Perang Dagang Memanas Lagi, Reli Harga Obligasi Terhenti

24 August 2018 20:41
Perang Dagang Memanas Lagi, Reli Harga Obligasi Terhenti
Foto: CNBC Indonesia
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi pemerintah terkoreksi hari ini seiring dengan pelemahan rupiah dan pasar saham setelah saling berbalasnya pengenaan tarif impor oleh Amerika Serikat (AS) dan China.

Merujuk data Reuters, koreksi harga surat berharga negara (SBN) tercermin dari tiga seri acuan (benchmark) yang sekaligus melambungkan tingkat imbal hasilnya (yield). Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder.

Empat seri yang biasa dijadikan acuan pasar adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 30 tahun. Tiga di antaranya, yaitu 5 tahun, 10 tahun, dan 20 tahun mengalami koreksi harga dan menyebabkan yield-nya naik 4 basis poin (bps), 7 bps, dan 1 bps menjadi 7,79%, 7,91%, dan 8,38%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.

Satu seri acuan lain yaitu seri 15 tahun masih mampu membukukan penguatan harga di tengah koreksi pasar keuangan domestik. Yield seri tersebut tertekan 8 bps sehingga membawa yield-nya di posisi 8,13% pada penutupan pasar.

Koreksi pasar obligasi pemerintah itu juga tercermin pada harga wajar obligasi, yang tercemin oleh kenaikan indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA). Indek tersebut turun tipis 0,06 poin (0,03%) menjadi 231,27 dari posisi kemarin 231,27.

 
Yield Obligasi Negara Acuan 24 Aug 2018
SeriBenchmarkYield 23 Aug 2018 (%) Yield 24 Aug 2018 (%)Selisih (basis poin)
FR00635 tahun7.757.7974.70
FR006410 tahun7.8387.9177.90
FR006515 tahun8.2188.134-8.40
FR007520 tahun8.3868.3961.00
Sumber: Reuters 

Koreksi hari ini turut membuat selisih (spread) SBN tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa semakin melebar di atas level psikologis 500 bps, tepatnya 508 bps. Yield US Treasury 10 tahun mencapai 2,83%.

Spread yang melebar, ditambah faktor turunnya yield US Treasury, membuat investor global dapat menilai perlu menyeimbangkan (rebalancing) portofolionya dalam jangka pendek dan membeli SBN rupiah yang menjadi sedikit lebih menarik karena lebih murah dibandingkan dengan sebelumnya.

Pelemahan di pasar surat utang pemerintah tersebut juga terjadi di pasar ekuitas dan pasar nilai tukar mata uang.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 14 poin (0,24%) menjadi 5.968 hingga penutupan tadi sore. Koreksi juga terjadi di pasar spot rupiah, yang melemah di hadapan dolar AS. Mata uang garuda masih tak berdaya di depan dolar Amerika Serikat (AS) hingga di bawah level psikologis Rp 14.600 per dolar AS pada penutupan pasar spot hari ini.

Pelemahan rupiah terjadi hanya 0,08% menjadi Rp 14.637 pada akhir perdagangan, setelah sebelumnya melemah hingga Rp 14.660 tiap dolar AS pada siang hari. Hal itu mengindikasikan ada aksi ambil untung terhadap dolar AS atau adanya intervensi bank sentral terhadap rupiah. Dari periode sepekan, obligasi pemerintah masih menguat dibandingkan dengan pekan lalu yang tercermin dari selisih yield minus di seluruh empat seri SBN acuan. Penurunan yield tentu mencerminkan adanya penguatan harga. 

Seri 15 tahun menjadi seri yang yield-nya paling tertekan, yaitu 23 basis poin (bps) yakni menjadi 8,13%. Hal ini tentu diperkuat asumsi bahwa harga tenor menengah tersebut masih menguat hari ini meskipun seri lain terkoreksi. 

Koreksi hari ini mengakhiri reli harga yang terjadi sejak pekan lalu ketika yield seri acuan berada pada level tertinggi, setidaknya menjadi level tertinggi sejak 16 Desember 2016 untuk tenor 10 tahun. 

Yield di puncak tertinggi (dan tentunya harga berada di titik terendah itu) terjadi ketika bara krisis lira di Turki ditambah bahan bakar dari perang dagang yang dikobarkan AS dengan hampir seluruh negara mitra dagangnya di dunia. 

Setelah sentimen negatif tersebut mereda, penguatan terjadi beruntun pekan lalu, yaitu ketika terdapat secercah harapan dari mengalahnya pemerintahan China yang bersedia bertandang ke Washington guna membicarakan perselisihan di antara dua negara besar tersebut. 

Namun, begitu kedua negara saling mengaktifkan tarif bea impor yang memberatkan kedua belah pihak pada Kamis waktu setempat, pasar kembali berkontraksi.

Arus modal investor kembali berlomba masuk ke instrumen yang dianggap lebih aman di tengah segala kondisi mengkhawatirkan, dolar AS salah satunya. 

Tarif impor AS terhadap berbagai produk China senilai US$16 miliar (Rp 234 triliun) secara resmi diberlakukan yang langsung dibalas China dengan bea impor baru untuk produk Negeri Paman Sam senilai total US$ 16 miliar. 

Yield Obligasi Negara Acuan
SeriBenchmarkYield 16 Aug 2018 (%)Yield 24 Aug 2018 (%)Selisih (basis poin)
FR00635 tahun7.8487.797-5.10
FR006410 tahun7.997.917-7.30
FR006515 tahun8.3728.134-23.80
FR007520 tahun8.4178.396-2.10
 Sumber: Reuters 

Ke depannya, pelaku pasar masih menantikan pertemuan tahunan The Federal Reserve/The Fed di Jackson Hole, Wyoming, Jumat waktu setempat.

Pertemuan itu akan menentukan sinyal suku bunga acuan The Fed Fund Rate (FFR) yang dapat naik lebih banyak frekuensinya daripada prediksi jika kondisi di AS meyakinkan pihak pengambil keputusan. 

Pelaku pasar memprediksi akan ada dua kali kenaikan FFR hingga akhir tahun, sedangkan kemungkinan terburuknya adalah kenaikan suku bunga acuan tersebut sebanyak empat kali lagi hingga akhir 2018. 

Pekan depan, pelaku pasar akan menanti pengumuman data pertumbuhan kredit perbankan yang akan disampaikan Bank Indonesia serta penjualan motor periode Juli oleh asosiasi. Jika hasilnya positif, tentu akan menjadi pendorong iklim investasi surat berharga, termasuk pasar SBN.

Kondisi itu juga tentu akan memengaruhi penerbitan SBN dalam lelang rutin Selasa depan. Pemerintah menargetkan penerbitan surat utang senilai Rp 10 triliun-Rp 20 triliun dalam lelang tersebut.

Jika awan gelap sentimen negatif global pekan ini masih bertahan hingga pekan depan, maka tidak mustahil hasil lelang itu dapat memberi hasil kurang maksimal dari sisi minat, jumlah penerbitan, dan yield yang dimenangkan.

Rencana Lelang Surat Berharga Negara (SBN) 28 Aug 2018
SeriSPN03181101SPN12190411FR0063FR0064FR0075
Jatuh tempo1-Nov-181-Aug-1815-May-2315-May-2815-May-33
Target indikatif10,000
Target maksimal20,000
Sumber: Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kemenkeu

TIM RISET CNBC INDONESIA



(irv/irv) Next Article MAMI: Yield Obligasi RI 10 Tahun Berpeluang Turun Ke 6%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular