
Aura Penguatan Dolar AS Mulai Terasa, Rupiah Terpeleset
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
09 August 2018 08:54

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mampu dibuka menguat. Namun setelah itu, rupiah agak terpeleset karena sepertinya greenback mulai bangkit.
Pada Kamis (9/8/2018), US$ 1 kala pembukaan pasar berada di Rp 14.425. Rupiah menguat 0,03% dibandingkan penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Seiring perjalanan pasar, rupiah masih menguat. Hingga pukul 08:30 WIB, US$ 1 masih bisa 'dikurung' di Rp 14.425.
Namun pada pukul 08:32 WIB, penguatan rupiah habis. US$ 1 sudah berada di Rp 14.430 atau sama dengan penutupan kemarin.
Sementara di Asia, aura kebangkitan greenback mulai terasa. Sebagian besar mata uang utama Asia melemah, dengan depresiasi terdalam dialami oleh won Korea Selatan.
Berikut perkembangan mata uang utama Asia di hadapan dolar AS pada pukul 08:34 WIB:
Setelah tertekan dalam 2 hari terakhir, pagi ini dolar AS mulai menemukan performanya. Dollar Index, yang mencerminkan posisi dolar AS secara relatif terhadap enam mata uang utama, menguat 0,11% pada pukul 08:35 WIB.
Energi dolar AS datang dari hasil survei yang digelar Reuters. Dari 52 analis valas, 29 menyatakan dolar AS sepertinya baru benar-benar kehabisan bensin pada 6 bulan mendatang. Untuk saat ini, keperkasaan dolar AS sulit dibendung.
"Kami tidak mengatakan bahwa saat ini adalah puncak penguatan dolar AS. Belum. Dolar AS masih akan menguat lagi dalam beberapa waktu ke depan. Namun pada akhir tahun, mungkin dolar AS baru benar-benar melandai," papar Gavin Friend, Senior Market Strategist di NAB, dikutip dari Reuters.
Hal ini dibuktikan bahwa investor memang masih cenderung percaya dengan dolar AS dalam jangka panjang. Mengutip Reuters, posisi dolar AS jangka panjang (net long dollar position) pada awal Agustus mencapai US$ 20,06 miliar. Ini merupakan posisi tertinggi sejak Januari 2017.
Penyebab utama penguatan dolar AS yang begitu kencang adalah perbedaan suku bunga. The Federal Reserve/The Fed menjadi satu-satunya bank sentral di negara maju yang begitu agresif. Uni Eropa baru akan mengurangi stimulus moneter pada September dan mengakhirinya pada Desember. Kenaikan suku bunga acuan paling cepat dieksekusi pertengahan 2019.
Jepang lebih jauh lagi. Bank Sentral Jepang akan mengumumkan suku bunga acuan hari ini, dan pasar memperkirakan tetap bertahan di angka -0,1%. Bahkan BoJ berencana menjadikan stimulus moneter sebagai kebijakan yang berkelanjutan (sustain) untuk mendorong permintaan domestik.
Oleh karena itu, dolar AS menjadi sangat menarik karena ditopang oleh kenaikan suku bunga. Tidak heran greenback selalu menjadi pilihan utama pelaku pasar.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Penampakan di Money Changer, Saat Rupiah di Atas 14.800/US$
Pada Kamis (9/8/2018), US$ 1 kala pembukaan pasar berada di Rp 14.425. Rupiah menguat 0,03% dibandingkan penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Seiring perjalanan pasar, rupiah masih menguat. Hingga pukul 08:30 WIB, US$ 1 masih bisa 'dikurung' di Rp 14.425.
Sementara di Asia, aura kebangkitan greenback mulai terasa. Sebagian besar mata uang utama Asia melemah, dengan depresiasi terdalam dialami oleh won Korea Selatan.
Berikut perkembangan mata uang utama Asia di hadapan dolar AS pada pukul 08:34 WIB:
Setelah tertekan dalam 2 hari terakhir, pagi ini dolar AS mulai menemukan performanya. Dollar Index, yang mencerminkan posisi dolar AS secara relatif terhadap enam mata uang utama, menguat 0,11% pada pukul 08:35 WIB.
Energi dolar AS datang dari hasil survei yang digelar Reuters. Dari 52 analis valas, 29 menyatakan dolar AS sepertinya baru benar-benar kehabisan bensin pada 6 bulan mendatang. Untuk saat ini, keperkasaan dolar AS sulit dibendung.
"Kami tidak mengatakan bahwa saat ini adalah puncak penguatan dolar AS. Belum. Dolar AS masih akan menguat lagi dalam beberapa waktu ke depan. Namun pada akhir tahun, mungkin dolar AS baru benar-benar melandai," papar Gavin Friend, Senior Market Strategist di NAB, dikutip dari Reuters.
Hal ini dibuktikan bahwa investor memang masih cenderung percaya dengan dolar AS dalam jangka panjang. Mengutip Reuters, posisi dolar AS jangka panjang (net long dollar position) pada awal Agustus mencapai US$ 20,06 miliar. Ini merupakan posisi tertinggi sejak Januari 2017.
Penyebab utama penguatan dolar AS yang begitu kencang adalah perbedaan suku bunga. The Federal Reserve/The Fed menjadi satu-satunya bank sentral di negara maju yang begitu agresif. Uni Eropa baru akan mengurangi stimulus moneter pada September dan mengakhirinya pada Desember. Kenaikan suku bunga acuan paling cepat dieksekusi pertengahan 2019.
Jepang lebih jauh lagi. Bank Sentral Jepang akan mengumumkan suku bunga acuan hari ini, dan pasar memperkirakan tetap bertahan di angka -0,1%. Bahkan BoJ berencana menjadikan stimulus moneter sebagai kebijakan yang berkelanjutan (sustain) untuk mendorong permintaan domestik.
Oleh karena itu, dolar AS menjadi sangat menarik karena ditopang oleh kenaikan suku bunga. Tidak heran greenback selalu menjadi pilihan utama pelaku pasar.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Penampakan di Money Changer, Saat Rupiah di Atas 14.800/US$
Most Popular