
Banyak Sentimen Negatif, Harga CPO Kian Melemah
Gustidha Budiartie & Raditya Hanung Prakoswa, CNBC Indonesia
10 August 2018 11:30

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) kontrak Oktober 2018 di bursa derivatif Malaysia bergerak melemah 0,58% ke level MYR2.233/ton pada perdagangan hari ini Jumat (10/08/2018) hingga pukul 10.40 WIB.
Dengan pergerakan itu, harga komoditas agrikultur unggulan Indonesia dan Malaysia ini melanjutkan pelemahannya pada perdagangan kemarin. Sebagai informasi, harga CPO ditutup terkoreksi sebesar 0,53% ke MYR 2.246/ton pada perdagangan hari Kamis (09/08/2018).
Berbagai sentimen negatif memang masih menghantui harga minyak nabati ini. Pertama, harga minyak kedelai kontrak acuan di Chicago Board of Trade (CBOT) melemah 0,11% pada perdagangan kemarin. Penurunan itu menjadi yang kedua secara berturut-turut, setelah di hari sebelumnya jatuh 0,49%.
Harga minyak kedelai nampaknya masih tertekan perang dagang AS-China yang kembali berkecamuk. Komoditas ini memang menjadi salah satu produk yang paling terdampak dari memburuknya hubungan perdagangan antara dua raksasa ekonomi dunia tersebut.
Seperti diketahui, harga CPO akan dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak nabati lainnya (seperti minyak kedelai), seiring mereka bersaing memperebutkan pangsa pasar minyak nabati global. Ketika harga minyak kedelai menguat, kecenderungannya adalah harga CPO akan ikut naik.
Kedua, turunnya harga minyak mentah global. Kemarin, harga sang emas hitam ditutup melemah di kisaran 0,2%. Pada perdagangan hari Rabu (08/08/2018), harga minyak malah sama-sama anjlok hingga 3% lebih. Komoditas energi utama di dunia ini juga tertekan akibat saling balas bea masuk perdagangan antara China-AS.
Perang dagang (bila berlangsung lama) akan membuat perdagangan dan pertumbuhan ekonomi dunia terancam. Kala perdagangan dan pertumbuhan ekonomi melambat, maka permintaan energi pun ikut turun. Persepsi ini membuat harga minyak terjun bebas.
Sebagai informasi, penurunan harga minyak mentah dunia akan mengurangi spread antara harga minyak mentah dan biodiesel. Alhasil, produksi biodiesel menjadi kurang ekonomis. Hal ini tentunya menjad sentimen yang menekan permintaan CPO sebagai bahan baku biodiesel.
Ketiga, pelaku pasar nampaknya masih mewaspadai rilis data ekspor Malaysia periode 1-10 Agustus 2018 berdasakan survei AmSpec Agri dan SGS pada hari ini. Apabila data ekspor Negeri Jiran melambat, maka hal ini akan menjadi indikasi bahwa permintaan CPO global masih cenderung lesu. Sebagai informasi, ekspor Malaysia diperkirakan cenderung flat pada bulan lalu, setelah anjlok 12% secara bulanan (month-to-month/MtM) pada Juni 2018.
Berdasarkan data dari Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), ekspor minyak kelapa sawit Indonesia juga turun 2% secara tahunan (year-on-year/YoY) pada semester I-2018, atau dari 15,62 juta ton menjadi 15,30 juta ton. Di sisi lain, produksi minyak sawit RI justru naik cukup signifikan sebesar 23% YoY dari 18,15 juta ton menjadi 22,32 juta ton.
(RHG) Next Article Bos Sawit, Harga CPO Diprediksi Turun Nih... Panik Gak?
Dengan pergerakan itu, harga komoditas agrikultur unggulan Indonesia dan Malaysia ini melanjutkan pelemahannya pada perdagangan kemarin. Sebagai informasi, harga CPO ditutup terkoreksi sebesar 0,53% ke MYR 2.246/ton pada perdagangan hari Kamis (09/08/2018).
Harga minyak kedelai nampaknya masih tertekan perang dagang AS-China yang kembali berkecamuk. Komoditas ini memang menjadi salah satu produk yang paling terdampak dari memburuknya hubungan perdagangan antara dua raksasa ekonomi dunia tersebut.
Seperti diketahui, harga CPO akan dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak nabati lainnya (seperti minyak kedelai), seiring mereka bersaing memperebutkan pangsa pasar minyak nabati global. Ketika harga minyak kedelai menguat, kecenderungannya adalah harga CPO akan ikut naik.
Kedua, turunnya harga minyak mentah global. Kemarin, harga sang emas hitam ditutup melemah di kisaran 0,2%. Pada perdagangan hari Rabu (08/08/2018), harga minyak malah sama-sama anjlok hingga 3% lebih. Komoditas energi utama di dunia ini juga tertekan akibat saling balas bea masuk perdagangan antara China-AS.
Perang dagang (bila berlangsung lama) akan membuat perdagangan dan pertumbuhan ekonomi dunia terancam. Kala perdagangan dan pertumbuhan ekonomi melambat, maka permintaan energi pun ikut turun. Persepsi ini membuat harga minyak terjun bebas.
Sebagai informasi, penurunan harga minyak mentah dunia akan mengurangi spread antara harga minyak mentah dan biodiesel. Alhasil, produksi biodiesel menjadi kurang ekonomis. Hal ini tentunya menjad sentimen yang menekan permintaan CPO sebagai bahan baku biodiesel.
Ketiga, pelaku pasar nampaknya masih mewaspadai rilis data ekspor Malaysia periode 1-10 Agustus 2018 berdasakan survei AmSpec Agri dan SGS pada hari ini. Apabila data ekspor Negeri Jiran melambat, maka hal ini akan menjadi indikasi bahwa permintaan CPO global masih cenderung lesu. Sebagai informasi, ekspor Malaysia diperkirakan cenderung flat pada bulan lalu, setelah anjlok 12% secara bulanan (month-to-month/MtM) pada Juni 2018.
Berdasarkan data dari Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), ekspor minyak kelapa sawit Indonesia juga turun 2% secara tahunan (year-on-year/YoY) pada semester I-2018, atau dari 15,62 juta ton menjadi 15,30 juta ton. Di sisi lain, produksi minyak sawit RI justru naik cukup signifikan sebesar 23% YoY dari 18,15 juta ton menjadi 22,32 juta ton.
(RHG) Next Article Bos Sawit, Harga CPO Diprediksi Turun Nih... Panik Gak?
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular