
Krisis Turki Masih Berlanjut, Wall Street akan Melemah lagi
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
13 August 2018 18:53

Jakarta, CNBC Indonesia - Wall Street akan dibuka melemah pada perdagangan hari ini, melanjutkan pelemahan yang dibukukan pada hari Jumat (10/8/2018). Hal ini terlihat dari kontrak futures tiga indeks saham utama AS: kontrak futures Dow Jones mengimplikasikan penurunan sebesar 55 poin pada saat pembukaan, sementara S&P 500 dan Nasdaq diimplikasikan turun masing-masing sebesar 5 dan 9 poin.
Krisis mata uang di Turki yang masih berlanjut pada perdagangan hari ini menjadi momok bagi Wall Street. Hingga berita ini diturunkan, lira melemah 6,97% di pasar spot melawan dolar AS.
Sebelumnya pada hari Jumat, nilai tukar lira terdepresiasi hingga 16%. Kejatuhan lira terjadi pasca Presiden AS Donald Trump menyetujui pengenaan bea masuk bagi impor baja asal Turki sebesar 50%. Aluminium juga kena bea masuk 20%.
"Saya telah menyetujui penggandaan tarif bea masuk untuk baja dan aluminium kepada Turki, karena mata uang mereka melemah terhadap dolar AS kami yang begitu kuat! Hubungan kami dengan Turki tidak baik pada saat ini!" tegas Trump melalui cuitan di Twitter, akhir pekan lalu.
Kebijakan Trump ini merupakan balasan terhadap langkah Turki yang menahan seorang Pastur asal AS, Andrew Brunson. Pemerintah Turki menuding Brunson sebagai salah satu pendukung upaya kudeta pada 2016. Brunson menolak tuduhan tersebut, tetapi nasibnya masih terkatung-katung.
Upaya Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan untuk meredakan tekanan terhadap lira dengan menyuruh masyarakatnya menukarkan dolar AS dan emas yang dimilikinya terbukti tak direspon positif oleh pelaku pasar hingga saat ini.
Merosotnya nilai tukar lira menimbulkan kekhawatiran bahwa bank-bank yang memberi pinjaman kepada nasabah di Turki akan berada dalam tekanan. AS termasuk dalam jajaran bank yang memberikan pinjaman kepada nasabah di Turki, walaupun nilainya tak besar yakni US$ 18 miliar, menurut data dari Bank for International Settlements (BIS), dikutip dari CNBC International.
Sebagai perandingan, bank-bank asal Spanyol meminjamkan US$ 83,3 miliar, Prancis US$ 38,4 miliar, dan Italia US$ 17 miliar.
Pada hari ini, tak ada data ekonomi penting yang akan dirilis di AS dan tak ada anggota FOMC yang dijadwalkan berbicara.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?
Krisis mata uang di Turki yang masih berlanjut pada perdagangan hari ini menjadi momok bagi Wall Street. Hingga berita ini diturunkan, lira melemah 6,97% di pasar spot melawan dolar AS.
Sebelumnya pada hari Jumat, nilai tukar lira terdepresiasi hingga 16%. Kejatuhan lira terjadi pasca Presiden AS Donald Trump menyetujui pengenaan bea masuk bagi impor baja asal Turki sebesar 50%. Aluminium juga kena bea masuk 20%.
Kebijakan Trump ini merupakan balasan terhadap langkah Turki yang menahan seorang Pastur asal AS, Andrew Brunson. Pemerintah Turki menuding Brunson sebagai salah satu pendukung upaya kudeta pada 2016. Brunson menolak tuduhan tersebut, tetapi nasibnya masih terkatung-katung.
Upaya Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan untuk meredakan tekanan terhadap lira dengan menyuruh masyarakatnya menukarkan dolar AS dan emas yang dimilikinya terbukti tak direspon positif oleh pelaku pasar hingga saat ini.
Merosotnya nilai tukar lira menimbulkan kekhawatiran bahwa bank-bank yang memberi pinjaman kepada nasabah di Turki akan berada dalam tekanan. AS termasuk dalam jajaran bank yang memberikan pinjaman kepada nasabah di Turki, walaupun nilainya tak besar yakni US$ 18 miliar, menurut data dari Bank for International Settlements (BIS), dikutip dari CNBC International.
Sebagai perandingan, bank-bank asal Spanyol meminjamkan US$ 83,3 miliar, Prancis US$ 38,4 miliar, dan Italia US$ 17 miliar.
Pada hari ini, tak ada data ekonomi penting yang akan dirilis di AS dan tak ada anggota FOMC yang dijadwalkan berbicara.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular