
Ini Bank BUKU IV yang Paling Rentan Terhadap Pelemahan Rupiah
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
14 August 2018 16:09

Jakarta, CNBC Indonesia - Pergerakan nilai tukar rupiah mendapatkan perhatian investor dalam 2 hari terakhir. Pasalnya, mata uang Garuda melemah dengan besaran yang signifikan. Kemarin (13/8/2018), rupiah melemah 0,83% melawan dolar AS di pasar spot ke level Rp 14.590 dan pada hari ini, rupiah sempat melemah kembali ke level Rp 14.630/dolar AS.
Pelemahan nilai tukar rupiah lantas membuat saham-saham bank BUKU IV dilepas oleh investor. Ada ketakutan bahwa rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) akan terkerek naik seperti pada tahun 2015 silam.
Terlebih, hingga kini Bank Indonesia (BI) hanya mewajibkan lindung nilai (hedging) sebesar 25% dari total utang luar negeri. Ini artinya, sebanyak 75% sisanya bisa dibiarkan bebas tanpa hedging.
Lantas, bank BUKU IV mana yang memiliki eksposur terbesar terhadap pelemahan rupiah?
Guna mengetahui hal tersebut, Tim Riset CNBC Indonesia menghitung porsi penyaluran kredit dengan mata uang asing terhadap total penyaluran kredit kepada pihak ketiga dari tiap-tiap bank BUKU IV di Indonesia.
Hasilnya, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) menjadi yang paling berisiko dalam menghadapi pelemahan rupiah. Dari total kredit kepada pihak ketiga yang disalurkan bank pimpinan Kartika Wirjoatmodjo tersebut, sebanyak 26,5% atau senilai Rp 177,8 triliun berdenominasi mata uang asing.
Di posisi kedua, ada PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) dengan porsi sebesar 16% (Rp 73,3 triliun). Posisi ketiga sampai dengan keempat secara berturut-turut ditempati oleh PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) - 12,1%/Rp 27,3 triliun, dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) - 5,9%/Rp 33,1 triliun.
Investor nampaknya menyadari bahwa BBCA merupakan yang paling kebal terhadap pelemahan rupiah, jauh mengalahkan para kompetitornya. Buktinya, dalam 2 hari terakhir harga sahamnya hanya melemah sebesar 2,72%.
Sementara itu, harga saham BMRI, BBNI, dan BNGA, melemah masing-masing sebesar 8,16%, 8,46%, dan 8,85%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Dolar AS Tembus Rp 15.100, Saham-saham Bank BUKU IV Diobral
Pelemahan nilai tukar rupiah lantas membuat saham-saham bank BUKU IV dilepas oleh investor. Ada ketakutan bahwa rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) akan terkerek naik seperti pada tahun 2015 silam.
Terlebih, hingga kini Bank Indonesia (BI) hanya mewajibkan lindung nilai (hedging) sebesar 25% dari total utang luar negeri. Ini artinya, sebanyak 75% sisanya bisa dibiarkan bebas tanpa hedging.
Guna mengetahui hal tersebut, Tim Riset CNBC Indonesia menghitung porsi penyaluran kredit dengan mata uang asing terhadap total penyaluran kredit kepada pihak ketiga dari tiap-tiap bank BUKU IV di Indonesia.
Hasilnya, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) menjadi yang paling berisiko dalam menghadapi pelemahan rupiah. Dari total kredit kepada pihak ketiga yang disalurkan bank pimpinan Kartika Wirjoatmodjo tersebut, sebanyak 26,5% atau senilai Rp 177,8 triliun berdenominasi mata uang asing.
Di posisi kedua, ada PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) dengan porsi sebesar 16% (Rp 73,3 triliun). Posisi ketiga sampai dengan keempat secara berturut-turut ditempati oleh PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) - 12,1%/Rp 27,3 triliun, dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) - 5,9%/Rp 33,1 triliun.
Investor nampaknya menyadari bahwa BBCA merupakan yang paling kebal terhadap pelemahan rupiah, jauh mengalahkan para kompetitornya. Buktinya, dalam 2 hari terakhir harga sahamnya hanya melemah sebesar 2,72%.
Sementara itu, harga saham BMRI, BBNI, dan BNGA, melemah masing-masing sebesar 8,16%, 8,46%, dan 8,85%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Dolar AS Tembus Rp 15.100, Saham-saham Bank BUKU IV Diobral
Most Popular