LPEM UI: BI Harus Percepat Kenaikan Bunga Acuan

Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
15 August 2018 10:47
Tekanan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS hingga menyentuh level Rp 14.600/US$ dapat direspons dengan kenaikan bunga acuan BI
Foto: CNBC Indonesia
Jakarta, CNBC indonesia - Tekanan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS hingga menyentuh level Rp 14.600/US$ diharapkan dapat direspons dengan kenaikan bunga acuan Bank Indonesia (BI).

Kepala Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Universitas Indonesia Febrio Kacaribu menilai, bank sentral perlu menaikkan bunga acuan dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulan ini.

"Dengan kondisi saat ini, BI perlu mempercepat kenaikan suku bunga," kata Febrio melalui keterangan resmi yang diterima CNBC Indonesia, Rabu (15/8/2018).

Febrio menjabarkan dua faktor yang menjadi alasan bank sentral harus mempercepat kenaikan bunga acuan. Pertama, faktor-faktor yang berasal dari eksternal.

"Terutama akibat efek domino dari tekanan terhadap Lira Turki yang menyebar ke seluruh negara berkembang," kata Febrio.

"Apabila beberpaa negara berkembang lainnya turut memburuk setelah Turki, pelemahan [rupiah] dapat menimbulkan tekanan lebih lanjut ke seluruh negara berkembang seperti di 1997," katanya.

Krisis Turki, sambung dia, hanyalah salah satunya. Masih ada beberapa faktor lain seperti risiko perang dagang AS vs China yang berpotensi membuat pasar keuangan domestik terseret arus global.

Sementara yang kedua, adalah masalah defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) yang melebar di kuartal II-2018. Hal ini, membuat nilai tukar rupiah cukup rentan terhadap gejolak eksternal.

"Defisit neraca transaksi berjalan membuat rupiah melemah lebih lanjut apabila terdapat tambahan tekanan eksternal di jangka menengah," jelasnya.

Mengingat stabilitas perekonomian domestik masih terganggu kedua faktor tersebut, Febrio menilai, bank sentral perlu mempercepat kenaikan bunga acuan dalam RDG bulan ini.

BI sendiri menegaskan tak menutup kemungkinan untuk menaikkan bunga acuan sebagai upaya menstabilisasi perekonomian domestik, khususnya stabilisasi nilai tukar rupiah.

Bank sentral menegaskan, arah kebijakan ke depan akan tetap ahead the curve, pre-emptive, dan front loading dalam mengkalibrasi dinamika ketidakpastian ekonomi global.





(dru) Next Article Gubernur BI Akhirnya Blak-blakan! Rupiah Anjlok Karena Berita Ini

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular