Panas Mereda, Harga Batu Bara Turun 0,7% Sepekan Lalu

Raditya Hanung, CNBC Indonesia
13 August 2018 10:16
Sepanjang pekan lalu, harga batu bara ICE Newcastle kontrak acuan ditutup melemah sebesar 0,68% ke angka US$116,65/metrik ton (MT).
Foto: REUTERS/Beawiharta/File Photo
Jakarta, CNBC Indonesia - Sepanjang pekan lalu, harga batu bara ICE Newcastle kontrak acuan ditutup melemah sebesar 0,68% ke angka US$116,65/metrik ton (MT). Pelemahan ini didorong oleh ekspektasi permintaan China yang mulai berkurang akibat mulai berlalunya cuaca panas ekstrim di negara tersebut.

Dengan pergerakan itu, harga si batu hitam sudah membukukan performa mingguan negatif yang kedua kalinya beruturut-turut. Dalam sepekan yang berakhir pada tanggal 3 Agustus 2018, harga batu bara juga anjlok hingga 2% lebih.

Harga batu bara nampaknya mulai menunjukkan tren penurunan, pasca pada akhir Juli 2018 lalu mampu menanjak pesat hingga menyentuh rekor tertingginya dalam 6,5 tahun terakhir, di angka US$119,90/MT.

Panas Mereda, Harga Batu Bara Turun 0,7% Sepekan LaluFoto: Aristya Rahadian Krisabella


Pekan lalu, harga batu bara sebenarnya sempat mendapat suntikan energi positif dari data impor batu bara China yang tumbuh cukup signifikan di bulan Juli 2018. Mengutip Reuters, impor batu bara China bulan lalu naik 14% secara bulanan (month-to-month/MtM) ke 29,01 juta ton, tertinggi dalam 4,5 tahun.

Melesatnya impor batu bara Negeri Panda didorong oleh gelombang panas yang menyapu Bumi Belahan Utara (BBU). Akibatnya, energi listrik yang digunakan menyalakan pendingin ruangan pun memuncak, sehingga memicu meroketnya permintaan batu bara untuk pembangkit listrik.

Temperatur di wilayah pengkonsumsi utama batu bara di Asia Utara dan Eropa menyentuh rekor tertingginya di Bulan Juli 2018. "Pelebaran suhu panas antara 1-4 derajat Celsius di atas normal telah terjadi di wilayah Selatan Tengah, Timur, dan Timur Laut di China, selama 7 hari terakhir," papar Ed Whalen, seorang analis cuaca, seperti dilansir dari Reuters.

Selain itu, kuatnya impor juga didukung oleh kebijakan pemerintah Negeri Tirai Bambu untuk membatasi produksi batu bara domestik. Dari data teranyar, produksi batu bara China bulan Juni 2018 jatuh 1,4% secara MtM, ke level terendahnya dalam 8 bulan terakhir.

Meski demikian, kekhawatiran akan lesunya permintaan pasca musim panas berlalu, menjadi faktor utama yang menyeret harga batu bara ke zona merah. "Kita akan melihat sebagian dari permintaan (batu bara) musim panas berkurang seiring datangnya temperatur yang lebih dingin, dan kita bergerak keluar dari puncak musim panas," ujar Pat Markey, Managing Director di perusahaan konsultan komoditas Sierra Vista Resources, seperti dikutip dari Reuters.

Selain itu, pelemahan Yuan China juga mendorong penurunan harga batu bara. Mata uang Negeri TIrai Bambu telah menurun nyaris 3% terhadap dolar AS di sepanjang bulan Juli 2018, seiring munculnya kekhawatiran terkait eskalasi perang dagang dengan Negeri Paman Sam yang merupakan pembeli utama dari produk-produk China.

"Akibat melemahnya yuan (China) terhadap dolar AS, kekuatan pembelian dari konsumen (batu bara) di China juga menurun," tambah Markey.


TIM RISET CNBC INDONESIA



(dru) Next Article Video: Harga Batu Bara Terbang 17%, Sampai Kapan?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular