
Dolar AS Jadi Darling Investor, Rupiah Dkk Tak Berdaya
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
01 August 2018 08:34

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah pada perdagangan pagi ini. Rupiah dan mata uang kawasan sulit melawan kedigdayaan greenback yang sedang menjadi darling investor.
Pada Rabu (1/8/2018), US$ 1 dibanderol Rp 14.425 kala pembukaan pasar spot. Rupiah melemah 0,07% dibandingkan penutupan perdagangan kemarin.
Seiring perjalanan pasar, rupiah terus melemah. Pada pukul 08:19 WIB, US$ 1 sudah dihargai Rp 14.430, rupiah melemah 0,1%.
Senada dengan rupiah, mata uang utama Asia pun sulit bersaing dengan dolar AS. Dengan depresiasi 0,1%, rupiah (bersama dolar Singapura) menjadi mata uang dengan pelemahan terdalam ketiga pagi ini. Hanya won Korea Selatan dan peso Filipina yang depresiasinya lebih dalam.
Berikut perkembangan nilai tukar mata uang utama Asia terhadap greenback pada pukul 08:20 WIB, mengutip Reuters:
Dolar AS memang masih moncer. Pada pukul 08:23 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback terhadap enam mata uang utama) masih menguat 0,07%.
Penguatan dolar AS sepanjang pekan ini memang seakan tanpa henti.
Sebab, investor menantikan pertemuan Bank Sentral AS The Federal Reserve/The Fed yang hasilnya diumumkan Kamis dini hari waktu Indonesia. The Fed memang kemungkinan besar masih menahan suku bunga acuan di 1,75-2% pada pertemuan kali ini. Namun pasar menantikan petunjuk yang lebih tegas soal arah kebijakan moneter Negeri Paman Sam ke depan.
Sejumlah data terbaru menunjukkan ekonomi Negeri Paman Sam semakin membaik. Pengeluaran konsumsi masyarakat AS periode Juni 2018 naik 0,4% secara year-on-year (YoY). Sementara data untuk bulan sebelumnya direvisi ke atas menjadi 0,5% dari sebelumnya 0,2%.
Pertumbuhan konsumsi masyarakat ditopang oleh pengeluaran untuk jasa yang naik 0,6%, membaik dibandingkan pertumbuhan Mei yang sebesar 0,3%. Pengeluaran untuk jasa utamanya adalah di sektor restoran dan akomodasi. Sementara pengeluaran untuk barang pada Juni tumbuh 0,9%, sama dengan bulan sebelumnya.
Data berikutnya adalah pengeluaran konsumsi personal inti (Core Personal Consumption Expenditure/Core PCE) yang terakselerasi 1,9% pada Juni. Core PCE adalah ukuran The Federal Reserve/The Fed untuk melihat inflasi. The Fed menargetkan core PCE di kisaran 2% sehingga data Juni sudah mendekati.
Kemudian ada data pertumbuhan gaji masyarakat AS kuartal II-2018 yang sebesar 2,8%. Ini merupakan pertumbuhan tercepat sejak 2008.
Data-data yang positif itu menelurkan keyakinan konsumen yang meningkat. Indeks Keyakinan Konsumen AS versi The Conference Board periode Juli 2018 tercatat di 127,4, naik 0,3 poin dibandingkan bulan sebelumnya.
Rentetan data yang positif di atas semakin meyakinkan pasar bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga acuan dua kali lagi sampai akhir tahun. Artinya The Fed akan empat kali menaikkan suku bunga sepanjang tahun ini, lebih banyak ketimbang perkiraan awal yaitu tiga kali.
Didorong oleh aura kenaikan suku bunga acuan dolar AS pun perkasa karena menjadi favorit investor. Rupiah pun menjadi salah satu korban penguatan greenback.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Penampakan di Money Changer, Saat Rupiah di Atas 14.800/US$
Pada Rabu (1/8/2018), US$ 1 dibanderol Rp 14.425 kala pembukaan pasar spot. Rupiah melemah 0,07% dibandingkan penutupan perdagangan kemarin.
Seiring perjalanan pasar, rupiah terus melemah. Pada pukul 08:19 WIB, US$ 1 sudah dihargai Rp 14.430, rupiah melemah 0,1%.
Berikut perkembangan nilai tukar mata uang utama Asia terhadap greenback pada pukul 08:20 WIB, mengutip Reuters:
Mata Uang | Bid Terakhir | Perubahan (%) |
Yen Jepang | 111,84 | +0,02 |
Yuan China | 6,80 | +0,09 |
Won Korea Selatan | 1.117,50 | -0,47 |
Dolar Taiwan | 30,57 | -0,02 |
Dolar Hong Kong | 7,85 | 0,00 |
Rupee India | 68,45 | +0,22 |
Riggit Malaysia | 4,06 | 0,00 |
Dolar Singapura | 1,36 | -0,10 |
Baht Thailand | 33,21 | -0,06 |
Peso Filipina | 53,10 | -0,20 |
Dolar AS memang masih moncer. Pada pukul 08:23 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback terhadap enam mata uang utama) masih menguat 0,07%.
Penguatan dolar AS sepanjang pekan ini memang seakan tanpa henti.
Sebab, investor menantikan pertemuan Bank Sentral AS The Federal Reserve/The Fed yang hasilnya diumumkan Kamis dini hari waktu Indonesia. The Fed memang kemungkinan besar masih menahan suku bunga acuan di 1,75-2% pada pertemuan kali ini. Namun pasar menantikan petunjuk yang lebih tegas soal arah kebijakan moneter Negeri Paman Sam ke depan.
Sejumlah data terbaru menunjukkan ekonomi Negeri Paman Sam semakin membaik. Pengeluaran konsumsi masyarakat AS periode Juni 2018 naik 0,4% secara year-on-year (YoY). Sementara data untuk bulan sebelumnya direvisi ke atas menjadi 0,5% dari sebelumnya 0,2%.
Pertumbuhan konsumsi masyarakat ditopang oleh pengeluaran untuk jasa yang naik 0,6%, membaik dibandingkan pertumbuhan Mei yang sebesar 0,3%. Pengeluaran untuk jasa utamanya adalah di sektor restoran dan akomodasi. Sementara pengeluaran untuk barang pada Juni tumbuh 0,9%, sama dengan bulan sebelumnya.
Data berikutnya adalah pengeluaran konsumsi personal inti (Core Personal Consumption Expenditure/Core PCE) yang terakselerasi 1,9% pada Juni. Core PCE adalah ukuran The Federal Reserve/The Fed untuk melihat inflasi. The Fed menargetkan core PCE di kisaran 2% sehingga data Juni sudah mendekati.
Kemudian ada data pertumbuhan gaji masyarakat AS kuartal II-2018 yang sebesar 2,8%. Ini merupakan pertumbuhan tercepat sejak 2008.
Data-data yang positif itu menelurkan keyakinan konsumen yang meningkat. Indeks Keyakinan Konsumen AS versi The Conference Board periode Juli 2018 tercatat di 127,4, naik 0,3 poin dibandingkan bulan sebelumnya.
Rentetan data yang positif di atas semakin meyakinkan pasar bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga acuan dua kali lagi sampai akhir tahun. Artinya The Fed akan empat kali menaikkan suku bunga sepanjang tahun ini, lebih banyak ketimbang perkiraan awal yaitu tiga kali.
Didorong oleh aura kenaikan suku bunga acuan dolar AS pun perkasa karena menjadi favorit investor. Rupiah pun menjadi salah satu korban penguatan greenback.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Penampakan di Money Changer, Saat Rupiah di Atas 14.800/US$
Most Popular