
Aksi Penyelamatan Diapresiasi, Rupiah Terbaik Kedua di Asia

Pada Jumat (27/7/2018) pukul 16:00 WIB, US$ 1 di pasar spot ditutup di Rp 14.415. Rupiah menguat 0,28% dibandingkan penutupan perdagangan kemarin. Posisi terlemah rupiah berada di Rp 14.490/US$, sementara posisi terkuat di Rp 14.370/US$.
Rupiah dibuka stagnan pagi tadi, tetapi langsung bergerak melemah. Namun depresiasi rupiah hanya dalam rentang tipis.
![]() |
Sementara mata uang Asia kembali tidak searah dengan rupiah. Sejumlah mata uang utama Asia justru melemah di hadapan dolar AS. Yuan China mengalami pelemahan paling dalam.
Pelemahan yuan lebih disebabkan oleh kebijakan penetapan nilai tukar oleh Bank Sentral China (PBoC). Hari ini, PBoC menetapkan nilai tengah yuan di CNY 6,7942/US$. Lebih lemah dibandingkan posisi penutupan kemarin yaitu CNY 6,7845/US$. PBoC hanya mengizinkan yuan menguat atau melemah maksimal 2% dari titik tengah itu.
Dengan apresiasi 0,28%, rupiah jadi mata uang terbaik kedua di Asia. Hanya won Korea Selatan yang lebih baik dibandingkan rupiah.
Berikut perkembangan nilai tukar mata uang utama Asia terhadap greenback pada pukul 16:16 WIB, mengutip Reuters:
Mata Uang | Bid Terakhir | Perubahan (%) |
Yen Jepang | 111,16 | +0,05 |
Yuan China | 6,83 | -0,62 |
Won Korea Selatan | 1.116,80 | +0,59 |
Dolar Taiwan | 30,60 | -0,04 |
Dolar Hong Kong | 7,85 | -0,01 |
Rupee India | 68,68 | -0,03 |
Riggit Malaysia | 4,06 | -0,05 |
Dolar Singapura | 1,36 | +0,04 |
Baht Thailand | 33,46 | -0,12 |
Peso Filipina | 53,33 | +0,11 |
Setelah sempat menguat, dolar AS kini mulai kembali perkasa. Dollar Index (yang mencerminkan posisi dolar AS terhadap enam mata uang utama) menguat 0,12% pada pukul 16:25 WIB.
Jelang pengumuman data pembacaan awal pertumbuhan ekonomi Negeri Paman Sam kuartal II-2018, investor kembali ke pelukan dolar AS. Investor sepertinya tidak ingin jauh-jauh dari greenback karena kemungkinan besar data ekonomi tersebut akan positif.
Untuk periode kuartal II-2018, The Federal Reserve/The Fed memperkirakan ekonomi AS tumbuh 3,8%. Sementara konsensus pasar yang dihimpun Reuters memperkirakan 4,1%. Keduanya lebih baik ketimbangan kuartal I-2018 yang sebesar 2% atau kuartal II-2017 yaitu 3,1%.
Dengan prospek pertumbuhan ekonomi yang semakin membaik, maka semakin cukup alasan bagi The Fed untuk menaikkan suku bunga acuan empat kali tahun ini. Lebih banyak ketimbang perkiraan pasar sebelumnya yaitu tiga kali.
Kenaikan suku bunga yang lebih agresif ini bertujuan untuk mengindarkan perekonomian AS dari ancaman overheating. Sebab, kenaikan suku bunga acuan dapat menjangkar ekspektasi inflasi.
Bagi dolar AS, setiap kabar kenaikan suku bunga menjadi obat kuat yang paling cespleng. Dengan kenaikan suku bunga acuan, maka berinvestasi di AS akan semakin menarik karena memberikan imbalan lebih tinggi.
Sembari menunggu data yang bakal membawa optimisme ini, pelaku pasar masuk ke AS. Aliran modal ini memperkuat greenback dan menekan berbagai mata uang lainnya.
Namun, rupiah tidak terseret arus penguatan dolar AS. Sepertinya investor menyambut positif rencana 'operasi' penyelamatan rupiah oleh pemerintah. Demi mengurangi beban impor yang bisa menekan rupiah, pemerintah berencana menunda proyek-proyek infrastruktur non-strategis.
Merespons kabar tersebut, saham-saham yang terkait dengan infrastruktur di Bursa Efek Indonesia tidak ada yang merah. Sektor infrastruktur naik 0,21%, industri dasar melejit 1,26%, dan aneka industri meroket 3,66%.
Nampaknya pasar menyadari bahwa penundaan proyek-proyek non-strategis perlu dilakukan mengingat prioritas pemerintah dan Bank Indonesia (BI) saat ini adalah menjaga stabilitas rupiah. Sejak awal tahun, rupiah sudah melemah 6,2% terhadap dolar AS.
BI sudah menaikkan suku bunga 100 basis poin dalam 3 bulan untuk memancing masuknya arus modal asing sehingga bisa menjadi pijakan penguatan rupiah. Kini mungkin sudah saatnya pemerintah berkontribusi terhadap upaya penyelamatan rupiah, salah satunya dengan mengurangi beban impor akibat proyek-proyek infrastruktur.
Selain itu, penguatan rupiah juga mampu mendorong minat investor asing untuk masuk ke pasar keuangan Indonesia. Di pasar saham, beli bersih investor asing pada perdagangan hari ini adalah Rp 122,49 miliar. Arus modal masuk ini mampu menopang rupiah sehingga mencatatkan apresiasi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Penampakan di Money Changer, Saat Rupiah di Atas 14.800/US$