Cadangan AS Turun, Harga Minyak Naik 6 Hari Beruntun

Raditya Hanung Prakoswa, CNBC Indonesia
23 August 2018 10:28
harga minyak light sweet kontrak Oktober 2018 mampu naik sebesar 0,15% ke US$67,96/barel
Foto: Reuters
Jakarta, CNBC IndonesiaHarga minyak jenis brent kontrak pengiriman Oktober 2018 turun tipis 0,07% ke level US$74,73/barel, sementara harga minyak light sweet kontrak Oktober 2018 mampu naik sebesar 0,15% ke US$67,96/barel pada perdagangan hari ini Selasa (21/08/2018) hingga pukul 10.00 WIB.

Dengan pergerakan tersebut, harga minyak light sweet yang menjadi acuan di AS naik selama 6 hari berturut-turut. Sementara itu, harga minyak brent yang menjadi acuan di Eropa sedikit terkoreksi akibat investor yang mewaspadai hasil pertemuan perdagangan AS-China.



Hari ini, harga minyak masih disokong oleh menurunnya cadangan minyak mentah di Amerika Serikat (AS). Rilis resmi dari US Energi Information Administration (EIA) menyatakan cadangan minyak AS turun 5,8 juta barel pada pekan lalu dibandingkan pekan sebelumnya. Jauh dibandingkan konsensus pasar yang dihimpun Reuters, yaitu turun 1,5 juta barel.

Merespon rilis data tersebut, harga minyak jenis light sweet dan brent masing-masing ditutup menguat sebesar 0,76% dan 2,96% pada perdagangan kemarin.

Anjloknya cadangan minyak Negeri Paman Sam lantas menambah kuat sentimen positif yang menaungi harga minyak dalam beberapa hari terakhir, yakni sanksi AS kepada Iran. Sanksi ini menargetkan sektor finansial per Agustus 2018, dan akan mencakup ekspor minyak mentah pada November 2018 mendatang.

Apabila pasokan minyak dari Iran berhenti, maka dampaknya akan lumayan besar. Saat ini, ekspor minyak Iran mencapai 2,12 juta barel/hari. Jumlah sebesar itu berpotensi hilang mulai November. Akibatnya harga pun bergerak ke atas.

Meski demikian, ketidakpastian terkait hasil pertemuan perdagangan AS-China membatasi penguatan harga minyak hari ini. Pasalnya, Presiden AS Donald Trump sempat mengatakan bahwa dirinya tak mengharapkan banyak dari pertemuan antar delegasi AS dan China yang digelar pada 22-23 Agustus di Washington.

Di kala perang dagang antar dua raksasa ekonomi ini tidak menemui resolusi, maka pertumbuhan ekonomi dunia yang menjadi taruhannya. Saat aktivitas ekonomi global melambat, maka permintaan energi pun akan berkurang. Hal ini membuat investor berhati-hati, dan akhirnya membebani pergerakan harga minyak pagi ini.    

(RHG/gus) Next Article Tekanan Geopolitik di Timur Tengah Mereda, Harga Minyak Mendingin!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular