Dolar AS Makin Digdaya, Rupiah Terlemah Kedua di Asia

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
01 August 2018 16:42
Dolar AS Makin Digdaya, Rupiah Terlemah Kedua di Asia
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah pada perdagangan hari ini. Jelang pengumuman hasil rapat Bank Sentral AS, greenback semakin tidak terbendung. 

Pada Rabu (1/8/2018), US$ 1 dibanderol Rp 14.435 kala penutupan pasar. Rupiah melemah 0,14% dibandingkan penutupan perdagangan kemarin.  

Kala pembukaan pasar, pelemahan rupiah hanya 0,07%. Seiring perjalanan pasar, rupiah terus melemah dan semakin dalam. Posisi terlemah rupiah hari ini ada di Rp 14.450/US$ sementara terkuatnya di Rp 14.425/US$ yaitu saat pembukaan pasar.



Senasib dengan rupiah, berbagai mata uang utama Asia yang juga sulit bicara banyak di hadapan dolar AS. Depresiasi terdalam dialami oleh won Korea Selatan yang mencapai kisaran 0,5%. Dengan pelemahan 0,14%, rupiah jadi mata uang dengan depresiasi terdalam kedua di Benua Kuning, sejajar dengan rupee India. 

Berikut perkembangan nilai tukar mata uang utama Asia terhadap greenback pada pukul 16:20 WIB, mengutip Reuters:





Laju dolar AS belum terbendung. Dollar Index, yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama, menguat 0,13% pada pukul 16:23 WIB.

Jelang pengumuman hasil rapat The Federal Reserve/The Fed, momentum penguatan dolar AS semakin kencang. Meski The Fed diperkirakan masih menahan suku bunga acuan pada pertemuan kali ini, tetapi investor berharap ada petunjuk yang semakin jelas untuk kenaikan suku bunga acuan dua kali lagi sampai akhir tahun. Dua kali kenaikan lagi akan menggenapkan kenaikan suku bunga acuan menjadi empat kali sepanjang 2018.

Kenaikan suku bunga acuan tentu menjadi kabar gembira bagi greenback. Berinvestasi di aset-aset berbasis mata uang ini akan menjadi semakin menarik karena memberikan imbalan lebih tinggi.

Apalagi negara-negara maju belum ada yang seprogresif AS dalam hal kebijakan moneter. Uni Eropa masih berkutat dengan rencana pengurangan stimulus moneter, kenaikan suku bunga baru dieksekusi paling cepat pertengahan tahun depan. Apalagi Jepang, yang malah memperpanjang dan akan membuat stimulus fiskal menjadi kebijakan permanen karena ternyata Negeri Matahari Terbit masih terjebak dalam stagnasi ekonomi.

Oleh karena itu, pasar benar-benar menantikan pengumuman The Fed pada Kamis dini hari nanti. Sembari menanti, investor memburu dolar AS dan membuat nilainya semakin mahal. Mata uang lain pun akhirnya tertekan, termasuk rupiah.

TIM RISET CNBC INDONESIA



(aji/aji) Next Article Penampakan di Money Changer, Saat Rupiah di Atas 14.800/US$

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular