Dolar AS Perkasa Tanpa Jeda, Rupiah Terlemah Keempat di Asia

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
03 August 2018 16:38
Dolar AS Perkasa Tanpa Jeda, Rupiah Terlemah Keempat di Asia
Foto: REUTERS/Willy Kurniawan
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup melemah pada perdagangan akhir pekan ini. Namun dolar AS berhasil didorong ke bawah Rp 14.500. 

Pada perdagangan Jumat (3/8/2018), US$ 1 kala penutupan pasar spot berada di Rp 14.490. Rupiah melemah 0,14% dibandingkan perdagangan hari sebelumnya. 

Rupiah sudah melemah 0,1% saat pembukaan pasar. Seiring jalan, depresiasi rupiah kian dalam.  

Bahkan greenback sempat beberapa saat bertahan di kisaran Rp 14.500. Namun jelang penutupan pasar, dolar AS berhasil dipaksa lengser dari posisi psikologis tersebut. 

Posisi terkuat rupiah sampai siang ini ada di Rp 14.485/US$. Sementara terlemahnya di Rp 14.508/US$. 



Seperti halnya rupiah, berbagai mata uang utama Asia pun melemah terhadap dolar AS. Depresiasi terdalam dialami yuan China. Kemudian disusul rupee India, ringgit Malaysia, dan rupiah di posisi keempat. 

Berikut perkembangan nilai tukar sejumlah mata uang utama Asia terhadap greenback pada pukul 16:07 WIB, mengutip Reuters: 



Tren penguatan dolar AS masih belum berhenti. Pada pukul 16:11 WIB, Dollar Index (yang menggambarkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama) menguat 0,09%. 

Dalam sepekan terakhir, Dollar Index naik 0,61%. Sementara dalam 3 bulan terakhir penguatannya mencapai 2,9% dan sejak awal tahun sudah melaju 3,39%. 



Penguatan dolar AS setidaknya disebabkan dua hal. Pertama adalah minat investor yang tinggi terhadap mata uang ini jelang rilis data angka pengangguran. US Bureau of Labor Statistics dijadwalkan merilis angka pengangguran periode Juli 2018 malam ini waktu Indonesia. 

Konsensus pasar yang dihimpun Reuters memperkirakan angka pengangguran bulan lalu di 3,9%. Turun dibandingkan Juni yaitu 4%. 

Selain itu, pemerintah AS juga akan merilis angka jumlah partisipasi angkatan kerja periode Juli. Konsensus pasar memperkirakan angka ini sebesar 63%. Naik tipis dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 62,9%.  

Data-data ekonomi AS yang sepertinya terus positif memberi konfirmasi bahwa The Federal Reserve/The Fed akan menaikkan suku bunga acuan dua kali lagi sampai akhir tahun. Ini akan membuat kenaikan suku bunga acuan sepanjang 2018 menjadi empat kali, lebih banyak dibandingkan perkiraan sebelummya yaitu tiga kali. 

Sentimen kedua adalah perang dagang yang kembali memanas antara AS dan China. Presiden Donald Trump dikabarkan segera mengumumkan rencana pengenaan bea masuk baru terhadap importasi produk-produk China senilai US$ 200 miliar. Produk-produk tersebut akan dikenakan bea masuk 25%, bukan 10% seperti rencana awal. 

China pun tidak gentar. Beijing menegaskan bahwa mereka siap membalas jika AS betul-betul menerapkan bea masuk itu. Jika perang dagang dalam skala besar benar-benar terjadi antara AS dan China, laju perekonomian dunia menjadi taruhannya.

Isu ini membuat investor mundur teratur dari instrumen-instrumen berisiko di negara berkembang. Investor memilih bermain aman dan masuk ke aset-aset safe haven.  

Dolar AS menjadi pilihan karena mata uang ini dalam kadar tertentu relatif aman. Aliran dana pun masuk ke instrumen-instrumen berbasis greenback

Penguatan dolar AS yang seolah tiada henti membuat rupiah semakin defensif. Sejak awal tahun, rupiah sudah melemah 6,3% terhadap greenback. Depresiasi hari ini semakin menambah beban bagi mata uang Tanah Air.  

TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular