
The Fed Naikkan Bunga 4 Kali, Dow Jones akan Anjlok 127 Poin
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
10 August 2018 17:58

Jakarta, CNBC Indonesia - Wall Street akan dibuka melemah pada perdagangan hari ini. Hal ini terlihat dari kontrak futures tiga indeks saham utama AS: kontrak futures Dow Jones mengimplikasikan penurunan sebesar 127 poin pada saat pembukaan, sementara S&P 500 dan Nasdaq diimplikasikan turun masing-masing sebesar 16 dan 47 poin.
The Federal Reserve menjadi biang kerok bagi Wall Street menjelang akhir pekan, seiring dengan kembali mencuatnya persepsi bahwa the Fed akan mengerek suku bunga acuan sebanyak 4 kali pada tahun ini. Pada awal tahun, the Fed hanya memproyeksikan normalisasi sebanyak 3 kali.
Penyebabnya adalah data tenaga kerja yang positif. Sepanjang minggu yang berakhir pada 4 Agustus, jumlah klaim tunjangan pengangguran turun sebanyak 6.000 jiwa dibandingkan pekan sebelumnya menjadi 213.000 jiwa. Capaian ini juga lebih rendah dibandingkan konsensus yang dihimpun Reuters yaitu 220.00 jiwa.
Ketika pasar tenaga kerja bergairah, the Fed akan terdorong untuk lebih agresif dalam melakukan normalisasi, guna mencegah perekonomian overheating.
Pada akhirnya, investor mengantisipasi hal tersebut dengan melepas instrumen saham.
Selain itu, tekanan juga datang dari risiko memanasnya perang dagang antara AS dengan Uni Eropa. Beberapa waktu lalu, AS dan Uni Eropa telah sepakat untuk 'berdamai' dan melakukan negosiasi untuk menghindari perang dagang. Salah satu komitmen dalam kesepakatan itu adalah Uni Eropa akan membeli lebih banyak gas alam cair (Liquified Natural Gas/LNG) dari AS.
Namun, ternyata janji itu lebih mudah diucapkan daripada dilakukan. Jean-Claude Juncker, Presiden Uni Eropa, mengeluhkan harga LNG dari AS yang dinilainya terlalu mahal.
"Ekspor LNG dari AS, jika harganya kompetitif, akan memainkan peran penting dan strategis untuk menjaga pasokan di Uni Eropa. AS perlu melakukan sesuatu," kata Juncker, seperti dikutip Reuters.
Keluhan dari Juncker ini sangat mungkin membuat Presiden AS Donald Trump geram.
Pada hari ini pukul 19:30, data inflasi periode Juli akan diumumkan. Selain data tenaga kerja, data inflasi merupakan indikator utama lainnya yang dijadikan dasar pertimbangan the Fed dalam mengambil kebijakan.
Investor lantas akan mencermati data tersebut guna mencari petunjuk mengenai arah kebijakan bank sentral.
Tidak ada anggota FOMC yang dijadwalkan berbicara pada hari ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?
The Federal Reserve menjadi biang kerok bagi Wall Street menjelang akhir pekan, seiring dengan kembali mencuatnya persepsi bahwa the Fed akan mengerek suku bunga acuan sebanyak 4 kali pada tahun ini. Pada awal tahun, the Fed hanya memproyeksikan normalisasi sebanyak 3 kali.
Penyebabnya adalah data tenaga kerja yang positif. Sepanjang minggu yang berakhir pada 4 Agustus, jumlah klaim tunjangan pengangguran turun sebanyak 6.000 jiwa dibandingkan pekan sebelumnya menjadi 213.000 jiwa. Capaian ini juga lebih rendah dibandingkan konsensus yang dihimpun Reuters yaitu 220.00 jiwa.
Pada akhirnya, investor mengantisipasi hal tersebut dengan melepas instrumen saham.
Selain itu, tekanan juga datang dari risiko memanasnya perang dagang antara AS dengan Uni Eropa. Beberapa waktu lalu, AS dan Uni Eropa telah sepakat untuk 'berdamai' dan melakukan negosiasi untuk menghindari perang dagang. Salah satu komitmen dalam kesepakatan itu adalah Uni Eropa akan membeli lebih banyak gas alam cair (Liquified Natural Gas/LNG) dari AS.
Namun, ternyata janji itu lebih mudah diucapkan daripada dilakukan. Jean-Claude Juncker, Presiden Uni Eropa, mengeluhkan harga LNG dari AS yang dinilainya terlalu mahal.
"Ekspor LNG dari AS, jika harganya kompetitif, akan memainkan peran penting dan strategis untuk menjaga pasokan di Uni Eropa. AS perlu melakukan sesuatu," kata Juncker, seperti dikutip Reuters.
Keluhan dari Juncker ini sangat mungkin membuat Presiden AS Donald Trump geram.
Pada hari ini pukul 19:30, data inflasi periode Juli akan diumumkan. Selain data tenaga kerja, data inflasi merupakan indikator utama lainnya yang dijadikan dasar pertimbangan the Fed dalam mengambil kebijakan.
Investor lantas akan mencermati data tersebut guna mencari petunjuk mengenai arah kebijakan bank sentral.
Tidak ada anggota FOMC yang dijadwalkan berbicara pada hari ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular