
Lira Turki Rontok & CAD Melebar, Rupiah Diperkirakan Melemah
Lidya Julita S, CNBC Indonesia
13 August 2018 08:11

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah diprediksi kembali melemah di minggu ini setelah sebelumnya mampu menguat tipis. Rupiah pada minggu ini diproyeksi akan berada di kisaran Rp 14.440-Rp14.520 per dolar Amerika Serikat (AS).
Ekonom INDEF Bhima Yudhistira mengatakan rupiah pada minggu ini akan bergerak fluktuatif dan cenderung melemah disebabkan oleh beberapa faktor seperti tekanan global yang masih akan terjadi.
"Tekanan global berasal dari kekhawatiran krisis Turki dengan anjloknya lira 20% akan menyebar ke Eropa dan negara berkembang lainnya. Kondisi ini diperparah oleh sanksi dari AS berupa kenaikan bea masuk alumnium asal Turki. Dampaknya, aset emerging market agak dihindari," ungkap Bhima kepada CNBC Indonesia, Jakarta, Senin (13/8/2018).
Faktor dari dalam negeri berasal dari sentimen investor yang lebih dipengaruhi oleh rilis data defisit transaksi berjalan yang menembus 3% terhadap produk domestik bruto (PDB) di kuartal II 2018.
Ekonom INDEF Bhima Yudhistira mengatakan rupiah pada minggu ini akan bergerak fluktuatif dan cenderung melemah disebabkan oleh beberapa faktor seperti tekanan global yang masih akan terjadi.
"Tekanan global berasal dari kekhawatiran krisis Turki dengan anjloknya lira 20% akan menyebar ke Eropa dan negara berkembang lainnya. Kondisi ini diperparah oleh sanksi dari AS berupa kenaikan bea masuk alumnium asal Turki. Dampaknya, aset emerging market agak dihindari," ungkap Bhima kepada CNBC Indonesia, Jakarta, Senin (13/8/2018).
"Defisit transaksi berjalan dinilai berpotensi melebar hingga akhir tahun sehingga akan berakibat pada naiknya biaya kebutuhan impor, pembayaran utang jatuh tempo dan realisasi proyek infrastruktur yang menyedot bahan baku impor," kata dia.
Sebagai informasi, Bank Indonesia (BI) mencatat defisit neraca transaksi berjalan pada kuartal II-2018 mengalami kenaikan. Defisit transaksi berjalan alias CAD pada kuartal II-2018 tercatat US$8 miliar atau melebar jadi 3% terhadap PDB.
Angka ini lebih tinggi dibandingkan defisit triwulan sebelumnya sebesar US$5,7 miliar atau 2,2% terhadap PDB.
Sebagai informasi, Bank Indonesia (BI) mencatat defisit neraca transaksi berjalan pada kuartal II-2018 mengalami kenaikan. Defisit transaksi berjalan alias CAD pada kuartal II-2018 tercatat US$8 miliar atau melebar jadi 3% terhadap PDB.
Angka ini lebih tinggi dibandingkan defisit triwulan sebelumnya sebesar US$5,7 miliar atau 2,2% terhadap PDB.
(prm) Next Article Mengintip Aksi Rupiah Sepekan yang Jadi Idola di Asia
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular