Kesepakatan NAFTA Hampir Rampung, IHSG Dibuka Naik 0,17%

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
30 August 2018 09:32
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka naik 0,17% ke level 6.075,27.
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka naik 0,17% ke level 6.075,27 untuk mengawali perdagangan hari ini. IHSG berhasil mengikuti bursa saham utama kawasan Asia yang telah terlebih dulu dibuka di zona hijau: indeks Nikkei naik 0,75%, indeks Strait Times naik 0,1%, indeks Hang Seng naik 0,41%, dan indeks Kospi naik 0,18%.

Optimisme bahwa AS dan Kanada bisa segera mencapai kesepakatan terkait dengan perubahan North American Free Trade Agreement (NAFTA) membuat investor cukup berani untuk masuk ke bursa saham tanah air. Kesepakatan diperkirakan terjadi paling lambat akhir pekan ini.

"Mereka (Kanada) ingin mencapai kesepakatan, saya memberi waktu sampai Jumat dan sepertinya berjalan sesuai harapan. Kita lihat saja apa yang akan terjadi, tetapi dalam segala hal semuanya berjalan dengan sangat baik," kata Presiden Trump, mengutip Reuters.

Optimisme juga merebak di kubu Kanada. PM Trudeau yakin bisa mencapai kesepakatan dengan Negeri Paman Sam pada pekan ini. Namun, Trudeau menekankan bahwa kepentingan Kanada harus terlindungi.

"Kami melihat bahwa ada kemungkinan untuk ke sana (tercapainya kesepakatan) pada Jumat, tetapi itu baru kemungkinan karena kami akan melihat pada akhirnya apakah ada keuntungan bagi Kanada atau tidak. Tidak ada kesepakatan NAFTA lebih baik daripada kesepakatan NAFTA yang buruk," tegasnya, dikutip dari Reuters.

Sebelumnya, AS telah berhasil mencapai kesepakatan dengan Meksiko terkait perubahan NAFTA. Salah satu poin kesepakatan AS-Meksiko adalah di sektor otomotif. Kandungan dalam negeri dalam produk otomotif dinaikkan dari 62,5% menjadi 75%. Ini akan menggairahkan produksi otomotif di kedua negara.

Di sisi lain, pelemahan rupiah kembali menghantui jalannya perdagangan. Rupiah melemah tipis 0,01% melawan dolar AS di pasar spot ke level Rp 14.651. Rupiah memang berpotensi tertekan sepanjang hari, terutama jika tak ada intervensi dari Bank Indonesia (BI).

Pasalnya, persepsi mengenai kenaikan suku bunga acuan sebanyak 4 kali sepanjang tahun ini oleh the Federal Reserve sudah semakin menyeruak. Hal ini disebabkan oleh kuatnya laju perekonomian Negeri Paman Sam.

Kemarin (29/8/2018), Kementerian Pedagangan AS merilis pembacaan kedua atas pertumbuhan ekonomi periode kuartal-II 2018 di level 4,2% QoQ (annualized). Posisi ini lebih tinggi dibandingkan pembacaan pertama yang sebesar 4,1%, serta merupakan laju tercepat sejak 2014.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(roy) Next Article Tersengat Dampak Corona, IHSG Ambles Lebih 4%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular