Reli Rupiah terhadap Dolar Australia Berlanjut ke Hari Ketiga

Alfado Agustio, CNBC Indonesia
02 August 2018 12:29
Rupiah menguat 3 hari berturut-turut terhadap dolar Australia di tengah menguatnya tensi perang dagang.
Foto: REUTERS/Jason Reed
Jakarta, CNBC Indonesia - Kurs rupiah berhasil menguat 3 hari berturut-turut terhadap dolar Australia. Faktor aliran modal asing serta menguatnya perang dagang mengakibatkan dolar Australia loyo, termasuk di hadapan rupiah. 

Pada Kamis (2/8/2018) pukul 12:08 WIB, AUD 1 di pasar spot ditransaksikan Rp 10.676,59. Rupiah menguat 0,09% dibandingkan penutupan perdagangan kemarin. Penguatan ini mendorong rupiah menguat 3 hari berturut-turut. 
Reli Rupiah terhadap Dolar Australia Berlanjut ke Hari KetigaSumber: Reuters
Penguatan ini berdampak kepada penurunan harga jual dolar Australia di bawah Rp 10.800/AUD. Berikut data perdagangan dolar Australia di empat bank nasional terbesar hingga pukul 11:50 WIB:

BankHarga BeliHarga Jual
Bank MandiriRp 10.479,00Rp 10.838,00
Bank BNIRp 10.555,00Rp 10.845,00
Bank BRIRp 10.632,57Rp 10.789,64
Bank BCARp 10.548,00Rp 10.835,00

Siang ini, aliran modal asing cukup deras ke Indonesia. Data Indeks Saham Gabungan Indonesia (IHSG) hingga pukul 11:54 WIB menunjukkan aksi beli investor asing mencapai Rp 172,25 miliar. Salah satu sektor yang paling diburu investor yaitu sektor perkebunan.  

Kondisi ini ditengarai dipicu oleh implementasi B-20 yang mendorong penggunaan biodisel dengan bauran 20% minyak sawit. Di sisi lain, Presiden Joko Widodo memproyeksi harga sawit dunia akan naik menyentuh US$100/ton yang pada gilirannya mendorong angka ekspor nasional.  

Perkiraan kinerja perusahaan sawit yang akan cemerlang mendorong investor memburu saham sektor ini. Di sisi lain, mencuatnya tensi perang dagang menekan dolar Australia mengingat China adalah mitra dagang utama Negeri Kangguru.

Data World Integrated Trade Solution (WITS) Bank Dunia tahun 2016 memperlihatkan Australia ke China mencapai 31,64% dari total perdagangannya.
 

Perang dagang dapat memicu penurunan permintaan China atas bahan baku dari Australia. Akibatnya, penerimaan devisa Negeri Kangguru pun bisa menurun.

Meski rilis data perdagangan terbaru per Juli 2018 menyebutkan surplus perdagangan AUD 1,8 miliar tetapi sentimen negatif perang dagang terlihat lebih mengkhawatirkan pelaku pasar global.
  

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/ags) Next Article Rupiah Loyo, Ini Curhatan Pengusaha

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular