Berkat Pencabutan DMO Batu Bara, Rupiah Perkasa di Kurs Acuan

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
30 July 2018 10:34
Berkat Pencabutan DMO Batu Bara, Rupiah Perkasa di Kurs Acuan
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di kurs acuan menguat signifikan. Rupiah pun menguat di pasar spot, meski sangat tipis. 

Pada Senin (30/7/2018), kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.409. Rupiah menguat lumayan tajam yaitu 0,51%. Ini merupakan posisi terkuat rupiah sejak 19 Juli. 

Jisdor (Reuters)

Sementara di pasar spot, US$ 1 pada pukul 10:05 WIB berada di Rp 14.410. Rupiah masih menguat tetapi hanya 0,03%. 

Rupiah menjadi satu dari sedikit mata uang utama Asia yang mampu menguat terhadap dolar AS. Hanya rupiah, rupee India, dan baht Thailand yang mampu terapresiasi sementara mata uang Benua Kuning lainnya tidak bertaji. 

Berikut perkembangan nilai tukar mata uang utama Asia terhadap greenback pada pukul 10:08 WIB, mengutip Reuters: 

Mata UangBid TerakhirPerubahan (%)
Yen Jepang111,11-0,07
Yuan China6,83-0,34
Won Korea Selatan1.118,01-0,30
Dolar Taiwan30,61-0,20
Dolar Hong Kong7,85-0,01
Rupee India68,60+0,08
Riggit Malaysia4,06-0,12
Dolar Singapura1,36-0,10
Baht Thailand33,37+0,03
Peso Filipina53,28-0,16
 
Dolar AS memang sebenarnya tengah menguat. Dollar Index (yang menunjukkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama) menguat 0,07% pada pukul 10:11 WIB. 

Investor memang tengah mengalihkan fokus ke AS. Pekan ini, tepatnya Kamis dini hari waktu Indonesia, The Federal Reserve/The Fed akan menggelar rapat bulanan untuk menentukan suku bunga acuan. Pasar masih memperkirakan The Fed menahan suku bunga acuan di 1,75-2% dengan probabilitas 97% menurut CME Fedwatch. 

Namun, pasar ingin memantau arah kebijakan moneter The Fed ke depan. Investor ingin mendapat kepastian apakah The Fed masih akan cenderung hawkish dengan menaikkan suku bunga acuan dua kali lagi sampai akhir tahun. Dengan begitu, kenaikan suku bunga acuan menjadi empat kali sepanjang 2018, lebih banyak dibandingkan perkiraan pasar sebelumnya yaitu tiga kali. 

Perkembangan ini membuat dolar AS menjadi buruan pelaku pasar. Ini menjadi bahan bakar penguatan greenback di Asia, tetapi tidak terhadap rupiah. 

Mengutip Reuters, rupiah berpotensi menguat ke Rp 14.350/US$ pada perdagangan hari ini. Masuknya arus modal ke pasar keuangan Indonesia menjadi penopang penguatan rupiah. 

Di pasar saham, investor asing membukukan beli bersih Rp 73,25 miliar pada pukul 10:17 WIB. Sementara di pasar obligasi, masuknya arus modal terlihat dari penurunan imbal hasil (yield). 

Untuk obligasi pemerintah seri acuan tenor 10 tahun, yield turun 2,2 basis poin menjadi 7,717%. Penurunan yield menandakan harga sedang naik, artinya instrumen ini sedang diminati. 

Sentimen domestik menjadi pendorong masuknya arus modal yang pada gilirannya memperkuat rupiah. Pemerintah berencana mencabut kewajiban pemenuhan pasokan dalam negeri atau Domestic Market Obligation (DMO) batu bara. Kebijakan ini bisa meningkatkan ekspor batu bara yang mendatangkan devisa. 

Saham-saham pertambangan merespons positif rencana pencabutan DMO. Indeks saham pertambangan pada pukul 10:21 WIB menguat 1,83%, tertinggi di antara sektor-sektor lainnya. Peningkatan ekspor tentunya akan mendongkrak laba emiten batu bara, sehingga semakin menarik di mata pelaku pasar. 

Penguatan indeks pertambangan berkontribusi terhadap penguatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang mencapai 0,28% pada pukul 10:23 WIB. Sedangkan indeks saham lain di Asia cenderung melemah seperti Nikkei 225 (-0,55%), Hang Seng (-0,72%), Shanghai Composite (-0,25%), Kospi (-0,13%), dan Straits Times (-0,6%). 

Aliran modal di pasar saham dan obligasi ini membuat rupiah bisa bertahan di teritori positif. Hari ini, rupiah patut berterima kasih kepada kebijakan pembatalan DMO batu bara.

TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular