Jelang Akhir Sesi I, IHSG Masih Bingung Tentukan Arah

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
03 August 2018 11:16
Pasca dibuka naik tipis 0,05%, IHSG terlihat masih bingung dalam menentukan arah pergerakannya.
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasca dibuka naik tipis 0,05%, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terlihat masih bingung dalam menentukan arah pergerakannya. IHSG sempat 2 kali terperosok ke zona merah sebelum kini kembali menguat sebesar 0,03% ke level 6.013,29.

Bercampurnya sentimen positif dan negatif yang menyelimuti perdagangan membuat IHSG masih bolak-balik di zona merah dan hijau.

Sentimen positif bagi IHSG datang dari rencana pemerintah menerapkan wajib bauran minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) sebanyak 20% untuk solar. Kebijakan yang dikenal dengan istilah B20 ini berpotensi meningkatkan permintaan CPO domestik kala permintaan dari luar negeri cenderung lesu.

Akibatnya, saham-saham emiten CPO melesat naik pada hari ini, seperti PT Eagle High Plantations Tbk/BWPT (+3,96%), PT Tunas Baru Lampung Tbk/TBLA (+4,81%), PT Astra Agro Lestari Tbk/AALI (+3,73%), PT Perusahaan Perkebunan London Sumatra Indonesia Tbk/LSIP (+6,55%), dan PT Salim Ivomas Pratama Tbk/SIMP (+8,87%).

Seiring dengan kenaikan harga saham emiten-emiten CPO, indeks sektor agrikultur menguat sebesar 2,78%, menjadikannya sektor dengan kinerja terbaik sejauh ini.

Selain itu, sentimen positif bagi IHSG juga datang dari harga saham PT Bank Danamon Tbk (BDMN) yang menguat sebesar 2,28%. Kenaikan harga saham BDMN datang seiring dengan langkah MUFG Bank yang merealisasikan rencananya untuk meningkatkan kepemilikan atas Bank Danamon menjadi 40%. Sebelumnya pada akhir Juli, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memang telah memberikan persetujuan terkait hal tersebut.

Pada pukul 09:01, terdapat 2 transaksi di pasar negosiasi atas saham BDMN dengan jumlah unit dan harga yang sama, yakni masing-masing sebesar 915,33 juta unit dan Rp 8.921/unit. Jika dihitung, nilai dari transaksi tersebut mencapai Rp 16,3 triliun.

Di sisi lain, risiko perang dagang antara AS dan China masih menghantui jalannya perdagangan. Di tengah ancaman AS, China tidak menunjukkan sikap gentar. "Kami menyarankan AS memperbaiki sikap mereka dan tidak lagi melakukan pemerasan. Itu tidak akan berhasil," tegas Geng Shuang, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, dikutip dari Reuters.

"Kami berharap mereka yang terlibat dalam penyusunan kebijakan perdagangan di AS untuk tetap tenang. Dengarkanlah suara konsumen AS dan komunitas internasional," tutur Wang Yi, Anggota Dewan Negara China, masih mengutip Reuters.

Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah meminta pejabat tinggi bidang perdagangan untuk mempertimbangkan menaikkan bea masuk terhadap produk China senilai US$200 miliar (Rp 2.889 triliun) menjadi 25%, dari yang sebelumnya direncanakan hanya sebesar 10%, menurut pengumuman Kantor Perwakilan Perdagangan AS pada hari Rabu (1/8/2018).

Selain itu, ada juga pelemahan rupiah yang mencapai 0,17% di pasar spot ke level Rp 14.495/dolar AS. Seiring dengan pelemahan rupiah, investor asing membukukan jual bersih sebesar Rp 106,1 miliar.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article IHSG Jatuh Lagi ke Bawah 7.000

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular