Rupiah Terhanyut Gelombang Penguatan Dolar AS

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
01 August 2018 12:30
Rupiah Terhanyut Gelombang Penguatan Dolar AS
Foto: REUTERS/Jose Luis Gonzalez/File Photo
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus melemah. Gelombang penguatan dolar AS menyapu mata uang Benua Kuning, dan rupiah pun ikut terhanyut. 

Pada Rabu (1/8/2018) pukul 12:03 WIB, US$ 1 dibanderol Rp 14.440. Rupiah melemah 0,17% dibandingkan penutupan perdagangan kemarin. 

Rupiah sudah melemah 0,07% pada pembukaan pasar. Setelah itu, depresiasi rupiah semakin dalam. Hingga tengah hari ini, posisi terlemah rupiah ada di Rp 14.450/US$ dan terkuatnya di Rp 14.425/US$. 

Rupiah Terhanyut Gelombang Penguatan Dolar ASReuters

Senasib dengan rupiah, berbagai mata uang utama Asia pun tidak berkutik di hadapan dolar AS. Depresiasi terdalam dialami won Korea Selatan yang mencapai level 0,7%. 

Berikut perkembangan nilai tukar mata uang utama Asia terhadap greenback pada pukul 12:10 WIB, mengutip Reuters: 

Mata UangBid TerakhirPerubahan (%)
Yen Jepang111,92-0,05
Yuan China6,82-0,20
Won Korea Selatan1.120,40-0,73
Dolar Taiwan30,60-0,11
Dolar Hong Kong7,850,00
Rupee India68,56-0,16
Ringgit Malaysia4,06-0,05
Dolar Singapura1,36-0,10
Baht Thailand33,17+0,06
Peso Filipina53,08-0,18


Dolar AS masih masih melaju. Dollar Index, yang menggambarkan posisi greenback relatif terhadap enam mata uang utama, menguat 0,15% pada pukul 12:13 WIB. 

Keperkasaan dolar AS masih ditopang oleh sentimen jelang rapat The Federal Reserve/The Fed, sentimen yang sudah melicinkan jalan greenback sejak awal pekan. The Fed akan mengumumkan suku bunga acuan pada Kamis dini hari waktu Indonesia. 

Konsensus pasar yang dihimpun Reuters memperkirakan Jerome Powell dan kolega masih akan menahan suku bunga acuan di 1,75-2%. Namun pelaku pasar meyakini The Fed akan memberikan petunjuk yang lebih tegas soal kenaikan suku bunga yang lebih agresif. 

Setelah dua kali menaikkan suku bunga acuan sejak awal tahun, pelaku pasar meyakini The Fed akan menaikkan dua kali lagi sampai akhir tahun. Kenaikan empat kali sepanjang 2018 lebih banyak dibandingkan perkiraan awal yaitu tiga kali. 

Keyakinan ini semakin tebal dengan data-data ekonomi Negeri Paman Sam yang kian moncer. Pengeluaran konsumsi masyarakat AS periode Juni 2018 naik 0,4% secara year-on-year (YoY). Sementara data untuk bulan sebelumnya direvisi ke atas menjadi 0,5% dari sebelumnya 0,2%. 

Pertumbuhan konsumsi masyarakat ditopang oleh pengeluaran untuk jasa yang naik 0,6%, membaik dibandingkan pertumbuhan Mei yang sebesar 0,3%. Pengeluaran untuk jasa utamanya adalah di sektor restoran dan akomodasi. Sementara pengeluaran untuk barang pada Juni tumbuh 0,9%, sama dengan bulan sebelumnya. 

Data berikutnya adalah pengeluaran konsumsi personal inti (Core Personal Consumption Expenditure/Core PCE) yang terakselerasi 1,9% pada Juni. Core PCE adalah ukuran The Federal Reserve/The Fed untuk melihat inflasi. The Fed menargetkan core PCE di kisaran 2% sehingga data Juni sudah mendekati. 

Kemudian ada data pertumbuhan gaji masyarakat AS kuartal II-2018 yang sebesar 2,8%. Ini merupakan pertumbuhan tercepat sejak 2008. 

Data-data yang positif itu menelurkan keyakinan konsumen yang meningkat. Indeks Keyakinan Konsumen AS versi The Conference Board periode Juli 2018 tercatat di 127,4, naik 0,3 poin dibandingkan bulan sebelumnya.  

Melihat pemulihan ekonomi AS yang semakin nyata, The Fed semakin dirasa perlu menaikkan suku bunga acuan lebih agresif untuk meredam ekspektasi inflasi. Dengan begitu, perekonomian Negeri Adidaya akan terhindar dari overheating

Hawa kenaikan suku bunga acuan yang lebih agresif menguntungkan dolar AS. Berinvestasi di instrumen ini akan menguntungkan karena bisa memperoleh imbalan lebih.

Hasilnya, dolar AS menjadi incaran utama pelaku pasar dan mata uang lain tersisihkan. Rupiah menjadi salah satunya.

TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular