Jelang Akhir Pekan, IHSG Melemah Tipis 0,07%

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
03 August 2018 16:35
IHSG melemah tipis 0,07% pada perdaganagn terakhir di pekan ini ke level 6.007,54.
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah tipis 0,07% pada perdaganagn terakhir di pekan ini ke level 6.007,54. Pelemahan IHSG terjadi kala bursa saham utama kawasan Asia diperdagangkan bervariasi: indeks Nikkei naik 0,06%, indeks Kospi naik 0,77%, indeks Shanghai turun 0,97%, indeks Hang Seng turun 0,14%, dan indeks Strait Times turun 0,6%.

Nilai transaksi tercatat sebesar Rp 23,18 triliun dengan volume sebanyak 10,85 miliar unit saham. Frekuensi perdagangan adalah 343.007 kali.

Sentimen negatif dari sisi eksternal membuat IHSG harus pasrah menutup pekan ini di zona merah. Di tengah-tengah tekanan yang terus datang dari pihak AS di bidang perdagangan, China tidak menunjukkan sikap gentar.

"Kami menyarankan AS memperbaiki sikap mereka dan tidak lagi melakukan pemerasan. Itu tidak akan berhasil," tegas Geng Shuang, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, dikutip dari Reuters.

"Kami berharap mereka yang terlibat dalam penyusunan kebijakan perdagangan di AS untuk tetap tenang. Dengarkanlah suara konsumen AS dan komunitas internasional," tutur Wang Yi, Anggota Dewan Negara China, masih mengutip Reuters.

Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah meminta pejabat tinggi bidang perdagangan untuk mempertimbangkan menaikkan bea masuk terhadap produk China senilai US$200 miliar (Rp 2.889 triliun) menjadi 25%, dari yang sebelumnya direncanakan hanya sebesar 10%, menurut pengumuman Kantor Perwakilan Perdagangan AS pada hari Rabu (1/8/2018).

Kemudian, perkembangan mengenai proses perceraian antara Inggris dengan Uni Eropa alias Brexit yang tak positif membuat investor ragu untuk meyentuh instrumen berisiko seperti saham. Gubernur Bank of England (BoE) Mark Carney menyebut bahwa kemungkinan Inggris keluar dari Uni Eropa tanpa kesepakatan adalah tinggi.

Keluarnya Inggris dari Uni Eropa tanpa diimbangi kesepakatan dikenal sebagai hard Brexit. Jika ini yang terjadi, maka perdagangan antara Inggris dengan Uni Eropa akan dikenakan bea masuk. Selama ini, Inggris masuk dalam wilayah kepabeanan Uni Eropa sehingga tidak ada pengenaan bea.

Selain itu, kesepakatan dagang yang selama ini sudah terjalin antara Uni Eropa dengan negara-negara lain juga tak dapat dinikmati oleh Inggris jika scenario hard Brexit yang terjadi.

Belum juga masalah perang dagang selesai, kini pelaku pasar diharapkan dengan masalah lain yang tak kalah besar yakni perlambatan perekonomian Inggris.

Di sisi lain, sentimen positif bagi IHSG datang dari rencana pemerintah menerapkan wajib bauran minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) sebanyak 20% untuk solar. Kebijakan yang dikenal dengan istilah B20 ini berpotensi meningkatkan permintaan CPO domestik kala permintaan dari luar negeri cenderung lesu.

Akibatnya, saham-saham emiten CPO melesat naik pada hari ini, seperti PT Salim Ivomas Pratama Tbk/SIMP (+5,85%), PT Perusahaan Perkebunan London Sumatra Indonesia Tbk/LSIP (+5,68%), PT Tunas Baru Lampung Tbk/TBLA (+4,28%), PT Astra Agro Lestari Tbk/AALI (+2,28%), dan PT Eagle High Plantations Tbk/BWPT (+1,98%).

Seiring dengan kenaikan harga saham emiten-emiten CPO, indeks sektor agrikultur menguat sebesar 2,3%, menjadikannya sektor dengan performa terbaik pada hari ini. Bahkan, sektor agrikultur menjadi satu-satunya yang bisa menguat disamping sektor jasa keuangan (+0,76%).

Selain itu, sentimen positif bagi IHSG juga datang dari harga saham PT Bank Danamon Tbk (BDMN) yang sempat melesat hingga 4,18%, sebelum akhirnya ditutup naik 1,14%. Kenaikan harga saham BDMN datang seiring dengan langkah MUFG Bank yang merealisasikan rencananya untuk meningkatkan kepemilikan atas Bank Danamon menjadi 40%. Sebelumnya pada akhir Juli, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memang telah memberikan persetujuan terkait hal tersebut.

Pada pukul 09:01, terdapat 2 transaksi di pasar negosiasi atas saham BDMN dengan jumlah unit dan harga yang sama, yakni masing-masing sebesar 915,33 juta unit dan Rp 8.921/unit. Jika dihitung, nilai dari transaksi tersebut mencapai Rp 16,3 triliun.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Obral-obral, Deretan Saham LQ45 Ini Sudah Rebound Lagi Lho!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular