupakan modal penting bagi pembentukan cadangan devisa. Kuatnya cadanga devisa ekonomi mengindikasikan kekuatan kapital sebuah negara untuk menahan gejolak mata uangnya dari risiko eksternal.
![]() |
Sementara itu, cadangan devisa Indonesia justru menunjukkan tren sebaliknya menyusul tindakan Bank Indonesia (BI) melakukan stabilitasi di tengah defisit neraca perdagangan.
![]() |
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/prm) Next Article Rupiah Loyo, Ini Curhatan Pengusaha
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular