
Persaingan NIM Kian Ketat, Bagaimana Prospek Saham Bank?
Monica Wareza, CNBC Indonesia
26 July 2018 11:10

Jakarta, CNBC Indonesia - Mirae Asset Sekuritas Indonesia menilai kondisi net interest margin (NIM) yang relatif flat di tengah ketatnya persaingan suku bunga kredit antar bank membuat outlook terhadap sektor perbankan menjadi konservatif. Ditambah lagi dengan rendahnya tingkat perbaikan aset sejak tahun lalu yang dinilai cukup rendah.
Kondisi NIM di sektor perbankan selama tiga bulan terakhir masih flat. Hal ini terjadi karena adanya penurunan bunga kredit ditambah dengan upaya bank untuk menurunkan biaya melalui ratio CASA (Current Account, Saving Account) yang lebih tinggi.
Selain itu, sekuritas ini menilai sepanjang tahun ini permintaan kredit diperkirakan masih melemah, meski pada Mei lalu tingkat kredit cukup tinggi diluar ekspektasi. Saat ini tingkat permintaan untuk pembiayaan di luar sistem perbankan masih cukup lemah, artinya kompetisi antara pembiayaan dari industri perbankan dan pasar modal cukup longgar.
Kondisi ini akan berdampak pada peningkatan NIM perbankan yang terbatas. Ditambah lagi dengan keputusan Bank Indonesia untuk meningkatkan suku bunganya beberapa waktu lalu yang juga akan memperlambat permintaan kredit hingga akhir tahun ini.
Tingkat kredit macet (non performing loan/NPL) di industri ini sebesar 2,79%, paling besar disumbangkan oleh kredit di sektor pertambangan dengan rata-rata NPL-nya hingga Mei 2018 mencapai 4,91% yang turun dari posisi awal tahun di 6,64%.
Tingkat NPL ini berdampak pada masih flatnya nilai aset perbankan. Dengan menurunkan tingkat NPL dari sektor pertambangan ini diperkirakan akan memperbaiki kondisi aset perbankan meski percepatannya masih dipengaruhi oleh perbaikan ekonomi Indonesia yang masih melambat.
Sementara itu, Maybank Kim Eng Sekuritas memberikan outlook stabil untuk paruh pertama 2018. Untuk PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dengan pertimbangan ekpektasi laba bersih semesterI-2018 sebesar Rp 12 triliun, tumbuh 14% year on year. Dengan tigkat NPL stabil di 1,5%.
Kemudian, PT Bank Nasional Indonesia Tbk (BBNI) dengan pertumbuhan laba bersih tertinggi hingga enam bulan terakhir sebesar 16% year on year menjadi Rp 7,4 triliunb karena meningkatnya kredit korporasi dan turunnya NPL mejadi 2,1%.
Lalu untuk PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) dengan pertumbuhan pendapatannya yang didorong oleh tingginya modal kerja. Laba bersih tumbuh 12% year on year menjadi Rp 1,4 triliun, namun tingkat likuiditas perusahaan menjadi perlu diperhatikan.
Untuk PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) yang mengalami pertumbuhan kredit double digit serta terjadinya penurunan NPL menjadi 3,1%. Kondisi likuitasnya yang mulai ketat meski laba bersih tumbuh 11% menjadi Rp 11,1 triliun.
Terakhir, PT Bank Danamon Tbk (BDMN) dengan tingkat kredit untuk sektor small medium enterprose (SME) turun. laba bersih perusahaan juga mengalami penurunan sebesar 1,4% menjadi Rp 2,01 triliun serta tingkat NPL 3,3%. Pertumbuhan deposito untuk bank ini menjadi tantangan selanjutnya.
(hps) Next Article Saham Bank Pelat Merah Terbang, BBRI 4%, BMRI 3%, dan BBNI 2%
Kondisi NIM di sektor perbankan selama tiga bulan terakhir masih flat. Hal ini terjadi karena adanya penurunan bunga kredit ditambah dengan upaya bank untuk menurunkan biaya melalui ratio CASA (Current Account, Saving Account) yang lebih tinggi.
Selain itu, sekuritas ini menilai sepanjang tahun ini permintaan kredit diperkirakan masih melemah, meski pada Mei lalu tingkat kredit cukup tinggi diluar ekspektasi. Saat ini tingkat permintaan untuk pembiayaan di luar sistem perbankan masih cukup lemah, artinya kompetisi antara pembiayaan dari industri perbankan dan pasar modal cukup longgar.
Tingkat kredit macet (non performing loan/NPL) di industri ini sebesar 2,79%, paling besar disumbangkan oleh kredit di sektor pertambangan dengan rata-rata NPL-nya hingga Mei 2018 mencapai 4,91% yang turun dari posisi awal tahun di 6,64%.
Tingkat NPL ini berdampak pada masih flatnya nilai aset perbankan. Dengan menurunkan tingkat NPL dari sektor pertambangan ini diperkirakan akan memperbaiki kondisi aset perbankan meski percepatannya masih dipengaruhi oleh perbaikan ekonomi Indonesia yang masih melambat.
Sementara itu, Maybank Kim Eng Sekuritas memberikan outlook stabil untuk paruh pertama 2018. Untuk PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dengan pertimbangan ekpektasi laba bersih semesterI-2018 sebesar Rp 12 triliun, tumbuh 14% year on year. Dengan tigkat NPL stabil di 1,5%.
Kemudian, PT Bank Nasional Indonesia Tbk (BBNI) dengan pertumbuhan laba bersih tertinggi hingga enam bulan terakhir sebesar 16% year on year menjadi Rp 7,4 triliunb karena meningkatnya kredit korporasi dan turunnya NPL mejadi 2,1%.
Lalu untuk PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) dengan pertumbuhan pendapatannya yang didorong oleh tingginya modal kerja. Laba bersih tumbuh 12% year on year menjadi Rp 1,4 triliun, namun tingkat likuiditas perusahaan menjadi perlu diperhatikan.
Untuk PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) yang mengalami pertumbuhan kredit double digit serta terjadinya penurunan NPL menjadi 3,1%. Kondisi likuitasnya yang mulai ketat meski laba bersih tumbuh 11% menjadi Rp 11,1 triliun.
Terakhir, PT Bank Danamon Tbk (BDMN) dengan tingkat kredit untuk sektor small medium enterprose (SME) turun. laba bersih perusahaan juga mengalami penurunan sebesar 1,4% menjadi Rp 2,01 triliun serta tingkat NPL 3,3%. Pertumbuhan deposito untuk bank ini menjadi tantangan selanjutnya.
(hps) Next Article Saham Bank Pelat Merah Terbang, BBRI 4%, BMRI 3%, dan BBNI 2%
Most Popular