
Sempat Sentuh Rp 14.637/US$, Rupiah Terparah Sejak 2015
Herdaru Purnomo, CNBC Indonesia
23 August 2018 18:13

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup di level Rp 14.625/US$ namun pergerakan nilai tukar rupiah terlemahnya sempat menembus level Rp 14.637/US$.
Angka tersebut merupakan terendahnya sejak Oktober 2015.
Data Reuters menunjukkan, pada Oktober 2015 rupiah per dolar AS sempat menembus level Rp 14.640/US$ pada 2 Oktober 2015.
Pergerakan rupiah hari ini level terkuatnya berada di Rp 14.595/US$ tepatnya sekitar pukul 09.00 WIB pagi tadi. Namun rupiah sempat menyentuh level Rp 14.637/US$ jelang penutupan.
Pergerakan rupiah hari ini sudah mendapatkan 'bantuan' dari Bank Indonesia (BI) yang sejak pukul 11.00 WIB melakukan intervensi.
"Kita masuk (intervensi) dan sedang dilakukan," kata Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia Nanang Hendarsah kepada CNBC Indonesia, Kamis (23/8/2018).
Menurut Nanang selain faktor global di AS, pelemahan rupiah disebabkan oleh banyaknya pembelian dolar AS oleh bank dan importir.
"Pembelian oleh bank dan importir (cukup besar). Bank ada short covering, karena mengcover pembelian dari nasabah," terang Nanang.
Keperkasaan dolar AS merambat sampai Benua Kuning. Tidak ada mata uang utama Asia yang bisa selamat dari amukan greenback. Won Korea Selatan menjadi yang paling apes dengan depresiasi terdalam, disusul oleh yuan China dan dolar Taiwan.
Selain faktor global yang disampaikan Nanang, nilai tukar rupiah dipengaruhi hasil rapat The Fed.
Secara umum, hasil rapat The Fed tetap menunjukkan nada yang hawkish. Potensi kenaikan suku bunga acuan pada rapat bulan depan pun kian besar. Mengutip CME Fedwatch, probabilitas kenaikan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 2-2,25% mencapai 96%. Hal ini membuat dollar index menguat.
(dru) Next Article BI: 2019, Rupiah Lebih Stabil!
Angka tersebut merupakan terendahnya sejak Oktober 2015.
Data Reuters menunjukkan, pada Oktober 2015 rupiah per dolar AS sempat menembus level Rp 14.640/US$ pada 2 Oktober 2015.
Pergerakan rupiah hari ini sudah mendapatkan 'bantuan' dari Bank Indonesia (BI) yang sejak pukul 11.00 WIB melakukan intervensi.
"Kita masuk (intervensi) dan sedang dilakukan," kata Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia Nanang Hendarsah kepada CNBC Indonesia, Kamis (23/8/2018).
Menurut Nanang selain faktor global di AS, pelemahan rupiah disebabkan oleh banyaknya pembelian dolar AS oleh bank dan importir.
"Pembelian oleh bank dan importir (cukup besar). Bank ada short covering, karena mengcover pembelian dari nasabah," terang Nanang.
Keperkasaan dolar AS merambat sampai Benua Kuning. Tidak ada mata uang utama Asia yang bisa selamat dari amukan greenback. Won Korea Selatan menjadi yang paling apes dengan depresiasi terdalam, disusul oleh yuan China dan dolar Taiwan.
Selain faktor global yang disampaikan Nanang, nilai tukar rupiah dipengaruhi hasil rapat The Fed.
Secara umum, hasil rapat The Fed tetap menunjukkan nada yang hawkish. Potensi kenaikan suku bunga acuan pada rapat bulan depan pun kian besar. Mengutip CME Fedwatch, probabilitas kenaikan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 2-2,25% mencapai 96%. Hal ini membuat dollar index menguat.
(dru) Next Article BI: 2019, Rupiah Lebih Stabil!
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular