Rupiah Lemah di Kurs Acuan, Tak Bertaring di Pasar Spot
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
29 August 2018 10:40

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di kurs acuan kembali melemah. Pelemahan hari ini bahkan lebih dalam ketimbang kemarin.
Pada Rabu (29/8/2018), kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.643. Rupiah melemah 0,2% dibandingkan posisi hari sebelumnya. Kemarin, Jisdor pun melemah meski tipis di 0,03%.
Seperti di kurs acuan, rupiah pun melemah di pasar spot. Pada pukul 10:07 WIB, US$ 1 dihargai Rp 14.640 di mana rupiah melemah 0,16%.
Di pasar spot, rupiah dibuka melemah tipis 0,02%. Seiring perjalanan pasar, depresiasi rupiah semakin dalam. Namun rupiah belum sampai menyentuh titik terlemahnya tahun ini yaitu Rp 14.660/US$.
Rupiah tidak sendiri, karena berbagai mata uang utama Asia pun melemah di hadapan greenback. Sejauh ini, hanya rupee India yang mampu selamat dari amukan dolar AS.
Berikut perkembangan nilai tukar mata uang utama Asia terhadap dolar AS pada pukul 10:13 WIB:
Dolar AS masih melanjutkan penguatan meski mulai terbatas. Pada pukul 10:18 WIB, Dollar Index (yang menggambarkan posisi greenback secara relatif terhadap enam mata uang utama dunia) menguat tipis 0,01%. Meski hanya naik tipis, tetapi lebih baik dibandingkan malam hingga dini hari tadi yang terkoreksi.
Investor masih mencemaskan isu AS vs China. Pekan lalu, delegasi AS dan China sebenarnya sudah bertemu di Washington, tetapi minim hasil yang signifikan. Pelaku pasar masih mencermati pengenaan bea masuk baru oleh Washington dan Beijing.
AS memberlakukan bea masuk 25% kepada impor produk China senilai US$ 16 miliar. China pun mengenakan bea masuk 25% kepada impor produk-produk made in USA senilai US$ 16 miliar.
Selama belum ada kesepakatan antara dua kekuatan ekonomi terbesar di bumi ini, maka sentimen perang dagang masih menggelayuti benak pelaku pasar. Selama itu pula dolar AS akan diuntungkan, karena saat terjadi 'huru-hara' di pasar biasanya investor memilih bermain aman dengan meninggalkan aset-aset berisiko di negara berkembang. Greenback adalah pilihan utama mereka sehingga membuat mata uang ini semakin kuat.
Namun penguatan dolar AS agak tertahan karena sentimen yang sama, yaitu perdagangan. Kemarin, AS sudah mencapai kesepakatan dagang dengan Meksiko untuk pembaruan kerangka Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara (NAFTA). Hari ini, giliran Kanada yang tengah berdialog dengan Negeri Paman Sam.
Pelaku pasar memperkirakan negosiasi dagang AS-Kanada berjalan mulus. “Masih ada beberapa hal yang belum selesai dengan Kanada. Namun sepertinya bisa diatasi dengan cepat,” ujar seorang pejabat senior AS, dikutip dari Reuters.
Sebelum kedatangan delegasi Kanada ke Washington, Presiden AS Donald Trump sudah berbicara dengan Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau melalui sambungan telepon. “Kedua pemimpin sepakat untuk melanjutkan pembicaraan yang produktif,” tutur Sarah Sanders, Juru Bicara Gedung Putih, masih mengutip Reuters.
Perkembangan ini sedikit banyak membuat pelaku pasar masih sedikit mau mengambil risiko dengan masuk ke negara-negara berkembang. Akibatnya dolar AS memang masih menguat, tetapi sangat terbatas.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article RI Kurangi Ketergantungan Dolar AS
Pada Rabu (29/8/2018), kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.643. Rupiah melemah 0,2% dibandingkan posisi hari sebelumnya. Kemarin, Jisdor pun melemah meski tipis di 0,03%.
Di pasar spot, rupiah dibuka melemah tipis 0,02%. Seiring perjalanan pasar, depresiasi rupiah semakin dalam. Namun rupiah belum sampai menyentuh titik terlemahnya tahun ini yaitu Rp 14.660/US$.
Rupiah tidak sendiri, karena berbagai mata uang utama Asia pun melemah di hadapan greenback. Sejauh ini, hanya rupee India yang mampu selamat dari amukan dolar AS.
Berikut perkembangan nilai tukar mata uang utama Asia terhadap dolar AS pada pukul 10:13 WIB:
Dolar AS masih melanjutkan penguatan meski mulai terbatas. Pada pukul 10:18 WIB, Dollar Index (yang menggambarkan posisi greenback secara relatif terhadap enam mata uang utama dunia) menguat tipis 0,01%. Meski hanya naik tipis, tetapi lebih baik dibandingkan malam hingga dini hari tadi yang terkoreksi.
Investor masih mencemaskan isu AS vs China. Pekan lalu, delegasi AS dan China sebenarnya sudah bertemu di Washington, tetapi minim hasil yang signifikan. Pelaku pasar masih mencermati pengenaan bea masuk baru oleh Washington dan Beijing.
AS memberlakukan bea masuk 25% kepada impor produk China senilai US$ 16 miliar. China pun mengenakan bea masuk 25% kepada impor produk-produk made in USA senilai US$ 16 miliar.
Selama belum ada kesepakatan antara dua kekuatan ekonomi terbesar di bumi ini, maka sentimen perang dagang masih menggelayuti benak pelaku pasar. Selama itu pula dolar AS akan diuntungkan, karena saat terjadi 'huru-hara' di pasar biasanya investor memilih bermain aman dengan meninggalkan aset-aset berisiko di negara berkembang. Greenback adalah pilihan utama mereka sehingga membuat mata uang ini semakin kuat.
Namun penguatan dolar AS agak tertahan karena sentimen yang sama, yaitu perdagangan. Kemarin, AS sudah mencapai kesepakatan dagang dengan Meksiko untuk pembaruan kerangka Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara (NAFTA). Hari ini, giliran Kanada yang tengah berdialog dengan Negeri Paman Sam.
Pelaku pasar memperkirakan negosiasi dagang AS-Kanada berjalan mulus. “Masih ada beberapa hal yang belum selesai dengan Kanada. Namun sepertinya bisa diatasi dengan cepat,” ujar seorang pejabat senior AS, dikutip dari Reuters.
Sebelum kedatangan delegasi Kanada ke Washington, Presiden AS Donald Trump sudah berbicara dengan Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau melalui sambungan telepon. “Kedua pemimpin sepakat untuk melanjutkan pembicaraan yang produktif,” tutur Sarah Sanders, Juru Bicara Gedung Putih, masih mengutip Reuters.
Perkembangan ini sedikit banyak membuat pelaku pasar masih sedikit mau mengambil risiko dengan masuk ke negara-negara berkembang. Akibatnya dolar AS memang masih menguat, tetapi sangat terbatas.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article RI Kurangi Ketergantungan Dolar AS
Most Popular