Dolar AS Mulai Perkasa, Besok Rupiah Wajib Waspada

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
22 August 2018 15:42
Dolar AS Mulai Perkasa, Besok Rupiah Wajib Waspada
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Jakarta, CNBC Indonesia - Dolar Amerika Serikat (AS) terus menunjukkan pertanda kebangkitan. Rupiah perlu waspada kala pasar keuangan Indonesia kembali buka esok hari. 

Pada Rabu (22/8/2018) pukul 15:01 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama) kembali ke teritori positif dengan penguatan 0,06%. Kemarin, indeks ini tertekan hingga ke kisaran minus 0,4%. Namun sejak pagi, Dollar Index merangkak naik sebagai pertanda kebangkitan mata uang Negeri Paman Sam. 

 

Seiring penguatan dolar AS, mata uang Asia pun tertekan. Depresiasi terdalam dialami oleh won Korea Selatan.

Rupiah sedang tidak diperdagangkan di pasar spot karena pasar keuangan Indonesia libur memperingat Hari Raya Idul Adha.
 Namun bila penguatan dolar AS bertahan lama, maka rupiah perlu ekstra waspada pada perdagangan esok hari.

Berikut perkembangan sejumlah mata uang utama Asia terhadap dolar AS pada pukul 15:11 WIB: 

 

Penguatan dolar AS yang sudah mengglobal didorong oleh mulai derasnya aliran modal ke Negeri Paman Sam. Ini bisa dilihat dari imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS yang semakin menurun. Penurunan yield menunjukkan harga instrumen ini sedang naik karena bertambahnya minat pelaku pasar. 

Berikut perkembangan yield obligasi pemerintah AS pada pukul 15:13 WIB: 

 

Pelaku pasar tertarik masuk karena kemarin yield naik cukup signifikan. Pada akhirnya, minat yang tinggi ini kemudian menurunkan yield

Selain itu, pelaku pasar mulai masuk ke pasar AS karena mengambil posisi jelang rilis notulensi rapat (minutes of meeting) The Federal Reserve/The Fed pada Kamis dini hari waktu Indonesia. Dalam rapat awal bulan ini, The Fed memang menahan suku bunga acuan di 1,75-2%. Namun pelaku pasar ingin mencari petunjuk arah kebijakan moneter AS ke depan. 

Investor ingin memastikan apakah The Fed masih mengarah ke kebijakan moneter ekstra ketat atau ada perubahan. Pasar memperkirakan The Fed menaikkan suku bunga empat kali sepanjang 2018, lebih banyak dari perkiraan sebelumnya yaitu tiga kali. N

amun, Presiden The Fed Atlanta Raphael Bostic agak membuyarkan prediksi tersebut. Menurut Bostic, masih ada peluang The Fed untuk menaikkan suku bunga tiga kali, bukan empat kali. 

"Kami (The Fed) masih punya ruang dengan menaikkan suku bunga acuan tiga kali (sepanjang 2018). Saya masih percaya dengan itu," kata Bostic, mengutip Reuters. 

Menurut Bostic, ada risiko yang bisa mempengaruhi pertumbuhan ekonomi AS seperti perang dagang atau kejutan di Turki karena pelemahan lira. Faktor-faktor tersebut membuat The Fed harus berpikir ulang untuk melakukan pengetatan moneter ekstra, karena perekonomian AS mungkin masih perlu sedikit dorongan. 

Oleh karena itu, pasar ingin mencari tahu bagaimana sebenarnya dinamika dalam rapat The Fed. Pasalnya, arah kebijakan suku bunga The Fed akan sangat menentukan pergerakan dolar AS.

Jika The Fed tetap agresif, maka dolar AS akan siap menguat lebih lanjut. Namun bila Jerome Powell memang berniat mengurangi dosis pengetatan moneter, maka bisa jadi greenback akan tertahan. 

TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular