
Trade War dengan China Makin Panas, Wall Street Akan Melemah
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
15 August 2018 18:44

Jakarta, CNBC Indonesia - Wall Street akan dibuka melemah pada perdagangan hari ini. Hal ini terlihat dari kontrak futures tiga indeks saham utama AS: kontrak futures Dow Jones mengimplikasikan penurunan sebesar 109 poin pada saat pembukaan, sementara S&P 500 dan Nasdaq diimplikasikan turun masing-masing sebesar 12 dan 40 poin.
Perang dagang yang makin panas dengan China membuat investor ogah menyentuh instrumen berisiko seperti saham. China telah resmi mengajukan gugatan ke World Trade Organisation (WTO) sebagai bentuk perlawanan terhadap kebijakan-kebijakan AS di bidang energi terbarukan.
Pada bulan Januari, AS mengumumkan pengenaan bea masuk yang disebutnya sebagai safeguard tariffs selama 4 tahun lamanya. Bea masuk senilai 30% akan dikenakan bagi produk-produk seperti photovoltaics pada tahun pertama, sebelum diturunkan pada tahun-tahun berikutnya dan menjadi 15% pada tahun keempat. Photovoltaics merupakan alat yang digunakan untuk mengonversi cahaya matahari menjadi listrik.
Tak sampai disitu, pemerintahan Presiden Donald Trump juga memberikan subsidi kepada perusahaan-perusahaan energi terbarukan di AS.
Kementerian Keuangan China pada selasa malam mengatakan bahwa kebijakan-kebijakan tersebut telah secara serius menggangu pasar global dan mencederai kepentingan pihak China.
Sebelumnya, pihak AS telah menuduh China menggunakan subsidi dan produksi besar-besaran untuk mendorong harga turun dan membuat perusahaan-perusahaan asal AS menjadi tidak kompetitif. Menurut data dari China Photovoltaic Industry Association (CPIA), kapasitas produksi panel solar AS jatuh dari 1,5 gigawat pada tahun 2011 menjadi hanya 1 gigawat pada tahun lalu sebagai hasil dari kebangkrutan.
Tak hanya dengan China, perang dagang dengan Turki juga membuat investor gerah. Turki telah menaikkan tarif impor terhadap beberapa produk asal Amerika Serikat (AS) sebagai balasan atas kebijakan AS yang menaikkan bea masuk baja dan aluminium asal Turki menjadi masing-masing sebesar 50% dan 20%.
Produk-produk asal Negeri Paman Sam yang dijadikan sasaran diantaranya adalah mobil penumpang, minuman beralkohol, dan tembakau, seperti dikutip dari Reuters. Peraturan yang ditandatangani Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan itu menaikkan bea impor mobil penumpang menjadi sebesar 120%, 140% untuk minuman beralkohol, dan 60% untuk daun tembakau.
Pada hari ini, serangkaian data ekonomi penting akan dirilis. Data empire manufacturing periode Agustus akan diumumkan pada pukul 19:30 WIB, bersamaan dengan data pertumbuhan penjualan barang-barang ritel periode Juli. Kemudian pada pukul 20:15 WIB, data pertumbuhan produksi industri periode Juli akan diumumkan.
Tidak ada anggota FOMC yang dijadwalkan berbicara pada hari ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?
Perang dagang yang makin panas dengan China membuat investor ogah menyentuh instrumen berisiko seperti saham. China telah resmi mengajukan gugatan ke World Trade Organisation (WTO) sebagai bentuk perlawanan terhadap kebijakan-kebijakan AS di bidang energi terbarukan.
Pada bulan Januari, AS mengumumkan pengenaan bea masuk yang disebutnya sebagai safeguard tariffs selama 4 tahun lamanya. Bea masuk senilai 30% akan dikenakan bagi produk-produk seperti photovoltaics pada tahun pertama, sebelum diturunkan pada tahun-tahun berikutnya dan menjadi 15% pada tahun keempat. Photovoltaics merupakan alat yang digunakan untuk mengonversi cahaya matahari menjadi listrik.
Kementerian Keuangan China pada selasa malam mengatakan bahwa kebijakan-kebijakan tersebut telah secara serius menggangu pasar global dan mencederai kepentingan pihak China.
Sebelumnya, pihak AS telah menuduh China menggunakan subsidi dan produksi besar-besaran untuk mendorong harga turun dan membuat perusahaan-perusahaan asal AS menjadi tidak kompetitif. Menurut data dari China Photovoltaic Industry Association (CPIA), kapasitas produksi panel solar AS jatuh dari 1,5 gigawat pada tahun 2011 menjadi hanya 1 gigawat pada tahun lalu sebagai hasil dari kebangkrutan.
Tak hanya dengan China, perang dagang dengan Turki juga membuat investor gerah. Turki telah menaikkan tarif impor terhadap beberapa produk asal Amerika Serikat (AS) sebagai balasan atas kebijakan AS yang menaikkan bea masuk baja dan aluminium asal Turki menjadi masing-masing sebesar 50% dan 20%.
Produk-produk asal Negeri Paman Sam yang dijadikan sasaran diantaranya adalah mobil penumpang, minuman beralkohol, dan tembakau, seperti dikutip dari Reuters. Peraturan yang ditandatangani Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan itu menaikkan bea impor mobil penumpang menjadi sebesar 120%, 140% untuk minuman beralkohol, dan 60% untuk daun tembakau.
Pada hari ini, serangkaian data ekonomi penting akan dirilis. Data empire manufacturing periode Agustus akan diumumkan pada pukul 19:30 WIB, bersamaan dengan data pertumbuhan penjualan barang-barang ritel periode Juli. Kemudian pada pukul 20:15 WIB, data pertumbuhan produksi industri periode Juli akan diumumkan.
Tidak ada anggota FOMC yang dijadwalkan berbicara pada hari ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular