Dolar AS Injak Pedal Rem, Rupiah Cs Mampu Menyalip

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
21 August 2018 12:47
Rupiah bergerak searah dengan mata uang Asia yang mampu menguat di hadapan greenback.
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih menguat. Rupiah bergerak searah dengan mata uang Asia yang mampu menguat di hadapan greenback. 

Pada Selasa (21/8/2018) pukul 12:05 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 14.575. Rupiah menguat 0,07% dibandingkan penutupan perdagangan hari sebelumnya. 

Saat pembukaan pasar, rupiah menguat sampai 0,27%. Seiring perjalanan pasar, apresiasi rupiah berkurang hingga tersisa 0,07%. 

Hingga siang ini, posisi terkuat rupiah ada di Rp 14.545/US$ yaitu kala pembukaan pasar. Sementara posisi terlemahnya adalah Rp 14.580/US$. 

 

Sejauh ini, mata uang Asia juga cenderung menguat di hadapan dolar AS. Apresiasi paling tajam dialami oleh baht Thailand, disusul rupee India dan yuan China. Sementara yen Jepang, won Korea Selatan, dan peso Filipina masih melemah. 

Berikut perkembangan nilai tukar sejumlah mata uang utama Benua Kuning terhadap dolar AS pada pukul 12:12 WIB: 

 

Sejak malam tadi, greenback memang sedang tertekan. Dollar Index (yang menggambarkan posisi dolar AS terhadap enam mata uang utama) melemah 0,42% pada pukul 12:17 WIB. 

Setidaknya ada dua sentimen yang memberatkan laju mata uang Negeri Paman Sam. Pertama adalah komentar Presiden AS Donald Trump dalam wawancara dengan Reuters. Trump kembali melontarkan kritik terhadap The Federal Reserve/The Fed yang dinilai terlalu agresif dalam menaikkan suku bunga acuan. 

"Saya tidak terkejut The Fed menaikkan suku bunga. Namun seharusnya The Fed bekerja untuk kebaikan negara. The Fed seharusnya membantu saya, negara-negara lain masih akomodatif (dalam kebijakan moneter)," tuturnya. 

Komentar ini lagi-lagi memicu kekhawatiran adanya intervensi terhadap independensi bank sentral. Sudah menjadi aturan baku di dunia bahwa bank sentral harus independen, terpisah dari campur tangan pemerintah.  

Namun Trump beberapa kali memberikan kritik dan menentang kebijakan The Fed. Dikhawatirkan kritik ini bisa berubah menjadi aksi nyata, bukan lagi sekedar kata-kata.

Sentimen kedua adalah pernyataan dari Presiden The Fed Atlanta Raphael Bostic. Menurutnya, ada kemungkinan bank sentral tidak akan terlalu agresif dalam menaikkan suku bunga acuan.  

"Kami (The Fed) masih punya ruang dengan menaikkan suku bunga acuan tiga kali (sepanjang 2018). Saya masih percaya dengan itu," kata Bostic, mengutip Reuters. 

Pernyataan Bostic tersebut membuat pasar harus melakukan rekalkulasi. Pasalnya, investor kadung meyakini The Fed akan menaikkan suku bunga acuan sampai empat kali sepanjang 2018.

Dengan komentar Bostic, ada kemungkinan The Fed akan mengurangi agresivitasnya.
 Menurut Bostic, ada risiko yang bisa mempengaruhi pertumbuhan ekonomi AS seperti perang dagang atau kejutan di Turki karena pelemahan lira.

Faktor-faktor tersebut membuat The Fed harus berpikir ulang untuk melakukan pengetatan moneter ekstra, karena perekonomian AS mungkin masih perlu sedikit dorongan.
 

Perkembangan ini membuat dolar AS semakin tertekan. Sebab, mata uang ini membutuhkan sentimen kenaikan suku bunga untuk menguat. Dengan kenaikan suku bunga yang lebih sedikit dari perkiraan, maka suntikan energi bagi greenback akan berkurang.  

Dinamika yang terjadi membuat aset-aset berbasis dolar AS masih mengalami tekanan jual. Hal ini terlihat dari kenaikan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS. Kenaikan yield menandakan harga instrumen ini sedang turun karena minimnya permintaan atau bahkan aksi pelepasan. 

Berikut perkembangan yield obligasi pemerintah AS pada pukul 12:32 WIB: 



Rupiah dan mata uang Asia sejauh ini sukses menyalip dolar AS yang sedang menginjak pedal rem. Namun penguatan rupiah yang kian menipis perlu dicermati, karena bisa saja sewaktu-waktu rupiah berbalik melemah.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aji/aji) Next Article Penampakan di Money Changer, Saat Rupiah di Atas 14.800/US$

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular