Pertumbuhan Ekonomi Melesat, Rupiah Terbaik Kedua di Asia

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
06 August 2018 16:47
Pertumbuhan Ekonomi Melesat, Rupiah Terbaik Kedua di Asia
Foto: REUTERS/Willy Kurniawan
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup menguat pada perdagangan hari ini. Penguatan rupiah jadi yang tertinggi kedua di antara mata uang utama Benua Kuning. 

Pada Senin (6/8/2018), US$ 1 kala penutupan pasar berada di Rp 14.465. Rupiah menguat 0,17% dibandingkan penutupan perdagangan akhir pekan lalu. 

Rupiah dibuka stagnan di Rp 14.490/US$. Namun setelah pembukaan, rupiah mulai menguat meski relatif terbatas. 

Apresiasi rupiah mulai agak menanjak usai rilis data pertumbuhan ekonomi. Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan ekonomi kuartal II-2018 sebesar 5,27% secara year-on-year (YoY). Lebih baik ketimbang konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia yaitu 5,125% YoY. 

Posisi terkuat rupiah pada hari ini berada di Rp 14.460/US$. Sedangkan telemahnya ada di Rp 14.490/US$. Sepanjang hari ini, dolar AS berhasil 'dikurung' di bawah Rp 14.500. 



Dengan apresiasi 0,17%, rupiah jadi mata uang dengan kinerja terbaik kedua di Asia. Penguatan paling tajam dialami oleh peso Filipina. 

Sementara mata uang utama Asia lainnya cenderung melemah. Depresiasi terdalam dialami oleh rupee India. Berikut perkembangan nilai tukar sejumlah mata uang Asia terhadap dolar AS pada pukul 16:16 WIB: 

 

Wajar bila mata uang Benua Kuning cenderung melemah. Pasalnya, dolar AS memang masih di jalur pendakian. 

Pada pukul 16:20 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama) menguat 0,18%. Dalam seminggu terakhir, indeks ini sudah menguat 0,89%. Sedangkan selama 3 bulan ke belakang, penguatannya mencapai 2,6% dan sejak awal tahun melonjak 3,3%. 

 

Faktor penopang rupiah hari ini adalah rilis data pertumbuhan ekonomi kuartal II-2018. Selain angkanya yang lebih tinggi dibandingkan ekspektasi pasar, komponen pembentuk Produk Domestik Bruto (PDB) pun memberi kabar gembira. 

Di sisi produksi, sektor pertanian tumbuh mengesankan karena pergeseran panen dari kuartal I ke kuartal II. Sektor ini pun tumbuh 4,76%, tercepat dalam empat kuartal terakhir. 

Pertumbuhan sektor pertanian yang impresif turut menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi. Maklum, sektor ini adalah penyumbang terbesar kedua dalam pembentukan PDB dengan kontribusi 13,63%. 

Lalu di sisi pengeluaran, pertumbuhan konsumsi rumah tangga sangat menggembirakan. Setelah 6 kuartal, akhirnya konsumsi rumah tangga bisa tumbuh di kisaran 5%. Pada kuartal II-2018, konsumsi rumah tangga tumbuh 5,14%. 

Pertumbuhan konsumsi rumah tangga sangat penting, karena menjadi penyumbang utama pembentukan PDB. Pada kuartal II-2018, konsumsi rumah tangga menyumbang 55,43% dari PDB. 

Merespons data pertumbuhan ekonomi, aliran modal masuk cukup deras ke pasar keuangan Indonesia. indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melesat 1,56% ke 6.101,13. Investor asing membukukan beli bersih Rp 359,99 miliar. 

Di pasar obligasi, masuknya arus modal tercermin dari penurunan imbal hasil (yield) di hampir semua tenor. Untuk tenor 5 tahun, yield turun 1,1 basis poin (bps) ke 7,715%. Kemudian untuk tenor 10 tahun turun 1,7 bps ke 7,804%, 15 tahun turun 0,7 bps menjadi 8,152%, tenor 25 tahun turun 2,3 bps ke 8,48%, dan tenor 30 tahun turun 0,1 bps menjadi 8,463%. Hanya tenor 20 tahun yang naik 0,6 bps ke 8,192%. 

Yield yang turun adalah pertanda kenaikan harga. Jika harga naik, maka artinya permintaan sedang tinggi. 

Derasnya aliran modal ini membantu rupiah sehingga berhasil mencetak penguatan. Tanpa sokongan rilis data pertumbuhan ekonomi, kemungkinan besar rupiah bisa bernasib sama dengan mayoritas mata uang utama Asia. 

TIM RISET CNBC INDONESIA



(aji/aji) Next Article Penampakan di Money Changer, Saat Rupiah di Atas 14.800/US$

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular