Rupiah Menguat di Kurs Acuan, di Spot Tinggal Tunggu Waktu?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
16 August 2018 10:34
Rupiah Menguat di Kurs Acuan, di Spot Tinggal Tunggu Waktu?
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di kurs acuan menguat tipis. Namun dolar AS masih berada di kisaran Rp 14.600. 

Pada Kamis (16/8/2018), kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.619. Rupiah menguat tipis 0,01% dibandingkan sehari sebelumnya. 

Sementara di pasar spot, US$ 1 pada pukul 10:10 WIB dihargai Rp 14.610, Rupiah melemah 0,1%.  

Di Asia, tinggal rupiah dan yen Jepang yang masih melemah. Sementara mata uang utama Asia lainnya menguat, dipimpin yuan China. 

Berikut perkembangan mata uang utama Benua Kuning terhadap greenback pada pukul 10:13 WIB: 



Meski sekarang masih melemah, ada potensi rupiah bisa berbalik menguat. Minimal menipiskan pelemahannya. Apa saja faktor yang bisa mendukung mata uang Tanah Air?

Dari dalam negeri, diharapkan dampak dari kenaikan suku bunga acuan bisa dirasakan. Kemarin, Bank Indonesia (BI) mengumumkan suku bunga 7 Day Reverse Repo Rate. Dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) edisi Agustus 2018, BI memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,5%.

Kenaikan ini juga merupakan kejutan, karena tidak sesuai dengan ekpektasi pelaku pasar. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan BI masih menahan suku bunga acuan di 5,25%.  

Berkat kenaikan BI 7 Day Reverse Repo Rate, kemarin rupiah sempat menguat di hadapan dolar AS. Namun penguatan itu tidak bertahan lama, karena rupiah tetap melemah 0,14% ke Rp 14.595/US$ saat penutupan pasar.

Meski begitu, kenaikan suku bunga acuan mampu menipiskan depresiasi rupiah. Setidaknya dolar AS bisa di bawah level Rp 14.600.

Hari ini, diharapkan sentimen kenaikan suku bunga acuan bisa lebih memancing arus modal asing untuk hinggap ke Indonesia. Aliran modal itu bisa menjadi pijakan bagi rupiah untuk terapresiasi. 

Sementara dari sisi eksternal, rupiah diharapkan nantinya mampu memanfaatkan kondisi greenback yang sedang defensif. Pada pukul 10:20 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi dolar AS di hadapan enam mata uang utama) melemah 0,17%. 

Depresiasi dolar AS kian tajam kala muncul kabar perwakilan pemerintah China berkunjung ke AS dalam waktu dekat. Kedua perekonomian terbesar dunia ini akan membahas isu-isu seputar perdagangan. 

Friksi dagang AS vs China memang masih terjadi. Teranyar, China melaporkan kebijakan AS ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). China memprotes kebijakan AS yang memberi subsidi kepada perusahaan energi terbarukan dan menerapkan bea masuk untuk impor panel surya. Kebijakan ini dilakukan AS pada Januari 2018, dan menjadi kick-off dari pertandingan perang dagang. 

"AS telah melakukan distorsi terhadap pasar global dan mengusik kepentingan China. Oleh karena itu, China menempuh jalan penyelesaian sengketa di WTO untuk mempertahankan hak dan kepentingannya dalam menjaga ketertiban perdagangan multilateral," sebut pernyataan Kementerian Perdagangan China, dikutip dari Reuters. 

Namun dengan pembicaraan AS-China, diharapkan ada titik temu di antara mereka sehingga perselisihan bisa diselesaikan. Harapan itu membuat pelaku pasar optimistis, dan mulai berani mengambil risiko. 

Dana-dana pun mulai meninggalkan dolar AS dan menyebar ke berbagai penjuru. Termasuk ke pasar keuangan negara berkembang Asia. Situasi ini membuat mata uang Benua Kuning cenderung menguat, meski rupiah masih tertinggal di belakang.

TIM RISET CNBC INDONESIA



(aji/aji) Next Article Penampakan di Money Changer, Saat Rupiah di Atas 14.800/US$

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular