Perang Dagang dan Pelemahan Yuan Bawa Bursa Saham Asia Anjlok

Houtmand P Saragih & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
10 August 2018 17:10
Bursa saham utama kawasan Asia anjlok menjelang akhir pekan.
Foto: Reuters/Tyrone Siu
Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham utama kawasan Asia anjlok menjelang akhir pekan: indeks Nikkei turun 1,33%, indeks Strait Times turun 1,26%, indeks Kospi turun 0,91%, dan indeks Hang Seng turun 0,84%.

Sentimen perang dagang membuat bursa saham Benua Kuning harus pasrah terjun ke teritori negatif. DIsaat tensi perang dagang dengan China masih panas pasca kedua negara balas-membalas mengenakan bea masuk, kini perang dagang antara AS dengan Uni Eropa yang memanas.

Beberapa waktu lalu, AS dan Uni Eropa sepakat untuk 'berdamai' dan melakukan negosiasi untuk menghindari perang dagang. Salah satu komitmen dalam kesepakatan itu adalah Uni Eropa akan membeli lebih banyak gas alam cair (Liquified Natural Gas/LNG) dari AS.

Namun, ternyata janji itu lebih mudah diucapkan daripada dilakukan. Jean-Claude Juncker, Presiden Uni Eropa, mengeluhkan harga LNG dari AS yang dinilainya terlalu mahal.

"Ekspor LNG dari AS, jika harganya kompetitif, akan memainkan peran penting dan strategis untuk menjaga pasokan di Uni Eropa. AS perlu melakukan sesuatu," kata Juncker, seperti dikutip Reuters.

Keluhan dari Juncker ini sangat mungkin membuat Presiden AS Donald Trump geram.

Kemudian nilai tukar yuan yang melemah melawan dolar AS juga memberikan tekanan. Di pasar spot, yuan melemah 0,5%. Sementara di pasar offshore, yuan melemah 0,22%.

Ketika yuan melemah, ada kekhawatiran mengenai tergoncangnya stabilitas perekonomian Negeri Panda. Sebelumnya, pemerintah dan bank sentral China memang berusaha mati-matian untuk menghentikan depresiasi yuan.

Dolar AS memang sedang berada dalam posisi yang perkasa, ditunjukkan oleh indeks dolar AS yang naik hingga 0,5%.

Mata uang Negeri Paman Sam menguat lantaran data tenaga kerja yang positif. Sepanjang minggu yang berakhir pada 4 Agustus, jumlah klaim tunjangan pengangguran turun sebanyak 6.000 jiwa dibandingkan pekan sebelumnya menjadi 213.000 jiwa. Capaian ini juga lebih rendah dibandingkan konsensus yang dihimpun Reuters yaitu 220.00 jiwa.

Kuatnya data tenaga kerja lantas kembali menimbulkan perspsi bahwa the Federal Reserve akan mengerek suku bunga acuan sebanyak 4 kali pada tahun ini, lebih agresif dari sebanyak 3 kali yang diproyeksikan pada awal tahun.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank) Next Article Bursa Asia Terbelah oleh Perkembangan China- Amerika, Nikkei Ngacir

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular