Pengaruh Krisis Turki Sampai ke Indonesia, IHSG Anjlok 1,74%

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
13 August 2018 09:28
Pasca dibuka melemah 0,78%, IHSG kini telah anjlok 1,74% ke level 5.971,26.
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasca dibuka melemah 0,78%, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kini telah anjlok 1,74% ke level 5.971,26. Pelemahan IHSG senada dengan bursa saham kawasan Asia lainnya yang juga diperdagangkan melemah: indeks Nikkei turun 1,39%, indeks Shanghai turun 0,9%, indeks Hang Seng turun 1,49%, indeks Strait Times turun 0,91%, indeks Kospi turun 1,12%, indeks SET (Thailand) turun 0,96%, dan indeks KLCI (Malaysia) turun 0,98%.

Krisis ekonomi yang terjadi di Turki menjalar ke kawasan Asia, setelah pada hari Jumat kemarin (10/8/2018) menekan pasar keuangan wilayah Eropa dan Amerika Serikat.

Pada hari Jumat kemarin, nilai tukar lira terdepresiasi hingga 16% di pasar spot melawan dolar AS. Kejatuhan lira terjadi pasca Presiden AS Donald Trump menyetujui pengenaan bea masuk bagi impor baja asal Turki sebesar 50%. Aluminium juga kena bea masuk 20%.

"Saya telah menyetujui penggandaan tarif bea masuk untuk baja dan aluminium kepada Turki, karena mata uang mereka melemah terhadap dolar AS kami yang begitu kuat! Hubungan kami dengan Turki tidak baik pada saat ini!" tegas Trump melalui cuitan di Twitter, akhir pekan lalu.

Kebijakan Trump ini merupakan balasan terhadap langkah Turki yang menahan seorang Pastur asal AS, Andrew Brunson. Pemerintah Turki menuding pastur asal AS ini sebagai salah satu pendukung upaya kudeta pada 2016. Brunson menolak tuduhan tersebut, tetapi nasibnya masih terkatung-katung.

Upaya Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan untuk meredakan tekanan terhadap lira dengan menyuruh masyarakatnya menukarkan dolar AS dan emas yang dimilikinya tak direspon positif oleh investor.

Selain itu, tekanan bagi IHSG juga datang dari melebarnya defisit neraca berjalan (current account deficit/CAD) yang menembus level 3% dari PDB, yakni di level 3,04%. Padahal pada kuartal-I, defisitnya hanya sebesar 2,21% dari PDB.

Capaian ini terbilang cukup bersejarah. Pasalnya, kali terakhir CAD menyentuh level 3% dari PDB adalah pada kuartal-III 2014 silam. Pada 3 bulan kedua tahun ini, nilai nominal dari CAD mencapai US$ 8,03 miliar, sementara pada kuartal-I nilainya hanya sebesar US$ 5,72 miliar.

Akibat melebarnya CAD, defisit Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) melebar menjadi US$ 4,31 miliar, dari yang sebelumnya US$ 3,86 miliar.

Merespon hal tersebut, rupiah anjlok 0,93% di pasar spot ke level Rp 14.605/dolar AS.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Sempat Menguat di Sesi 1, IHSG Hari Ini Ditutup Melemah

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular