
Awal Perdagangan IHSG Galau, Belum Jelas Arah Pergerakan
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
14 August 2018 09:58

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terlihat masih bingung menentukan arah pergerakannya pada pagi hari ini. Dibuka melemah 0,49%, IHSG sempat naik ke zona hijau sebelum akhirnya kembali turun ke zona merah. Hingga berita ini diturunkan, IHSG melemah 0,08% ke level 5.856,33.
Di satu sisi, koreksi yang sudah mencapai 3,55% pada perdagangan kemarin (13/8/2018) memang membuka ruang bagi investor untuk melakukan akumulasi beli. Terlihat, saham-saham yang terjun bebas kemarin kini membukukan penguatan: PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) naik 1,18%, PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) naik 1,1%, PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) naik 1,19%, PT Astra International Tbk (ASII) naik 1,06%, dan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) naik 1,17%.
Di sisi lain, sentimen negatif yang masih kental terasa membuat IHSG belum bisa terus bertahan di zona hijau. Sentimen yang dimaksud adalah pelemahan rupiah yang terus berlanjut. Pada pagi ini, rupiah melemah sebesar 0,14% di pasar spot ke level Rp 14.610/dolar AS.
Pelemahan rupiah terjadi lantaran krisis mata uang di Turki yang tak kunjung usai. Hingga berita ini diturunkan, lira diperdagangkan melemah 0,29% melawan dolar AS di pasar spot. Kemarin, pelemahannya mencapai 6,7%. Presiden Turki Tayyip Erdogan memang memproyeksikan tekanan pada ekonomi Turki akan berlanjut. Erdogan pun semakin mengumbar perselisihan dengan pihak AS dengan mengatakan bahwa tindakan AS baru-baru ini merupakan sikap menusuk Ankara dari belakang.
Seperti diketahui sebelumnya, Presiden AS Donald Trump menyetujui pengenaan bea masuk bagi impor baja asal Turki sebesar 50%. Aluminium juga kena bea masuk 20%. Kebijakan Trump ini merupakan balasan terhadap langkah Turki yang menahan seorang Pastur asal AS, Andrew Brunson. Pemerintah Turki menuding Brunson sebagai salah satu pendukung upaya kudeta pada 2016. Brunson menolak tuduhan tersebut, tetapi nasibnya masih terkatung-katung.
Selain itu, investor juga terus merespon negatif melebarnya defisit neraca berjalan (current account deficit/CAD) kuartal-II 2018 yang menembus level 3% dari PDB, yakni di level 3,04%. Padahal pada kuartal-I 2018, defisitnya hanya sebesar 2,21% dari PDB. Pada 3 bulan kedua tahun ini, nilai nominal dari CAD mencapai US$ 8,03 miliar, sementara pada kuartal-I nilainya hanya sebesar US$ 5,72 miliar.
Akibat melebarnya CAD, defisit Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) melebar menjadi US$ 4,31 miliar, dari yang sebelumnya US$ 3,86 miliar.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Pasca Libur Lebaran, IHSG Anjlok
Di satu sisi, koreksi yang sudah mencapai 3,55% pada perdagangan kemarin (13/8/2018) memang membuka ruang bagi investor untuk melakukan akumulasi beli. Terlihat, saham-saham yang terjun bebas kemarin kini membukukan penguatan: PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) naik 1,18%, PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) naik 1,1%, PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) naik 1,19%, PT Astra International Tbk (ASII) naik 1,06%, dan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) naik 1,17%.
Di sisi lain, sentimen negatif yang masih kental terasa membuat IHSG belum bisa terus bertahan di zona hijau. Sentimen yang dimaksud adalah pelemahan rupiah yang terus berlanjut. Pada pagi ini, rupiah melemah sebesar 0,14% di pasar spot ke level Rp 14.610/dolar AS.
Seperti diketahui sebelumnya, Presiden AS Donald Trump menyetujui pengenaan bea masuk bagi impor baja asal Turki sebesar 50%. Aluminium juga kena bea masuk 20%. Kebijakan Trump ini merupakan balasan terhadap langkah Turki yang menahan seorang Pastur asal AS, Andrew Brunson. Pemerintah Turki menuding Brunson sebagai salah satu pendukung upaya kudeta pada 2016. Brunson menolak tuduhan tersebut, tetapi nasibnya masih terkatung-katung.
Selain itu, investor juga terus merespon negatif melebarnya defisit neraca berjalan (current account deficit/CAD) kuartal-II 2018 yang menembus level 3% dari PDB, yakni di level 3,04%. Padahal pada kuartal-I 2018, defisitnya hanya sebesar 2,21% dari PDB. Pada 3 bulan kedua tahun ini, nilai nominal dari CAD mencapai US$ 8,03 miliar, sementara pada kuartal-I nilainya hanya sebesar US$ 5,72 miliar.
Akibat melebarnya CAD, defisit Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) melebar menjadi US$ 4,31 miliar, dari yang sebelumnya US$ 3,86 miliar.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Pasca Libur Lebaran, IHSG Anjlok
Most Popular