Permintaan China Meredup, Harga Batu Bara Melandai

Raditya Hanung Prakoswa, CNBC Indonesia
07 August 2018 12:42
Harga batu bara ICE Newcastle kontrak acuan ditutup melemah sebesar 0,55% ke US$116,8/ton pada perdagangan hari Senin (06/08/2018).
Foto: REUTERS/Kristina Barker/File Photo
Jakarta, CNBC IndonesiaHarga batu bara ICE Newcastle kontrak acuan ditutup melemah sebesar 0,55% ke US$116,8/ton pada perdagangan hari Senin (06/08/2018). Pemicunya adalah permintaan dari China yang mulai menurun akibat terlewatinya puncak musim panas di tahun ini, ditambah melemahnya mata uang Yuan China.



Seperti diketahui, sejak bulan Mei 2018, harga batu bara termal Australia terus menanjak hingga menyentuh hingga menyentuh titik tertingginya dalam 6 tahun terakhir, di angka US$119,9/metrik ton di akhir Juli 2018 lalu.

Biang keroknya tidak lain adalah gelombang panas yang menyapu Bumi Belahan Utara (BBU). Akibatnya, energi listrik yang digunakan menyalakan pendingin ruangan pun memuncak, sehingga memicu meroketnya permintaan batu bara untuk pembangkit listrik.  

Temperatur di wilayah pengkonsumsi utama batu bara di Asia Utara dan Eropa menyentuh rekor tertingginya di Bulan Juli 2018. "Pelebaran suhu panas antara 1-4 derajat Celsius di atas normal telah terjadi di wilayah Selatan Tengah, Timur, dan Timur Laut di China, selama 7 hari terakhir," papar Ed Whalen, seorang analis cuaca, seperti dilansir dari Reuters.

Meski demikaian, sejumlah trader menyatakan jatuhnya harga batu bara domestik di China beberapa waktu lalu telah mengindikasikan minat beli yang lebih rendah dari salah satu negara pengkonsumsi batu bara terbesar di dunia tersebut.

"Kita akan melihat sebagian dari permintaan (batu bara) musim panas berkurang seiring datangnya temperatur yang lebih dingin, dan kita bergerak keluar dari puncak musim panas," ujar Pat Markey, Managing Director di perusahaan konsultan komoditas Sierra Vista Resources, seperti dikutip dari Reuters.

Selain itu, pelemahan Yuan China juga mendorong penurunan harga batu bara. Mata uang Negeri TIrai Bambu telah menurun di kisaran 8% terhadap dolar AS sejak memasuki kuartal II-2018, seiring munculnya kekhawatiran terkait eskalasi perang dagang dengan Negeri Paman Sam yang merupakan pembeli utama dari produk-produk China. 

"Akibat melemahnya yuan (China) terhadap dolar AS, kekuatan pembelian dari konsumen (batu bara) di China juga menurun," tambah Markey.
 


(RHG/gus) Next Article Konsumsi Batu Bara China Terus Naik, Harga Terdongkrak

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular