Trump 'Lemahkan' Dolar AS, Rupiah Cs Jadi Tuan Rumah di Asia

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
21 August 2018 08:29
Trump 'Lemahkan' Dolar AS, Rupiah Cs Jadi Tuan Rumah di Asia
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) belum berhenti menguat. Rupiah mampu memanfaatkan posisi greenback yang sedang defensif karena ulah Presiden AS Donald Trump. 

Pada Selasa (21/8/2018), US$ 1 dihargai Rp 14.545 kala pembukaan pasar spot. Rupiah menguat 0,27% dibandingkan penutupan perdagangan hari sebelumnya. 

Seiring perjalanan pasar, rupiah masih menguat meski apresiasinya agak tergerus. Pada pukul 08:07 WIB, US$ 1 berada di Rp 14.560 di mana rupiah masih menguat 0,17%. 

Di Asia, dolar AS memang sedang jadi bulan-bulanan. Berbagai mata uang Asia mampu menguat di hadapan greenback, kecuali won Korea Selatan yang masih ketinggalan kereta. Apresiasi paling tajam, seperti kemarin, masih dipegang oleh rupee India. 

Berikut perkembangan nilai tukar sejumlah mata uang Asia terhadap dolar AS pada pukul 08:09 WIB: 



Dolar AS memang sedang tertekan. Dollar Index, yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama, melemah 0,41% pada pukul 08:12 WIB.  

Depresiasi mata uang Negeri Paman Sam terjadi sejak malam tadi waktu Indonesia. Penyebabnya adalah komentar nyeleneh dari Presiden Trump.

Dalam wawancara dengan Reuters, Trump lagi-lagi mengkritik kebijakan The Federal Reserve/The Fed yang dianggap terlalu agresif.  Tahun ini, The Fed diperkirakan menaikkan suku bunga sampai empat kali. Lebih banyak ketimbang perkiraan sebelumnya yaitu tiga kali. 

"Saya tidak terkejut The Fed menaikkan suku bunga. Namun seharusnya The Fed bekerja untuk kebaikan negara. The Fed seharusnya membantu saya, negara-negara lain masih akomodatif (dalam kebijakan moneter)," tuturnya. 

Komentar ini lagi-lagi memicu kekhawatiran adanya intervensi terhadap independensi bank sentral. Sudah menjadi aturan baku di dunia bahwa bank sentral harus independen, terpisah dari campur tangan pemerintah.  

Namun Trump beberapa kali memberikan kritik dan menentang kebijakan The Fed. Dikhawatirkan kritik ini bisa berubah menjadi aksi nyata, bukan lagi sekedar kata-kata. 

"Kami sedang bernegosiasi dengan negara-negara lain, kita akan menang. Namun dalam periode ini, The Fed seharusnya membantu saya. 

"Apakah saya senang dengan pilihan saya? Akan saya beri tahu 7 tahun lagi," kata Trump menjawab pertanyaan apakah dirinya puas dengan kinerja Gubernur The Fed pilihannya, Jerome Powell. 

Saat pelaku pasar melihat ada upaya intervensi terhadap bank sentral, maka hukuman akan dijatuhkan. Contoh terkini ada di Turki. Presiden Recep Tayyip Erdogan berulang kali menegaskan dirinya anti suku bunga tinggi, dan tidak segan-segan melakukan intervensi kepada bank sentral. 

"Saya adalah musuh suku bunga tinggi," tegas Erdogan beberapa waktu lalu, dikutip dari Reuters. 

Kita semua tahu apa yang terjadi kemudian. Mata uang lira mengalami tekanan jual yang hebat, nilainya amblas nyaris 16% dalam sehari. Begitulah cara pasar melampiaskan ketidaksetujuan atas intervensi terhadap independensi bank sentral. 

Kini, Trump membuat greenback mengalami nasib yang sama (walau belum separah lira). Komentarnya membuat mata uang ini mengalami tekanan jual. 

Aksi jual terlihat di pasar obligasi AS, ditunjukkan dengan kenaikan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah. Kenaikan yield adalah pertanda harga instrumen ini tengah terkoreksi karena minimnya minat atau bahkan aksi pelepasan. 

Berikut adalah perkembangan yield obligasi pemerintah AS pada pukul 08:16 WIB: 



Untuk saat ini, rupiah dan mata uang Asia mampu memanfaatkan situasi dolar AS. Namun bukan berarti greenback tidak punya senjata. 

Dalam satu titik, yield obligasi pemerintah AS yang terus naik akan menarik di mata investor. Pelaku pasar pun akan kembali memburu instrumen ini, aliran modal tersedot lagi ke Negeri Adidaya. Jika ini terjadi, maka penguatan dolar AS tinggal menunggu waktu.   

TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular