Dolar AS Serempet Rp 14.500, Rupiah Terlemah Kedua di Asia

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
03 August 2018 12:29
Dolar AS Serempet Rp 14.500, Rupiah Terlemah Kedua di Asia
Foto: REUTERS/Willy Kurniawan
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih melemah hingga perdagangan siang ini. Dolar AS sempat bertengger di level Rp 14.500. 

Pada Jumat (3/8/2018) pukul 12:04 WIB. US$ 1 dihargai Rp 14.495. Rupiah melemah 0,17% dibandingkan penutupan hari sebelumnya. 

Rupiah sudah melemah 0,1% saat pembukaan pasar. Seiring jalan, depresiasi rupiah kian dalam. Bahkan greenback sempat beberapa saat bertahan di kisaran Rp 14.500. 

Posisi terkuat rupiah sampai siang ini ada di Rp 14.485/US$. Sementara terlemahnya di Rp 14.508/US$. 



Seperti halnya rupiah, mata uang utama Asia pun cenderung melemah di hadapan dolar AS. Dengan depresiasi 0,17%, rupiah jadi mata uang terlemah kedua di Asia. Hanya yuan China yang depresiasinya lebih dalam ketimbang rupiah.
 

Namun perlu dicatat, yuan memang sepertinya sengaja dilemahkan. Hari ini, Bank Sentral China (PBoC) menetapkan nilai tengah yuan di posisi CNY 6,8322/US$. Melemah tipis dibandingkan posisi kemarin yaitu CNY 6,8381/US$. Titik tengah hari ini merupakan yang terlemah sejak akhir Juli. 

Berikut perkembangan nilai tukar sejumlah mata uang utama Asia terhadap greenback pada pukul 12:12 WIB, mengutip Reuters: 



Setelah kemarin didukung hasil rapat The Federal Reserve/The Fed, apresiasi dolar AS hari ini lebih disebabkan hawa perang dagang yang kembali memanas. Presiden Donald Trump dikabarkan segera mengumumkan rencana pengenaan bea masuk baru terhadap importasi produk-produk China senilai US$ 200 miliar. Produk-produk tersebut akan dikenakan bea masuk 25%, bukan 10% seperti rencana awal. 

China pun tidak gentar. Beijing menegaskan bahwa mereka siap membalas jika AS betul-betul menerapkan bea masuk itu. 

"Kami menyarankan AS memperbaiki sikap mereka dan tidak lagi melakukan pemerasan. Itu tidak akan berhasil," tegas Geng Shuang, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, dikutip dari Reuters. 

Jika perang dagang dalam skala besar benar-benar terjadi antara AS dan China, laju perekonomian dunia menjadi taruhannya. Isu ini membuat investor mundur teratur dari instrumen-instrumen berisiko di negara berkembang. Investor memilih bermain aman dan masuk ke aset-aset safe haven.  

Dolar AS menjadi pilihan karena mata uang ini dalam kadar tertentu relatif aman. Aliran dana pun masuk ke instrumen-instrumen berbasis greenback. 

Penguatan dolar AS yang seolah tiada henti membuat rupiah semakin defensif. Sejak awal tahun, rupiah sudah melemah 6% terhadap dolar AS. Depresiasi hari ini semakin menambah beban bagi mata uang Tanah Air.  

TIM RISET CNBC INDONESIA



(aji/aji) Next Article Penampakan di Money Changer, Saat Rupiah di Atas 14.800/US$

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular