Modal Asing 'Mudik' ke AS, Rupiah Terlemah Ketiga di Asia

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
27 July 2018 08:43
Modal Asing 'Mudik' ke AS, Rupiah Terlemah Ketiga di Asia
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak cenderung melemah pagi ini. Keperkasaan greenback sepertinya kembali dan memukul mata uang Asia, termasuk rupiah. 

Pada Jumat (27/7/2018), US$ 1 dibanderol Rp 14.455 kala pembukaan pasar spot. Tidak berubah atau stagnan dibandingkan penutupan perdagangan hari sebelumnya. 

Namun tidak lama setelah pembukaan, rupiah langsung terseret ke zona merah. Pada pukul 08:17 WIB, US$ 1 sudah beada di Rp 14.470 dan rupiah melemah 0,1%. Kemudian pada pukul 08:23 WIB, pelemahan rupiah kian dalam ke 0,24% dan US$ 1 sudah dihargai Rp 14.490. 

Sementara di Asia, berbagai mata uang lainnya pun bernasib serupa dengan rupiah. Dengan depresiasi 0,24%, rupiah jadi mata uang dengan pelemahan terdalam ketiga setelah yuan China dan ringgit Malaysia. 

Berikut perkembangan nilai tukar mata uang utama Asia terhadap greenback pada pukul 08:25 WIB, mengutip Reuters:
 
Mata UangBid TerakhirPerubahan (%)
Yen Jepang111,08+0,13
Yuan China6,78-0,31
Won Korea Selatan1.121,50+0,08
Dolar Taiwan30,57+0,07
Dolar Hong Kong7,850,00
Rupee India68,65+0,10
Riggit Malaysia4,07-0,30
Dolar Singapura1,36-0,04
Baht Thailand33,43-0,03
Peso Filipina53,42-0,06

Apa yang membuat dolar AS kembali perkasa?

Dolar AS sedang perkasa seiring aliran modal yang mengarah ke Negeri Paman Sam. Malam ini waktu Indonesia, akan diumumkan pembacaan pertama angka pertumbuhan ekonomi AS kuartal II-2018. 

Konsensus pasar yang dihimpun Reuters memperkirakan ekonomi AS pada kuartal II-2018 tumbuh 4,1%. Sementara The Federal Reserve/The Fed dalam proyeksi terbarunya keluaran 26 Juli memperkirakan pertumbuhan ekonomi di angka 3,8%. Keduanya lebih baik ketimbangan kuartal I-2018 yang sebesar 2% atau kuartal II-2017 yaitu 3,1%. 

Dengan prospek pertumbuhan ekonomi yang semakin membaik, maka semakin cukup alasan bagi The Fed untuk menaikkan suku bunga acuan empat kali tahun ini. Lebih banyak ketimbang perkiraan pasar sebelumnya yaitu tiga kali. 

Kenaikan suku bunga yang lebih agresif ini bertujuan untuk mengindarkan perekonomian AS dari ancaman overheating. Sebab, kenaikan suku bunga acuan dapat menjangkar ekspektasi inflasi. 

Bagi dolar AS, setiap kabar kenaikan suku bunga menjadi obat kuat yang paling cespleng. Dengan kenaikan suku bunga acuan, maka berinvestasi di AS akan semakin menarik karena memberikan imbalan lebih tinggi.  

Sembari menunggu data yang bakal membawa optimisme ini, arus modal 'mudik' ke AS. Aliran modal ini memperkuat greenback dan menekan berbagai mata uang lainnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA



(aji/aji) Next Article Rupiah Dekati Rp 15.000/US$, Begini Kondisi Money Changer

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular