
Pertumbuhan PDB di Atas Ekspektasi, IHSG Naik 1,16% Pekan Ini
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
11 August 2018 10:14

Jakarta, CNBC Indonesia - Dalam sepekan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 1,16%. Jika melihat performa bursa saham kawasan Asia lainnya, performa IHSG terbilang biasa-biasa saja. Pasalnya, beberapa bursa saham bisa memberikan imbal hasil yang lebih tinggi: indeks Hang Seng naik 2,49%, indeks Shanghai naik 2%, indeks KLCI (Malaysia) naik 1,44%. Sementara itu, beberapa bursa saham memberikan imbal hasil negatif: indeks Kospi turun 0,21%, indeks SET (Thailand) turun 0,36%, dan indeks Nikkei turun 1,01%.
Laju IHSG dimotori oleh rilis data pertumbuhan ekonomi kuartal-II 2018 yang di atas ekspektasi. Sepanjang kuartal-II, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat perekonomian Indonesia tumbuh sebesar 5,27% YoY, mengalahkan konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia sebesar 5,125% YoY. Capaian ini juga mengalahkan posisi kuartal-I 2018 yang sebesar 5,06% YoY dan posisi kuartal-II 2017 yang sebesar 5,01% YoY.
Positifnya angka pertumbuhan ekonomi menghapus kekhawatiran investor bahwa laju ekonomi tahun ini akan lesu seperti tahun lalu, walaupun angka pertumbuhan ekonomi kuartal-III dan IV akan menjadi penentuan. Pasalnya, laju perekonomian pada kuartal-II ditopang oleh momentum Ramadan-Idul Fitri yang jatuh pada pertengahan Mei hingga pertengahan Juni.
Dengan pertumbuhan ekonomi kuartal-II 2018 yang kuat, BPS memproyeksikan ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 5,16% pada tahun ini.
Saham-saham perbankan pun menjadi buruan investor: PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) naik 2,08%, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) naik 1,81%, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) naik 1,8%, dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) naik 0,95%.
Seiring dengan kenaikan harga saham emiten-emiten perbankan, indeks sektor jasa keuangan menguat hingga 1,7% sepanjang pekan ini.
Ketika ekonomi tumbuh kencang, bank-bank di tanah air memang menjadi salah satu pihak yang paling diuntungkan, lantaran ada potensi meningkatnya penyaluran kredit.
Hal tersebut lantas mengobati kekecewaan investor terhadap penyaluran kredit yang relatif mengecewakan sepanjang semester-I 2018. Sepanjang paruh pertama 2018, total penyaluran kredit BMRI tercatat sebesar Rp 762,5 triliun, naik 11,8% jika dibandingkan posisi periode yang sama tahun lalu. Sementara pada paruh pertama 2017, penyaluran kredit tumbuh sebesar 11,65% YoY. Ini artinya, pertumbuhan penyaluran kredit hanya naik tipis.
Penyaluran kredit PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) tumbuh 19,14% YoY sepanjang paruh pertama 2018, tak banyak meningkat dari capaian di paruh pertama 2017 yang sebesar 18,81% YoY.
Sementara itu, penyaluran kredit BBNI hanya mampu tumbuh 11,1% YoY sepanjang paruh pertama 2018, jauh lebih rendah dari capaian di paruh pertama 2017 yang sebesar 15,4% YoY.
Di sisi lain, risiko perang dagang menghantui jalannya perdagangan. Pada hari Rabu (8/8/2018), China mengumumkan bea masuk sebesar 25% bagi importasi produk-produk AS senilai US$ 16 miliar. Beberapa produk yang akan terkena bea masuk tersebut adalah bahan bakar minyak (BBM), produk baja, kendaraan bermotor, dan peralatan kesehatan. Total ada 333 produk asal AS yang menjadi korban.
Kementerian Perdagangan China menyebutkan bahwa bea masuk ini akan mulai berlaku pada 23 Agustus mendatang, hari yang sama dengan pengenaan bea masuk 25% terhadap US$ 16 miliar produk impor asal China oleh AS. Jadi, kebijakan China tersebut merupakan balasan atas serangan dari Negeri Paman Sam.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Wow IHSG Makin Pede Naik, PBD Tumbuh di Atas Konsensus
Laju IHSG dimotori oleh rilis data pertumbuhan ekonomi kuartal-II 2018 yang di atas ekspektasi. Sepanjang kuartal-II, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat perekonomian Indonesia tumbuh sebesar 5,27% YoY, mengalahkan konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia sebesar 5,125% YoY. Capaian ini juga mengalahkan posisi kuartal-I 2018 yang sebesar 5,06% YoY dan posisi kuartal-II 2017 yang sebesar 5,01% YoY.
Positifnya angka pertumbuhan ekonomi menghapus kekhawatiran investor bahwa laju ekonomi tahun ini akan lesu seperti tahun lalu, walaupun angka pertumbuhan ekonomi kuartal-III dan IV akan menjadi penentuan. Pasalnya, laju perekonomian pada kuartal-II ditopang oleh momentum Ramadan-Idul Fitri yang jatuh pada pertengahan Mei hingga pertengahan Juni.
Saham-saham perbankan pun menjadi buruan investor: PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) naik 2,08%, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) naik 1,81%, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) naik 1,8%, dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) naik 0,95%.
Seiring dengan kenaikan harga saham emiten-emiten perbankan, indeks sektor jasa keuangan menguat hingga 1,7% sepanjang pekan ini.
Ketika ekonomi tumbuh kencang, bank-bank di tanah air memang menjadi salah satu pihak yang paling diuntungkan, lantaran ada potensi meningkatnya penyaluran kredit.
Hal tersebut lantas mengobati kekecewaan investor terhadap penyaluran kredit yang relatif mengecewakan sepanjang semester-I 2018. Sepanjang paruh pertama 2018, total penyaluran kredit BMRI tercatat sebesar Rp 762,5 triliun, naik 11,8% jika dibandingkan posisi periode yang sama tahun lalu. Sementara pada paruh pertama 2017, penyaluran kredit tumbuh sebesar 11,65% YoY. Ini artinya, pertumbuhan penyaluran kredit hanya naik tipis.
Penyaluran kredit PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) tumbuh 19,14% YoY sepanjang paruh pertama 2018, tak banyak meningkat dari capaian di paruh pertama 2017 yang sebesar 18,81% YoY.
Sementara itu, penyaluran kredit BBNI hanya mampu tumbuh 11,1% YoY sepanjang paruh pertama 2018, jauh lebih rendah dari capaian di paruh pertama 2017 yang sebesar 15,4% YoY.
Di sisi lain, risiko perang dagang menghantui jalannya perdagangan. Pada hari Rabu (8/8/2018), China mengumumkan bea masuk sebesar 25% bagi importasi produk-produk AS senilai US$ 16 miliar. Beberapa produk yang akan terkena bea masuk tersebut adalah bahan bakar minyak (BBM), produk baja, kendaraan bermotor, dan peralatan kesehatan. Total ada 333 produk asal AS yang menjadi korban.
Kementerian Perdagangan China menyebutkan bahwa bea masuk ini akan mulai berlaku pada 23 Agustus mendatang, hari yang sama dengan pengenaan bea masuk 25% terhadap US$ 16 miliar produk impor asal China oleh AS. Jadi, kebijakan China tersebut merupakan balasan atas serangan dari Negeri Paman Sam.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Wow IHSG Makin Pede Naik, PBD Tumbuh di Atas Konsensus
Most Popular