Kanada dan Argentina Menjadi Fokus Pelaku Obligasi Negara
Irvin Avriano A, CNBC Indonesia
30 August 2018 10:11

Jakarta, CNBC Indonesia - Kemarin, pasar obligasi global didominasi oleh kenaikan tingkat imbal hasil (yield) baik di pasar Amerika, Eropa, dan Asia Pasifik. Kenaikan yield menunjukkan adanya penurunan (koreksi) harga karena pergerakan harga dan yield saling bertolak belakang di pasar sekunder obligasi.
Berdasarkan riset PT Kiwoom Sekuritas Indonesia hari ini (30/8/18), kenaikan yield di regional Asia Pasifik terbesar dialami pasar Hongkong (2,08%, +4,8), sedangkan penurunan imbal hasil terbesar dialami pasar Filipina (6,36%, -1,2).
Di dalam negeri, harga obligasi pemerintah tenor 10 tahun ditutup menguat sehingga menekan yield 7,95% dibandingkan hari sebelumnya di 7,93%. Harga obligasi 20 tahun juga menguat dan menurunkan yield menjadi 8,42% dibandingkan sebelumnya 8,37% ketika rupiah ditutup melemah di Rp 14.645 per dolar AS.
Total transaksi dan frekuensi meningkat dibanding hari sebelumnya di tengah minimnya pergerakan harga obligasi kemarin. Total transaksi didominasi oleh obligasi berdurasi 7 tahun - 10 tahun, diikuti dengan 1 tahun - 3 tahun dan < 1 tahun. Sisanya merata di semua tenor hingga 25 tahun.
Pasar obligasi kemarin memiliki ruang untuk menguat, tetapi kenaikan imbal hasil global membuat pasar obligasi domestik mengekor meskipun tidak banyak.
Pagi ini pasar surat berharga negara (SBN) diperkirakan akan dibuka bervariasi. Minimnya sentimen membuat pasar obligasi tidak mengalami dorongan untuk bergerak banyak, meskipun demikian, pergerakan obligasi yang melebihi > 45 bps, akan menjadi arah bagi pasar obligasi entah kenaikan atau penurunan.
Fokus selanjutnya sudah beralih kepada penantian munculnya data PCE Deflator MoM dan YoY dari Amerika, yang kami mengestimasikan YoY akan naik dari sebelumnya 1,9% menjadi 2%. Begitupun dengan data dari dalam negeri, seperti inflasi yang akan keluar pada awal bulan.
Pelaku pasar obligasi disarankan Kiwoom Sekuritas untuk hold hari ini. Salah satu faktor utama yang memengaruhi pasar saat ini adalah perundingan AS-Kanada terkait dengan gencatan senjata perang dagang (trade truce) yang digelorakan AS.
Kedua pemimpin negara maju yang bertetangga itu, Justrin Trudeau dan Paman Trump, menunjukkan sinyal positif terhadap keberlangsungan dan keberhasilan diskusi delegasinya. Akibat trade truce, pasar investasi surat berharga global menunjukkan sikap positif karena belum ada gejolak negatif berarti di pasar yang dapat memicu penguatan dolar AS.
Jikapun hasil runding dagang AS-Kanada positif, maka kondisi pasar dapat bergerak lebih semarak lagi.
Selain itu, depresiasi peso Argentina terhadap dolar AS kemarin juga masih menjadi perhatian. Bayang-bayang depresi 2001 dan krisis surat utang masih menghantui pelaku pasar global jika depresiasi terus berkontraksi.
Sentimen negatif yang dapat muncul dari Amerika Selatan itu dapat membuat pelaku pasar global memburu kembali aset-aset lebih aman (safe haven) seperti dolar AS yang dapat menekan pasar investasi surat berharga global.
Berikut disampaikan beberapa agenda dan faktor lain yang dapat memengaruhi pasar obligasi global dan domestik yang dihimpun Kiwoom Sekuritas.
• US MBA Mortgage Applications turun dari sebelumnya 4,2% menjadi -1,7%. Mencerminkan belum membaiknya konsumsi di Amerika Serikat (AS), yang berarti cukup baik untuk meredam agresivitas bank sentral AS menaikkan suku bunga acuannya tahun ini.
• US GDP Price Index tidak berubah di 3%. Indikasinya akan berdampak netral.
• US Personal Consumption turun dari sebelumnya 4% menjadi 3,8%. Menunjukkan adanya perbaikan konsumsi dan perekonomian AS, yang dapat meningkatkan agresivitas
• Japan Consumer Confidence turun dari sebelumnya 43,5 menjadi 43,3. Perbaikan ekonomi di negara maju selain AS dapat memicu optimisme global terkait dengan perbaikan ekonomi dunia dan adanya alternatif investasi yang selama ini terpusat di Negara Paman Sam.
• Kementerian Keuangan telah melakukan penerbitan surat berharga negara (SBN) seri FR0072, senilai Rp 1 triliun dengan kupon 8,25% dan imbal hasil (yield) 8,36% dengan cara penawaran terbatas (private placement) pada 29 Agustus 2018.
• Surat berharga syariah negara (SBSN) seri juga PBSNT 001 diterbitkan secara private placement senilai Rp 1,5 triliun. SBSN yang diterbitkan tidak dapat diperdagangkan di pasar sekunder. PBSNT 001 memiliki tingkat imbal hasil 8%, kupon Fixed 8%, dan jatuh tempo 29 August 2023.
• Pemerintah juga menerbitkan SBN seri FRNT001 senilai Rp 3,5 triliun yang juga tidak dapat diperdagangkan. Seri ini memiliki kupon 8%, imbal hasil 8%, dan jatuh tempo 29 August 2023.
• PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) melihat kesempatan mencari dana sekitar Rp 12 triliun dari obligasi pada 2019 - 2021. Perusahaan juga berencana menerbitkan obligasi Rp 2 triliun pada awal 2019.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/roy) Next Article MAMI: Yield Obligasi RI 10 Tahun Berpeluang Turun Ke 6%
Berdasarkan riset PT Kiwoom Sekuritas Indonesia hari ini (30/8/18), kenaikan yield di regional Asia Pasifik terbesar dialami pasar Hongkong (2,08%, +4,8), sedangkan penurunan imbal hasil terbesar dialami pasar Filipina (6,36%, -1,2).
Di dalam negeri, harga obligasi pemerintah tenor 10 tahun ditutup menguat sehingga menekan yield 7,95% dibandingkan hari sebelumnya di 7,93%. Harga obligasi 20 tahun juga menguat dan menurunkan yield menjadi 8,42% dibandingkan sebelumnya 8,37% ketika rupiah ditutup melemah di Rp 14.645 per dolar AS.
Pasar obligasi kemarin memiliki ruang untuk menguat, tetapi kenaikan imbal hasil global membuat pasar obligasi domestik mengekor meskipun tidak banyak.
Pagi ini pasar surat berharga negara (SBN) diperkirakan akan dibuka bervariasi. Minimnya sentimen membuat pasar obligasi tidak mengalami dorongan untuk bergerak banyak, meskipun demikian, pergerakan obligasi yang melebihi > 45 bps, akan menjadi arah bagi pasar obligasi entah kenaikan atau penurunan.
Fokus selanjutnya sudah beralih kepada penantian munculnya data PCE Deflator MoM dan YoY dari Amerika, yang kami mengestimasikan YoY akan naik dari sebelumnya 1,9% menjadi 2%. Begitupun dengan data dari dalam negeri, seperti inflasi yang akan keluar pada awal bulan.
Pelaku pasar obligasi disarankan Kiwoom Sekuritas untuk hold hari ini. Salah satu faktor utama yang memengaruhi pasar saat ini adalah perundingan AS-Kanada terkait dengan gencatan senjata perang dagang (trade truce) yang digelorakan AS.
Kedua pemimpin negara maju yang bertetangga itu, Justrin Trudeau dan Paman Trump, menunjukkan sinyal positif terhadap keberlangsungan dan keberhasilan diskusi delegasinya. Akibat trade truce, pasar investasi surat berharga global menunjukkan sikap positif karena belum ada gejolak negatif berarti di pasar yang dapat memicu penguatan dolar AS.
Jikapun hasil runding dagang AS-Kanada positif, maka kondisi pasar dapat bergerak lebih semarak lagi.
Selain itu, depresiasi peso Argentina terhadap dolar AS kemarin juga masih menjadi perhatian. Bayang-bayang depresi 2001 dan krisis surat utang masih menghantui pelaku pasar global jika depresiasi terus berkontraksi.
Sentimen negatif yang dapat muncul dari Amerika Selatan itu dapat membuat pelaku pasar global memburu kembali aset-aset lebih aman (safe haven) seperti dolar AS yang dapat menekan pasar investasi surat berharga global.
Berikut disampaikan beberapa agenda dan faktor lain yang dapat memengaruhi pasar obligasi global dan domestik yang dihimpun Kiwoom Sekuritas.
• US MBA Mortgage Applications turun dari sebelumnya 4,2% menjadi -1,7%. Mencerminkan belum membaiknya konsumsi di Amerika Serikat (AS), yang berarti cukup baik untuk meredam agresivitas bank sentral AS menaikkan suku bunga acuannya tahun ini.
• US GDP Price Index tidak berubah di 3%. Indikasinya akan berdampak netral.
• US Personal Consumption turun dari sebelumnya 4% menjadi 3,8%. Menunjukkan adanya perbaikan konsumsi dan perekonomian AS, yang dapat meningkatkan agresivitas
• Japan Consumer Confidence turun dari sebelumnya 43,5 menjadi 43,3. Perbaikan ekonomi di negara maju selain AS dapat memicu optimisme global terkait dengan perbaikan ekonomi dunia dan adanya alternatif investasi yang selama ini terpusat di Negara Paman Sam.
• Kementerian Keuangan telah melakukan penerbitan surat berharga negara (SBN) seri FR0072, senilai Rp 1 triliun dengan kupon 8,25% dan imbal hasil (yield) 8,36% dengan cara penawaran terbatas (private placement) pada 29 Agustus 2018.
• Surat berharga syariah negara (SBSN) seri juga PBSNT 001 diterbitkan secara private placement senilai Rp 1,5 triliun. SBSN yang diterbitkan tidak dapat diperdagangkan di pasar sekunder. PBSNT 001 memiliki tingkat imbal hasil 8%, kupon Fixed 8%, dan jatuh tempo 29 August 2023.
• Pemerintah juga menerbitkan SBN seri FRNT001 senilai Rp 3,5 triliun yang juga tidak dapat diperdagangkan. Seri ini memiliki kupon 8%, imbal hasil 8%, dan jatuh tempo 29 August 2023.
• PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) melihat kesempatan mencari dana sekitar Rp 12 triliun dari obligasi pada 2019 - 2021. Perusahaan juga berencana menerbitkan obligasi Rp 2 triliun pada awal 2019.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/roy) Next Article MAMI: Yield Obligasi RI 10 Tahun Berpeluang Turun Ke 6%
Most Popular