
Sentimen Domestik Lebih Dominan Tekan IHSG Hingga 2,31%
Tito Bosnia, CNBC Indonesia
13 August 2018 15:13

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus mengalami tekanan hingga perdagangan sesi II. IHSG anjlok 3,31% ke level 5.875,86 pada pukul 15.03 WIB.
Vice President dan Senior Analis Samuel Sekuritas Muhammad Alfatih mengatakan melebarnya posisi defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) yang tembus 3% dari PDB, krisis keuangan di Turki hingga depresiasi rupiah terhadap Dollar AS masih terus memberikan tekanan bagi IHSG.
Namun secara global, lanjut Alfatih, krisis keuangan di Turki akibat penerapan tarif untuk baja dan aluminium dari AS yang mengakibatkan anjloknya mata uang lira terhadap Dollar AS berdampak pada bursa saham regional.
"Seluruh faktor tersebut membuat market terpukul dan juga Asia semua merah dan yang paling besar juga tercatat pada bursa saham Jepang dan Taiwan yang sempat anjlok 3,3%. Di sisi lain pelemahan rupiah dan permasalahan global juga makin memperburuk," ujar Alfatih, Senin (13/8/18).
Sementara itu, terkait dengan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) yang kembali defisit hingga US$ 4,3 miliar. Ini menunjukkan bahwa berbagai industri sedang mempersiapkan permintaan pasar yang besar menyusul produksi yang sudah maksimal dikeluarkan saat bulan ramadhan dan lebaran Idul Fitri beberapa bulan yang lalu.
Diperkirakan, tekanan IHSG masih terus terjadi hingga beberapa hari kedepan dengan target di level 5.800-6.100 hingga akhirnya kembali pulih lantaran permintaan akan bahan baku impor kembali terpenuhi dari berbagai industri.
"Kita kan sebagian besar memang bahan baku impor, kemudian semakin besar paska libur lebaran kemarin. Jadi beberapa hari kedepan diperkirakan masih tetap merah sembari setelahnya pabrik-pabrik mulai jalan dan mempush kekurangannya, sehingga saham-saham mulai murah dan investor hunting kembali," ungkap Alfatih.
(hps) Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000
Vice President dan Senior Analis Samuel Sekuritas Muhammad Alfatih mengatakan melebarnya posisi defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) yang tembus 3% dari PDB, krisis keuangan di Turki hingga depresiasi rupiah terhadap Dollar AS masih terus memberikan tekanan bagi IHSG.
Namun secara global, lanjut Alfatih, krisis keuangan di Turki akibat penerapan tarif untuk baja dan aluminium dari AS yang mengakibatkan anjloknya mata uang lira terhadap Dollar AS berdampak pada bursa saham regional.
Sementara itu, terkait dengan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) yang kembali defisit hingga US$ 4,3 miliar. Ini menunjukkan bahwa berbagai industri sedang mempersiapkan permintaan pasar yang besar menyusul produksi yang sudah maksimal dikeluarkan saat bulan ramadhan dan lebaran Idul Fitri beberapa bulan yang lalu.
Diperkirakan, tekanan IHSG masih terus terjadi hingga beberapa hari kedepan dengan target di level 5.800-6.100 hingga akhirnya kembali pulih lantaran permintaan akan bahan baku impor kembali terpenuhi dari berbagai industri.
"Kita kan sebagian besar memang bahan baku impor, kemudian semakin besar paska libur lebaran kemarin. Jadi beberapa hari kedepan diperkirakan masih tetap merah sembari setelahnya pabrik-pabrik mulai jalan dan mempush kekurangannya, sehingga saham-saham mulai murah dan investor hunting kembali," ungkap Alfatih.
(hps) Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000
Most Popular