Kemarin Perkasa, Rupiah Sekarang Jadi Terlemah Kedua di Asia

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
15 August 2018 08:55
Kemarin Perkasa, Rupiah Sekarang Jadi Terlemah Kedua di Asia
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di pasar spot kembali melemah. Ternyata rupiah belum mampu melanjutkan penguatan yang terjadi kemarin. 

Pada Rabu (15/8/2018) pukul 08:39 WIB, US$ 1 dihargai Rp 14.610. Rupiah melemah 0,24%. 

Rupiah sudah melemah 0,14% saat pembukaan pasar. Seiring jalan, depresiasi rupiah kian dalam. 

Pada perdagangan kemarin, rupiah juga melemah saat pembukaan sampai tengah hari. Selepas tengah hari, depresiasi rupiah menipis dan akhirnya berhasil ditutup menguat.  

Seperti halnya rupiah, mata uang utama Asia pun berjatuhan pada perdagangan hari ini. Depresiasi terdalam dialami won Korea Selatan, sementara rupiah berada di posisi kedua. Berikut perkembangan nilai tukar sejumlah mata uang Asia terhadap dolar AS pada pukul 08:43 WIB: 



Dolar AS memang kembali mendapatkan momentumnya. Dollar Index (yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama) menguat 0,01% pada pukul 08:46 WIB. 

Keperkasaan dolar AS datang kembali karena masih ada sedikit kekhawatiran mengenai masa depan ekonomi Turki. Walau sekarang reda, tetapi Turki masih menyimpan bara dalam sekam karena inflasi yang mencapai dua digit, sanksi AS, sampai Presiden Erdogan yang terlalu mengobok-obok kebijakan ekonomi.  

Investor tetap perlu memonitor perkembangan di Negeri Kebab. Sebab, bisa jadi ada 'gempa susulan' dari Ankara. Pasalnya, hubungan Turki dengan AS masih panas.

Presiden Recep Tayyip Erdogan dengan tegas menyebut guncangan ekonomi di negaranya adalah buah dari perang ekonomi. Bahkan Erdogan kini melancarkan kampanye boikot produk elektronik asal AS. 

"Mereka punya iPhone, dan kita punya Vestel," tegas Erdogan, mengacu pada merek ponsel buatan Turki. 

Selain itu, Presiden AS Donald Trump juga dikabarkan mulai frustrasi karena Turki tidak kunjung membebaskan Andrew Brunson. Pastur asal AS ini ditahan karena tuduhan ikut mendukung gerakan percobaan kudeta pada 2016 lalu. Brunson memang sudah tidak dipenjara, tetapi kini masih berstatus tahanan rumah. 

"Presiden sangat frustrasi karena Brunson belum dibebaskan. Beliau berkomitmen 100% untuk membawa Brunson pulang," kata Sarah Sanders, Juru Bicara Gedung Putih, seperi dikutip Reuters. 

Jika keinginan itu tidak kunjung dipenuhi, maka AS disebut-sebut akan menyiapkan sanksi baru buat Turki. Sebelumnya, AS telah 'menghukum' Turki dengan menaikkan bea masuk atas impor baja dan aluminium. Kebijakan ini menjadi salah satu penyebab anjloknya nilai tukar lira. 

"Pemerintah akan tegas soal ini. Belum ada perkembangan dalam kasus Brunson, dan bila tidak ada tindakan nyata dalam beberapa hari atau minggu ke depan, maka tindakan lanjutan akan ditempuh. Tekanan akan meningkat," ungkap salah seorang pejabat teras Gedung Putih, mengutip Reuters. 

Oleh karena itu, pelaku pasar masih harus waspada karena situasi di Turki masih bergejolak. Hal ini bisa berakibat melemahnya kembali nilai tukar lira. Apabila lira sampai terdepresiasi dalam, maka Turki lagi-lagi akan membuat pasar keuangan global 'kebakaran'. Dalam kondisi 'huru-hara', investor akan cenderung lari ke pelukan dolar AS yang mengakibatkan mata uang ini semakin jumawa. 

TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular