
Dolar Australia Melemah Ikuti Koreksi Harga Batu Bara Dunia
Alfado Agustio, CNBC Indonesia
23 August 2018 12:51

Jakarta, CNBC Indonesia - Kurs rupiah terhadap dolar Australia menguat dalam 3 hari berturut-turut di tengah penurunan harga batu bara global yang membagi sentimen negatif lebih besar terhadap mata uang Negeri Kanguru daripada mata uang Garuda.
Pada Kamis (23/8/2018) pukul 12:27 WIB, AUD 1 di pasar spot ditransaksikan Rp 10.663,81. Rupiah menguat 0,40% dibandingkan penutupan perdagangan kemarin.
Harga batu bara ICE Newcastle kontrak acuan ditutup terkoreksi tipis 0,05% ke US$117,5/metrik ton (MT) pada perdagangan hari Rabu (23/8/2018). Penurunan harga batu bara global didorong oleh lesunya ekonomi China.
Seperti yang diketahui, Negeri Tirai Bambu merupakan importir batu bara terbesar global. Ketika ekonomi negara itu lesu, besar kemungkinan akan mempengaruhi permintaan energi seperti sang batu hitam.
Salah satu indikator perlambatan ekonomi di China terlihat dari pertumbuhan sektor industri yang hanya naik 6% secara tahunan (year-o-year/YOY), lebih rendah dari ekspektasi pasar sebesar 6,3%. Sementara, penjualan ritel hanya naik 8,8% (YOY) pada Juli, turun dari 9% (Juni).
"Data Industri yang mengecewakan di China, beserta kekhawatiran pada ekonomi emerging market di Turki telah membebani harga komoditas," ujar Edward Bell dari Bank NBD Emirates, seperti dikutip dari Reuters.
Kondisi ini memicu persepsi turunnya permintaan impor China atas batu bara sehingga menekan harga komoditas tersebut. Penurunan harga batu bara menjadi kabar buruk bagi Australia yang merupakan eksportir utama batu bara global dengan porsi 14,5% dari produksi nasional.
Artinya, potensi devisa yang didapat akan semakin rendah sehingga menciutkan neraca transaksi berjalannya. Akibatnya, harga jual dolar Australia mulai turun di bawah Rp 10.800/AUD di bank nasional. Berikut data kurs dolar Australia di empat bank nasional terbesar hingga pukul 12:25 WIB:
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/roy) Next Article Rupiah Loyo, Ini Curhatan Pengusaha
Pada Kamis (23/8/2018) pukul 12:27 WIB, AUD 1 di pasar spot ditransaksikan Rp 10.663,81. Rupiah menguat 0,40% dibandingkan penutupan perdagangan kemarin.
![]() |
Seperti yang diketahui, Negeri Tirai Bambu merupakan importir batu bara terbesar global. Ketika ekonomi negara itu lesu, besar kemungkinan akan mempengaruhi permintaan energi seperti sang batu hitam.
"Data Industri yang mengecewakan di China, beserta kekhawatiran pada ekonomi emerging market di Turki telah membebani harga komoditas," ujar Edward Bell dari Bank NBD Emirates, seperti dikutip dari Reuters.
Kondisi ini memicu persepsi turunnya permintaan impor China atas batu bara sehingga menekan harga komoditas tersebut. Penurunan harga batu bara menjadi kabar buruk bagi Australia yang merupakan eksportir utama batu bara global dengan porsi 14,5% dari produksi nasional.
Artinya, potensi devisa yang didapat akan semakin rendah sehingga menciutkan neraca transaksi berjalannya. Akibatnya, harga jual dolar Australia mulai turun di bawah Rp 10.800/AUD di bank nasional. Berikut data kurs dolar Australia di empat bank nasional terbesar hingga pukul 12:25 WIB:
Bank | Harga Beli | Harga Jual |
Bank Mandiri | Rp 10.46400 | Rp 10.823,00 |
Bank BNI | Rp 10.533,00 | Rp 10.823,00 |
Bank BRI | Rp 10.592,39 | Rp 10.748,64 |
Bank BCA | Rp 10.534,00 | Rp 10.819,00 |
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/roy) Next Article Rupiah Loyo, Ini Curhatan Pengusaha
Most Popular