
Tertekan Sentimen Perang Dagang, Bursa Hong Kong Dibuka Turun
Houtmand P Saragih, CNBC Indonesia
03 August 2018 09:06

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Hong Kong pada perdagangan pagi ini dibuka terkoreksi karena masih terpengaruh isu perang dagang antara Amerika Serikat (AS) - China.
Indeks Hang Seng terkoreksi tipis 0,22% ke level 27.653,45. Indeks Shanghai Composite terkoreksi 0,17% ke level 2.760,40 dan indeks Shenzhen Composite turun 0,21% ke level 1.508,80.
Perkembangan terakhir perang dagang AS-China sudah sampai tahap dimana Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah meminta pejabat tinggi bidang perdagangan untuk mengkaji kenaikan bea masuk terhadap importasi produk China senilai US$ 200 miliar (Rp2.889 triliun) dari 10% menjadi 25%.
Kepala Perwakilan Perdagangan AS Robert Lighthizer menyatakan bahwa kenaikan bea masuk adalah upaya pemerintah Negeri Paman Sam untuk mendorong China membuka pasarnya, menaikkan persaingan, dan mencabut tarif balasannya ke AS.
Pemerintah AS akan memperpanjang masa komentar publik terhadap usulan tarif itu hingga 5 September, dari sebelumnya 30 Agustus. Tujuannya adalah untuk mendapatkan masukan mengenai tarif seperti apa yang seharusnya diterapkan Gedung Putih.
Jika perang dagang dalam skala besar benar-benar terjadi antara AS dan China, laju perekonomian dunia menjadi taruhannya. Oleh karena itu, investor pun cenderung mengambil langkah mundur.
(hps/ray) Next Article Rehat Siang, Bursa Hong Kong Masih Cetak Reli
Indeks Hang Seng terkoreksi tipis 0,22% ke level 27.653,45. Indeks Shanghai Composite terkoreksi 0,17% ke level 2.760,40 dan indeks Shenzhen Composite turun 0,21% ke level 1.508,80.
Perkembangan terakhir perang dagang AS-China sudah sampai tahap dimana Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah meminta pejabat tinggi bidang perdagangan untuk mengkaji kenaikan bea masuk terhadap importasi produk China senilai US$ 200 miliar (Rp2.889 triliun) dari 10% menjadi 25%.
Pemerintah AS akan memperpanjang masa komentar publik terhadap usulan tarif itu hingga 5 September, dari sebelumnya 30 Agustus. Tujuannya adalah untuk mendapatkan masukan mengenai tarif seperti apa yang seharusnya diterapkan Gedung Putih.
Jika perang dagang dalam skala besar benar-benar terjadi antara AS dan China, laju perekonomian dunia menjadi taruhannya. Oleh karena itu, investor pun cenderung mengambil langkah mundur.
(hps/ray) Next Article Rehat Siang, Bursa Hong Kong Masih Cetak Reli
Most Popular