
BI: Seharusnya Rupiah Bisa Lebih Kuat Hari Ini, Tapi...
Herdaru Purnomo, CNBC Indonesia
30 July 2018 17:03

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) mengaku beberapa sentimen positif dari dalam negeri dan tingginya inflow membuat rupiah menjadi kuat hari ini. Namun, penguatan tertahan oleh tingginya kebutuhan dolar AS oleh korporasi.
"Seharusnya rupiah bisa lanjut menguat ditopang dana masuk portfolio asing, namun tertahan oleh pembelian (dolar AS) oleh korporasi," kata Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia, Nanang Hendarsah, kepada CNBC Indonesia, Senin (30/7/2018).
Menurut Nanang, sentimen positif dari dalam negeri seperti aturan DMO batu bara belum memberikan impact signifikan terhadap penguatan rupiah. Ia mengatakan transaksi valuta asing dalam negeri volumenya masih cuup tinggi.
"US$ 6 miliar sampai US$ 7 miliar per hari itu total volume. Transaksi bank dan nasabah serta interbank atau bank dengan bank," tutur Nanang.
Berdasarkan data Tim Riset CNBC Indonesia, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat pada perdagangan hari ini. Berita pencabutan pewajiban pemenuhan pasokan domestik (Domestic Market Obligation/DMO) batu bara menjadi pelicin laju rupiah, meski belakangan ada perkembangan terbaru mengenai kabar tersebut.
Pada Senin (30/7/2018), US$ 1 pada penutupan pasar spot berada di Rp 14.405. Rupiah menguat 0,07% dibandingkan penutupan perdagangan akhir pekan lalu.
Rupiah sudah menguat sejak pembukaan pasar, yaitu di 0,24%. Seiring perjalanan pasar, rupiah masih menguat tetapi semakin terbatas.
Posisi terkuat rupiah pada perdagangan hari ini adalah di Rp 14.380/US$ yaitu kala pembukaan pasar. Sementara posisi terlemahnya di Rp 14.415/US$.
Rupiah mampu melawan arus penguatan dolar AS yang terjadi di Asia. Dengan apresiasi 0,07%, rupiah jadi mata uang terbaik di Asia karena mata uang utama lainnya terjebak di zona merah.
(dru/wed) Next Article Era 'Diskon' Rupiah Masih Berlanjut
"Seharusnya rupiah bisa lanjut menguat ditopang dana masuk portfolio asing, namun tertahan oleh pembelian (dolar AS) oleh korporasi," kata Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia, Nanang Hendarsah, kepada CNBC Indonesia, Senin (30/7/2018).
Menurut Nanang, sentimen positif dari dalam negeri seperti aturan DMO batu bara belum memberikan impact signifikan terhadap penguatan rupiah. Ia mengatakan transaksi valuta asing dalam negeri volumenya masih cuup tinggi.
Berdasarkan data Tim Riset CNBC Indonesia, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat pada perdagangan hari ini. Berita pencabutan pewajiban pemenuhan pasokan domestik (Domestic Market Obligation/DMO) batu bara menjadi pelicin laju rupiah, meski belakangan ada perkembangan terbaru mengenai kabar tersebut.
Pada Senin (30/7/2018), US$ 1 pada penutupan pasar spot berada di Rp 14.405. Rupiah menguat 0,07% dibandingkan penutupan perdagangan akhir pekan lalu.
Rupiah sudah menguat sejak pembukaan pasar, yaitu di 0,24%. Seiring perjalanan pasar, rupiah masih menguat tetapi semakin terbatas.
Posisi terkuat rupiah pada perdagangan hari ini adalah di Rp 14.380/US$ yaitu kala pembukaan pasar. Sementara posisi terlemahnya di Rp 14.415/US$.
Rupiah mampu melawan arus penguatan dolar AS yang terjadi di Asia. Dengan apresiasi 0,07%, rupiah jadi mata uang terbaik di Asia karena mata uang utama lainnya terjebak di zona merah.
(dru/wed) Next Article Era 'Diskon' Rupiah Masih Berlanjut
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular