
Rupiah Tertekan untuk Hari Ke-3 terhadap Yen
Alfado Agustio, CNBC Indonesia
09 August 2018 11:44

Jakarta, CNBC Indonesia - Ketegangan politik global yang belum usai menyebabkan rupiah lesu hingga 3 hari berturut-turut di hadapan yen. Pada Kamis (9/8/2018) pukul 11:22 WIB, JPY 1 dibanderol Rp 130,01.
Rupiah melemah tipis 0,01% dibandingkan penutupan perdagangan kemarin.
Pelemahan yang tak jua usai, mengakibatkan harga jual yen tetap bertahan di atas Rp 133/JPY. Berikut data perdagangan di empat bank nasional terbesar hingga pukul 11:20 WIB:
Kisruh politik global tidak lepas dari situasi perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China. Terbaru, China mengumumkan pemberlakuan bea masuk baru sebesar 25% bagi produk AS senilai US$ 16 miliar.
Beberapa produk yang akan terkena bea masuk tersebut adalah bahan bakar minyak (BBM), produk baja, kendaraan bermotor, dan peralatan kesehatan. Total ada 333 produk made in USA yang jadi korban.
Kementerian Perdagangan China menyebutkan bea masuk baru ini mulai berlaku efektif 23 Agustus. Pada hari yang sama, AS berencana mengenakan bea masuk 25% untuk produk China senilai US$ 16 miliar. Jadi, langkah China adalah counter attack atas serangan Negeri Paman Sam.
Sejauh ini, China telah mengenakan bea masuk terhadap US$ 110 miliar importasi dari AS. Namun beberapa produk andalan AS belum masuk daftar, seperti minyak mentah dan pesawat terbang. Bukan tidak mungkin keduanya akan masuk jika perang dagang semakin memanas.
Kondisi ini mengkhawatirkan investor, sehingga instrumen investasi minim resiko (safe haven) seperti yen Jepang laris di pasar. Ini tercermin dari pergerakan mata uang tersebut yang menguat 0,14% di hadapan dolar AS. Penguatan tersebut juga berlaku ke negara kawasan seperti rupiah.
Akibatnya mata uang garuda pun tertekan untuk hari ketiga.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/roy) Next Article Rupiah Loyo, Ini Curhatan Pengusaha
Rupiah melemah tipis 0,01% dibandingkan penutupan perdagangan kemarin.
![]() |
Bank | Harga Beli | Harga Jual |
Bank Mandiri | Rp 127,23 | Rp 132,08 |
Bank BNI | Rp 126,97 | Rp 133,57 |
Bank BRI | Rp 128,26 | Rp 130,99 |
Bank BCA | Rp 126,95 | Rp 133,52 |
Kisruh politik global tidak lepas dari situasi perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China. Terbaru, China mengumumkan pemberlakuan bea masuk baru sebesar 25% bagi produk AS senilai US$ 16 miliar.
Kementerian Perdagangan China menyebutkan bea masuk baru ini mulai berlaku efektif 23 Agustus. Pada hari yang sama, AS berencana mengenakan bea masuk 25% untuk produk China senilai US$ 16 miliar. Jadi, langkah China adalah counter attack atas serangan Negeri Paman Sam.
Sejauh ini, China telah mengenakan bea masuk terhadap US$ 110 miliar importasi dari AS. Namun beberapa produk andalan AS belum masuk daftar, seperti minyak mentah dan pesawat terbang. Bukan tidak mungkin keduanya akan masuk jika perang dagang semakin memanas.
Kondisi ini mengkhawatirkan investor, sehingga instrumen investasi minim resiko (safe haven) seperti yen Jepang laris di pasar. Ini tercermin dari pergerakan mata uang tersebut yang menguat 0,14% di hadapan dolar AS. Penguatan tersebut juga berlaku ke negara kawasan seperti rupiah.
Akibatnya mata uang garuda pun tertekan untuk hari ketiga.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/roy) Next Article Rupiah Loyo, Ini Curhatan Pengusaha
Most Popular