Ikuti Jejak Bursa Asia, Wall Street Berpotensi Dibuka Menguat

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
07 August 2018 17:59
Wall Street akan dibuka menguat pada perdagangan hari ini.
Foto: REUTERS/Lucas Jackson
Jakarta, CNBC Indonesia - Wall Street akan dibuka menguat pada perdagangan hari ini. Hal ini terlihat dari kontrak futures tiga indeks saham utama AS: kontrak futures Dow Jones mengimplikasikan kenaikan sebesar 75 poin pada saat pembukaan, sementara S&P 500 dan Nasdaq diimplikasikan naik masing-masing sebesar 16 dan 22 poin.

Wall Street akan mengekor bursa saham Asia yang ditutup di zona hijau pada perdagangan hari ini: indeks Nikkei naik 0,69%, indeks Shanghai naik 2,74%, indeks Hang Seng naik 1,54%, indeks Strait Times naik 1,66%, dan indeks Kospi naik 0,6%.

Yuan yang berhasil menguat melawan dolar AS menjadi motor utama kenaikan bursa saham Benua Kuning. Hingga sekitar penutupan perdagangan bursa saham utama kawasan Asia, yuan menguat 0,33% melawan dolar AS di pasar spot. Sementara di pasar offshore, yuan menguat 0,34%.

Langkah People's Bank of China (PBoC) yang mematok kurs tengah yuan di posisi yang lebih kuat berhasil mendorong apresiasi nilai tukar mata uang Negeri Panda. Pada hari ini, kurs tengah yuan dipatok di level CNY 6,8431/US$ atau lebih kuat 0,12% dibandingkan posisi kemarin (6/8/2018).

Seiring dengan berakhirnya pelemahan yuan, kekhawatiran mengenai tergoncangnya stabilitas perekonomian China menjadi memudar.

Di sisi lain, sentimen negatif datang dari memanasnya hubungan antara AS dengan Iran. Kemarin, pemerintahan AS sudah mengumumkan sanksi bagi Iran yang akan mulai berlaku pada hari ini. Sanski tersebut merupakan kelanjutan dari keputusan Presiden AS Donald Trump untuk keluar dari kesepakatan terkait nuklir pada Mei silam.

Ketika resmi berlaku nantinya, Iran akan dilarang untuk membeli dolar AS, mencegahnya untuk membeli emas dan logam mulia lainnya. Sanski dari AS juga menyasar sektor otomotif dari Iran, serta melarang ekspor karpet Persia dan pistachio.

Pada akhir tahun, sanksi dari AS akan menyasar ekspor minyak yang merupakan tulang punggung perekonomian Iran. AS pun sudah mulai menebar ancaman guna membuat para sekutunya menghentikan pembelian minyak dari Iran jika tak ingin dikenai sanksi di sektor keuangan.

Investor akan mencermati perkembangan hubungan AS dengan Iran. Jika kondisi semakin panas, bukan tak mungkin investor dipaksa bermain defensif dan mendorong Wall Street turun ke zona merah.

Pada hari ini, tak ada data ekonomi penting yang dijadwalkan untuk dirilis dan tak ada anggota FOMC yang dijadwalkan untuk berbicara.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular